VIAN: Sampai Kapan?
"Tidak, Niar! Ku mohon jangan berpikir seperti itu!" Pintaku pada Niar.
Dan dia menggigil lagi. Berbalik Niar memunggungi ku. Lagi ku ambil selimut tebal dan menutupi seluruh tubuhnya.
"Niar!"
Lalu ku coba untuk memeluknya namun Niar menangkis tangan ku. Menolak tawaran ku yang ingin menghangatkannya.
Astaga!
"Niar... Ku pikir aku bisa percaya padamu" Tambah ku yang kini mulai kecewa.
Kendati aku Niar menolak tawaran ku. Kendati pula ia membuat ku kecewa. Bangkit aku dari ranjang dan ku nyalakan lampu kamar ini. Sekejap ku tinggalkan kamar dan ku tuju dapur. Hendak aku membuat air hangat. Hendak pula aku mengompres Niar lagi. Sepanjang malam.
Kembali aku ke kamar. Ku celupkan sehelai handuk kecil. Lantas dengan perlahan ku letakkan pada kening dan leher Niar. Juga beberapa titik dimana bisa lekas menormalkan suhu tubuhnya.
"Sudah, Mas. Sudah cukup!" Katanya dengan kedua bola mata yang tetap terpejam.