Sorot mata gadis itu memancarkan sinar penuh kehangatan, cerah, dan menyiratkan sebuah penantian yang dalam.
Lu Xingran, yang baru saja meletakkan tasnya di laci dengan buru-buru berjalan ke arah bangkunya. Ia ingin segera membenamkan kepalanya untuk kembali tidur. Ingin rasanya ia juga menyimpan hidungnya di laci, tetapi hidungnya yang sensitif ini mencium aroma lezat sarapan yang ditawarkan adiknya.
Sangat harum, seperti masakan yang berasal dari restoran ternama. Ughh, dia jadi apar!
Terlebih lagi, dia tidak sarapan ketika berangkat tadi. Ia berniat sarapan di kantin atau membeli sarapan di pinggir jalan. Tapi karena kejadian tadi, dia belum sempat memasukkan sesuap apa pun ke perutnya.
Ia menegakkan kepalanya kembali, "Jadi, karena kau sudah sengaja membawakannya untukku, aku akan memakannya." Ucapnya dengan nada dibuat terpaksa.