Tanpa izin dan persetujuan siapa pun, Rere langsung duduk dan juga menarik Cleo untuk duduk di sebelahnya. Tidak memperdulikan bagaimana reaksi mereka semua yang melihat.
"Lo pada ngapain disini?" tanya Fauzan cemas. Ia merasa telah tertangkap basah meskipun dalam hati tetap berharap jika tidak ada yang mendengar apa obrolannya dengan Evelyn tadi.
"Ayo duduk, Sat, Dan! Jangan sungkan sahabat kalian ini kok," kata Rere mempersilahkan kedua pria yang masih saja berdiri memperhatikan Fauzan.
"Kita mah hangout dong! Lo ngapain sama Lyn? Reuni? Duduk lah Za, gak enak ah masa tuan rumahnya malah berdiri," kata Rere menyindir. Tatapannya sama sekali tidak tertuju pada Lyn, seakan wanita itu memang tidak pernah ada.
Cleo, Satria dan Daneo hanya diam tidak tahu harus bicara apa. Sedangkan Rere sudah mulai gatal ingin langsung menyerang.
"Gue sama Lyn cuma gak sengaja ketemu doang kok," jawab Fauzan yang tentu saja berbohong. Matanya bergerak gelisah. Kadang menatap Satria, Daneo juga pada Lyn.
Satria jelas saja tahu bagaimana seorang Fauzan ketika panik. Dan saat ini, keadaan Fauzan begitu terdesak. Satria tahu jika sahabatnya itu tidak lagi bisa bergerak kemana pun. Kemudian dirinya menarik Fauzan agar kembali duduk di sebelahnya.
Rere tidak berbicara apa pun lagi melainkan langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungkannya ke nomor seseorang yang membuat Fauzan juga Lyn terkejut. Bukan hanya kedua orang itu yang terkejut, Daneo, Satria dan Cleo juga tak kalah terkejut.
"Kenapa lo kaget gitu? Udah bilang kan sama Jessi?" tanya Rere sengaja menyindir. Ia tidak akan pernah terima jika sahabatnya ada yang tersakiti terlebih lagi oleh seorang pria.
Saat panggilan terhubung, Lyn refleks menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena posisinya juga tepat di sebelah Rere yang sudah jelas membuatnya terlihat jelas. Sedangkan Fauzan juga refleks mengeser duduknya lebih dekat dengan Satria.
"Kenapa, Re?" tanya Jessi di seberang sana.
Rere yang sudah berniat melaporkan jadi tidak tega melihat wajah pucat Jessi yang masih kentara. Namun, mau bagaimana pun juga hal ini tidak boleh disembunyikan terlalu lama. Jessi tidak boleh sakit lagi. Terlebih oleh orang yang sama.
"Ini Jess, gue ketemu sama sahabat kita yang sempat menghilang itu loh. Inget kan lo?" Melihat wajah bingung Jessi, Rere kembali melanjutkan kata-katanya.
"Itu loh Jess, yang kehadirannya gak pernah beri kenangan indah tapi kepergiannya menyisakan luka hebat." Mata Rere menatap Lyn ketika kalimat itu ia lontarkan. Memberikan senyum miringnya serta tatapan tajam.
"Inisialnya Evelyn Tries Byle," sahut Cleo tak disangka sudah mulai berani berbicara. Cleo tak tahan melihat bagaimana tingkah Lyn yang seakan tidak bersalah. Wanita itu akan terus menghindar jika dirinya tidak lantang.
Rere memberikan seringaian dibibirnya menatap wanita di sebelahnya yang sudah tidak lagi menutup wajahnya semenjak Cleo bicara. Ia juga menggeser ponselnya agar memperjelas wajah Lyn di layar
Sedangkan Jessi hanya diam saja memandangi wanita yang berada di sebelah Rere. Entah apa yang dirinya rasakan tapi rasa rindu tak bisa ditutupi.
"Lyn? Apa kabar? Aku kangen banget loh," kata Jessi mendadak jadi riang.
Rere yang sedang menatap Lyn tajam langsung mengalihkan perhatiannya kembali menatap Jessi dengan tidak percaya. Dalam nada bicara dan raut wajahnya sama sekali tidak ada kekecewaan atau marah sekali pun.
"Jess, lo barusan ngapain?" tanya Rere masih tidak percaya. Jangankan Rere, Lyn sendiri saja terkejut.
"Nanya kabar Evelyn. Kenapa emangnya? Ada yang salah? Lyn juga kan sahabat aku, udah lama banget lagi gak ketemu. Kamu kemana aja Lyn? Eh kalian dimana? Aku susul deh." Jessi benar-benar bahagia bisa kembali melihat salah satu sahabat yang pernah ia sayang itu.
Cleo dibuat tercengang ketika melihat tangan Fauzan yang menggenggam tangan Lyn dibawah meja. Mungkin mereka pikir tidak akan ada yang melihatnya, tapi matanya melihat. Sakit sekali rasanya. Memang bukan dirinya yang dikhianati tapi rasa sakitnya sampai ia terima.
"Gak perlu nyusul, Jes. Nanti kita ketemu di tempat yang lain aja," jawab Cleo mengalihkan pandangannya. Terlalu menyakitkan menyaksikan itu di depan matanya sendiri. Salah dirinya yang dulu pernah membiarkan Jessi mengambil keputusan bodoh untuk memaafkan Fauzan.
Ia meremas tangan Daneo juga di bawah meja untuk menyalurkan rasa sakit hatinya. Salah apa Jessica pada mereka berdua? Daneo lantas memusatkan perhatiannya pada kekasih hatinya. Ia bingung melihat wajah Cleo yang merah menahan amarah.
"Gak perlu, Cle? Yah," balasnya lemah.
"Jess, lo gak marah sama Lyn? Gak kecewa atas apa yang pernah dia lakuin dulu? itu keterlaluan loh Jess. Membekas dan tak terlupakan. Gak mungkin kan kalo lo udah lupa?" tanya Rere dengan menekankan setiap katanya.
Terlihat Jessi yang tersenyum manis namun terasa miris di seberang sana sambil sesekali menatap ke bawah.
"Aku tahu kok Lyn gak sengaja. Dia gak mungkin sengaja mau nyakitin aku, iya kan Lyn?"
SKAKMAT! Lyn sama sekali tidak bisa berbicara apa pun lagi. Tangannya dengan cepat menghempaskan genggaman erat dari Fauzan. Sampai sekarang Jessi belum tahu jika ada Fauzan juga di sana.
"Jess, lo apa kabar?" tanya Lyn dengan suara yang bergetar. Rasanya ia ingin hilang ingatan saja atas segala masa lalu memalukan yang telah ia perbuat. Malu sekali dirinya harus kembali menerima perlakuan baik dari Jessica. Ia merasa tidak pantas untuk hal itu.
"Aku baik, Lyn. Kapan kita bisa ketemu? Aku pengen peluk kamu," jawab Jessi lirih. Ia benar-benar rindu pada Evelyn. Suaranya bahkan bergetar menahan tangis.
sedangkan para wanita sedang saling menahan kesal atas perasaan masing-masing, Daneo dan Satria sibuk memerhatikan segala pergerakan Fauzan yang membuat keduanya kecewa.
"Iya, nanti yah Jess." Lyn menundukkan kepalanya sebelum kemudian melanjutkan perkataannya. Menyampaikan kalimat yang belum pernah ia ucapkan sebelumnya.
"Jess, aku mau minta maaf atas kejadian masa lalu, aku pergi gitu aja tanpa kasih kamu kejelasan apa pun. Maaf Jess," katanya dengan air mata yang menetes membasahi pipi. Entah benar tulus atau bagaimana tidak ada yang bisa mendeskripsikannya.
Rere dan Cleo berdecih tanpa suara. Rasanya mereka ingin mencabik-cabik wajah putih mulus yang wanita itu miliki. Kakinya gatal ingin menendang kedua orang itu hingga ke planet Neptunus.
"Aku udah maafin kamu dari lama kok, Lyn. Aku seneng bisa liat kamu lagi dengan keadaan yang lebih baik. Mungkin kalo dulu kamu langsung temuin aku, aku akan sangat membenci kamu. Tapi untungnya kita bisa ketemu lagi sekarang dengan keadaan yang sudah jauh lebih baik. Yang penting gak diulang aja, kita akan tetap jadi sahabat," jawab Jessi dengan dewasa.
Fauzan dan Lyn dibuat bungkam. Bahkan Fauzan dibuat menunduk begitu lama menyadarkan dirinya atas apa yang baru saja ia lakukan. Bisa-bisanya ia dengan bodohnya kembali mengulang kesalahan yang sama.
Karena tidak tahan, Rere langsung mematikan sambungan video membuat Cleo langsung meneteskan air matanya dengan deras. Rere menahan amarahnya yang sudah sampai di ubun-ubun.
Ia menatap Fauzan dan Lyn secara bergantian meskipun yang ditatap tidak membalas.
"Lo berdua liat? Lo berdua denger? Sebaik itu sahabat gue yang kalian sakitin. Ini bukan kali pertama lo, Zan. Tapi Jessi gak pernah cape untuk kasih lo kesempatan lagi dan lagi. Kalo cewek lain bahkan mungkin Evelyn sendiri yang ada di posisi Jessica sekarang, mungkin udah kabur ninggalin lo. Gak mampu kasih lo sekedar kata maaf." Ia berusaha mati-matian menahan air matanya yang gagal ditahan.
"Dan sekarang kalian berdua malah ngulang kesalahan itu lagi? Masih pacaran aja lo udah berani banget khianatin Jessica, gimana kalo udah nikah? Lo gak mau lepasin Jessica tapi juga gak bisa berubah. Egois!" Rere langsung pergi meninggalkan mereka semua yang ada di sana. Hatinya sudah terlalu sakit menyaksikan semuanya secara nyata.
Cleo juga berlari menyusul Rere meninggalkan tempat. Tersisa tinggal Daneo dan Satria yang masih betah diam. Diamnya mereka mematikan seluruh saraf Fauzan.
"Padahal lo sendiri tahu gimana perjuangan Jessi untuk tetap hidup sampai sekarang. Eh lo sendiri juga yang ngasih Jessi alasan kalo hidupnya dia emang sebegitu menyakitkan dan gak layak dipertahanin. Lo emang pernah mencegah Jessi untuk bunuh diri tapi tanpa sadar justru lo sendiri yang bunuh dia secara perlahan," kata Satria kemudian menatap tajam keduanya. Terlebih lagi Lyn, ia kembali teringat apa ucapan wanita itu di depan minimarket saat itu.
"Lo kembali menghancurkan hidup lo untuk yang kesekian kalinya Lyn, bodoh!"
Satria langsung beranjak berdiri dari duduknya dan dengan cepat meninggalkan mereka semua. Ia kecewa pada kedua manusia itu. Manusia paling bodoh yang pernah ia temui. Yang diikuti oleh Daneo tanpa sedikit pun matanya menatap Evelyn. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Daneo saking muaknya melihat mereka berdua.