VIAN: Mesra
Ku ambil lagi banyak napas panjang. Melangkah aku mendekati ranjang seraya tersenyum bahagia. Lalu aku merebahkan diriku di atas ranjang ini.
Masih Niar tertidur dengan begitu pulasnya. Kemudian ku lihat perutnya yang mulai membesar. Tertutup oleh sebagian guling yang ia pasangkan baju ku. Lalu ia peluk guling itu dengan begitu mesra. Juga sungguh erat sekali.
Lantas ku layangkan tanganku. Perlahan-lahan ku belai anak yang selama ini muncul dalam mimpi ku ini. Rupanya kini tengah melingkar dengan tenang dalam rahim istri ku. Lalu aku menciumnya perlahan-lahan. Seraya ku bayangkan ia benar-benar berada di hadapan ku.
Dan tentu saja aku pun mencium kening ibunya. Namun kali ini ku lakukan dengan lebih berhati-hati lagi.
Ya Tuhan! Akhirnya, aku mencium wanita yang sangat aku cintai ini. Dan kini ia berada di hadapan ku. Tanpa jarak, tanpa kabut duka, dan tanpa ada kesedihan. Bahagia sekali diriku.
"Hagh! Sayang ku" Bisik ku lirih tak ingin menggangu tidur pulasnya.