Mata gadis kecil itu seolah menyala merah sewarna darah. Ia mengedarkan pandangannya menyapu kerumunan orang di sekelilingnya. Sedih dan amarah tergambar jelas dalam kilatan matanya. Seperti tatapan iblis sangat menusuk dan membuat siapa pun yang melihatnya jadi menciut. Benar saja, para siswa yang awalnya terkejut mendengar teriakan dan tatapan mata Lu An tiba-tiba ingin menghilang dari tempat itu. Kaki mereka menjadi dingin seolah ingin menenggelamkan diri ke dalam tanah yang mereka pijak.
Bahkan Kakak kelimanya, Lu Xingran, tidak dapat pula menahan rasa takutnya. Dengan telapak tangan yang besar, dia mengelus punggung adiknya berusaha menenangkannya dengan gerakan gugup, "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja, kau jangan takut, jangan takut, oke?" Ia membisikkan ke telinga adiknya agar Lu An menjadi tenang.