"Yanyan, apa itu kakakmu? Apa kau yakin menginginkan ini?" Salah satu temannya menanyakan itu pada Qi Yan.
"Kenapa tidak?" Sahut Qi Yan.
Kemudian Qi Yan menjelaskan, "Lagi pula kakak yang lainnya sudah ada masalah sendiri, jadi, sisa dia satu-satunya. Lagi pula, hatiku sudah mati rasa. Hanya masalah waktu saja, agar dia dipergoki oleh seseorang karena sudah melakukan hal ini. Lalu aku hanya membantunya agar lebih cepat saja. Dan aku juga sudah tidak tahan lagi berada di rumah itu bahkan satu menit pun!"
"Sangat menjijikkan, benar-benar menjijikkan!" Berkali-kali Kakak Pertama dengan sengaja mengulangi kata-kata Qi Yan.
Seluruh tubuh Qi Yan seperti disambar petir, kakinya jatuh dengan perlahan dan dia terduduk di lantai. Wajahnya langsung terlihat pucat pasi.
"Maaf mengganggu! An An, kita pergi saja." Kakak Pertama meminta maaf kepada Kakek Qi, dan kemudian memanggil adik-adiknya.
"Kakek, maafkan aku." Sahut adik-adiknya satu per satu.
