VIAN: Terima Kasih, Asta!
"Untuk apa?" Tanya Niar dengan wajah khawatirnya.
"Untuk memeringatkannya!" Jawabku.
"Apa, sih Mas! Tidak perlu lah sampai seperti itu. Biar nanti saya sendiri yang mengatakan padanya bahwa mas Vian sudah kembali. Jika begitu dia akan benar-benar berhenti mengganggu saya"
"Tidak! Aku yang harus mengatakannya sendiri pada Asta!" Tolakku.
Detik itu juga ku ambil kunci mobil. Kendati Niar berusaha tetap menahan dan menghalangiku. Aku menutup telingaku dan tidak peduli pada saran apapun yang di katakan.
Melaju saja diriku dengan segala niatku ini. Walaupun sebenarnya aku tahu tidak benar juga aku menemuinya. Tapi entahlah, jauh dalam diriku berkata bahwa aku harus menemui laki-laki yang berpikir akan merebut keluargaku.
Ku hela napas panjang. Ku tata baik-baik hati ini. Seraya kepalaku ini terus berpikir dan mencari kata yang pantas untuk putra atasanku itu. Sebab aku tak mau, apa pun yang aku katakan nanti harus menjadi baik dan bukan dendam.