NIAR: Sepenting Apa?
Jadilah lagi aku membuat onar di dalam kabin pesawat ini. Beberapa penumpang lainnya satu persatu mulai bersimpati dan menunjukkan iba. Beberapa lainnya hanya melihat kemudian berlalu. Namun sebagian lainnya, sedikitpun tiada peduli.
Agh! Biarlah! Menemukan mas Vian yang terpenting sekarang.
Sungguh jantung ku berdebar sangat kencang saat tadi aku menolah dan tak lagi ada mas Vian di dekat ku. Sekejap aku menunggu beberapa menit lamanya namun mas Vian tak kunjung juga datang.
Hingga pesawat ini mendarat, pilot di ruang kendali sana telah mengatakan bahwa pesawat akan turun dalam lima menit. Namun aku belum juga bisa menemukan mas Vian. Entah kemana dia? Jujur saja aku mulai merasa bersalah.