"Adik kita baru di sini selama dua hari, dan kau sudah menyuruhnya bekerja keras dengan memasak begitu banyak hidangan. Kau cari masalah ya?"
"Kau jangan mengacau dengan cara seperti ini ya. Dasar tidak ada simpati dan belas kasihan sama sekali. Cepat kau kembali ke kamar renungkan diri baik-baik!"
Selesai bicara, Ayah segera duduk di meja makan. Dia mengambil sumpit dan memasukkan bakso ke dalam mulutnya. Seketika ekspresi di wajahnya jadi berbinar, "Benar saja, keahlian memasak putriku memang luar biasa! Hari ini kita harus banggakan dia ke orang-orang!"
Di sampingnya, kakak tertua juga dengan tanpa ekspresi menyambung, "Benar!"
"Sudah umur berapa kau ini. Masih saja tidak mau mengalah. Memangnya adikmu boleh di suruh-suruh? Kembali ke kamarmu!" Lu Boran ikut ngomel ke Lu Qingzhou.
Ia menghadiahi tatapan mata dingin dan tajam itu kepada adik laki-lakinya itu.