NIAR: Aku Tidak Berbohong!
Aku menelan ludah ku. Tak bisa lagi aku menghindar setelah mas Vian menemukan semua pesan dokter Asta yang belum ku hapus. Beruntung dia tidak menemukan pesan saudaranya. Sebab aku pun belum menyimpan nomor kak Dave.
"Niar!" Panggil mas Vian menegur ku.
Meninggi sudah suaranya memanggilku. Dan baru kali ini mas Vian meninggikan suaranya ketika bicara padaku. Adapun kini aku ketakutan. Ku tundukkan pandanganku dari mas Vian yang kini menatap tajam diriku dengan segala marah dan emosinya.
"Maaf, Mas!" Kataku merendah.
"Tolong jelaskan! Jangan buat aku khawatir dan berpikir lebih!" Katanya.
Jujur, aku takut sekaligus bingung untuk menjelaskan pada mas Vian. Entah dari mana pula aku harus memulai. Sementara ku lihat saat ini mas Vian nampak sangat dipenuhi emosi.
Bangkit ia dan berdiri tegak di hadapanku. Sekilas pun ku lihat keningnya mengernyit. Bibir manisnya kini sedikitpun tiada enak ku pandang.