VIAN: Sangat Juga Lebih Tidak Ingin!
Niar menjatuhkan handphone nya. Jatuh pula ia dalam pelukan ku. Lalu, kembali ia terisak sembari memeluk erat diriku.
"Saya masih trauma, Mas" Katanya menyampaikan perasaan.
"Iya... Aku tahu" Jawab ku seraya membelai rambutnya.
Aku pun juga masih sangat trauma. Apa lagi, tujuan penerbangan nanti sama seperti musibah yang menimpa kami waktu itu. Ke Malaysia. Yang akhirnya membuat ku harus terombang-ambing sendirian di Singapura. Lalu menyiksa hidup istri ku.
Tapi mau bagaimana lagi. Aku pun sangat enggan untuk menerima tawaran ini. Namun aku juga tidak bisa menolak. Sebab tawaran itu bukan hanya karena permintaan dokter Rahayu. Tapi juga merupakan salah satu tanggung jawab ku dari sumpah ku sebagai dokter. Yang dulu pernah aku ucapkan.
"Ihiks! Ihiks! Ihiks! Mas... Jangan tinggalkan saya, Mas! Haaaa.. Ahaaaa" Makin Niar menangis menjerit.