NIAR: Kasihan Nastya?
Aku tidak bisa menghindar lagi. Mas Vian meletakkan kedua tangannya di daun pintu. Menunjukkan wajah garang dan emosinya. Sadar ia bahwa telah ada yang melukai ku. Bahkan hingg membuat wajah ku hancur.
"Niar!" Panggilnya meminta lekas menjawab.
Namun sayangnya isi kepala ku ini masih ingin mencoba berdalih. Juga masih ingin aku menghindar sebab aku tahu mas Vian pasti akan marah besar jika aku mengatakan padanya. Siapa dan apa yang membuat ku seperti ini.
"DANIAR!" Bentaknya yang sudah kehilangan kesabaran.
Jatuh air mata ku. Takut aku melihat suami ku yang seperti ini. Kedua bola matanya memerah menunjukkan betapa marah dan emosinya dirinya. Bahkan kini ku sadari setiap pembuluh darah pada kedua lengannya menengang. Kedua telapak tangannya pun mencengkram erat daun pintu.
Bukan! Dia bukan marah padaku. Dia marah pada orang yang melukai ku. Namun jujur saja. Aku tidak bisa berbohong. Aku takut melihat mas Vian seperti ini.
