Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 2 - POSSESIF

Chapter 2 - POSSESIF

Mereka kemudian shalat berjamaah di mushalla dekat ruang tengah dan dilanjut dengan membaca Al Qur'an hingga fajar akan menyingsing. Setelah selesai mereka kembali ke dalam kamar. Fatma berniat meninggalkan suaminya yang serius memeriksa pekerjaannya di sofa kamar setelah mengganti pakaiannya dengan gamis rumahan dan tidak lupa khimarnya.

" Habib! Ganti dulu pakaiannya! Nanti kena najis!" kata Fatma yang melihat suaminya sudah duduk di sofa.

" Hmmm!" jawab Brian sebisanya. Dia memang selalu serius jika sudah memegang kerjaan dan pasti lupa semuanya. Dan sudah menjadi tugas Fatma untuk mengingatkannya. Fatma menghembuskan nafas panjang dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dengan sabar dia mendekati suaminya dan membuka satu-persatu kancing baju koko suaminya. Brian hanya terdiam saja menatap dokumennya tanpa reaksi apapun. Subhanallahu! Semoga hanya hamba yang kau beri izin untuk memiliki tubuh ini, Ya Allah! Aamiin! batin Fatma. Sesekali dia merasakan khawatir bahkan ketakutan sama seperti kebanyakan wanita yang telah bersuami diluaran sana. Takut jika suaminya yang terlihat sangat sempurna dimata kaum hawa itu digoda atau menggoda wanita lain yang lebih segalanya dari dirinya. Tapi Fatma selalu yakin jika suaminya adalah seorang pria yang penuh kasih sayang dan cinta pada keluarga. Lalu Fatma memakaikan kaos dalam pada suaminya yang sudah bertelanjang dada. Berlanjut dengan membuka gulungan sarung di perut suaminya dan membukanya.

" Angkat pinggulnya!" pinta Fatma, Brian bergeming.

" Habib!" panggil Fatma menatap suaminya yang terlihat sangat serius.

" Habib!" panggil Fatma lagi sambil menarik pelan dokumen Brian.

Brian yang tidak suka diganggu saat bekerja, merasa marah dengan kejadian itu.

" Ka..."

Ucapan Brian terputus saat dia tersadar jika dia masih di dalam kamarnya dan istrinyalah yang menarik dokumennya. Dilihatnya wajah istrinya yang sedang duduk dihadapannya menatap sayu padanya.

" Angkat pinggulnya!" kata Fatma sabar.

" Aku akan melakukannya sendiri!" kata Brian yang kemudian berdiri dan membantu istrinya berdiri.

" Trima kasih!" ucap Fatma.

" Ehm! Jangan terlalu lelah!" kata Brian yang membuka sarungnya sambil mengambil pakaian yang ada di atas sofa dan mengganti pakaiannya.

Fatma berjalan keluar kamar untuk menyiapkan sarapan pagi.

" Assalamu'alaikum, Nyonya!" sapa Ani, PRT bagian dapur.

" Wa'alaikumsalam, An!" jawab Fatma.

" Menu hari ini apa, Nyonya?" tanya Ani yang sedang membuat roti bakar dan nasi goreng untuk sarapan.

" Suami saya belum menentukan, An! Kalo saya pengen makan gule kambing!" kata Fatma.

" Sepertinya di kulkas masih ada daging kambing yang Nyonya beli kemarin lusa!" kata Ani mengingat-ingat.

Kemudian Fatma membantu Ani menyiapkan meja makan setelah makanan hampir siap.

" Apa makan siang nanti akan lengkap?" tanya Ani.

" Sep...."

" Sayanggggg! Mana da...si...ku...." teriak Brian tiba-tiba setelah beberapa lama.

" Saya tinggal sebentar, ya, An!" kata Fatma sabar.

" Iya, Nyonya!" sahut Ani tersenyum lalu melanjutkan menata meja.

" Tidak perlu berteriak! Nanti anak-anak bangun!" kata Fatma yang masuk ke dalam kamar mereka.

" Semua sudah ada disini!" kata Fatma, dia mengambil dasi Brian yang terjatuh di lantai bersama kaos kakinya.

Dengan lembut Fatma memakaikan dasi itu dengan naik di sebuah kursi kecil agar tubuhnya bisa sejajar dengan suaminya itu.

" Pelan-pelan, sayang!" ucap Brian sambil memegangi pinggang istrinya.

Brian sangat suka saat posisi mereka seperti ini, karena dia bisa puas memandang setiap jengkal dari wajah cantik istrinya yang asli tanpa polesan dan sedang serius memakaikan dasi di lehernya. Sesekali dia mengecup wajah istrinya dan Fatma tahu jika memasang dasi tidak akan butuh waktu sebentar akibat ulah Brian yang tidak bisa diam.

" Pak Brian yang terhormat! Apa bapak bisa diam sebentar?" tegur Fatma yang kesal karena ulah nakal Brian yang sesekali meremas dadanya, karena dia takut bibirnya akan mengeluarkan suara itu.

" Siapa suruh kamu semakin seksi jika sedang hamil!" seloroh Brian.

Fatma mencebik mendengar ucapan suaminya yang terdengar nakal itu.

" Karena itu aku sangat suka membuatmu hamil!" bisik Brian ditelinga istrinya.

" Ckckk! Apa istrimu ini seekor kucing?" ucap Fatma sedikit kesal.

" Kucing yang manis!" sahut Brian tersenyum.

" Sudah!" kata Fatma lalu perlahan turun dari kursi itu dengan bantuan Brian.

" Kenapa tidak kamu siapkan tas kerjaku juga?" tanya Brian merajuk.

" Bagaimana mungkin? Aku mana tahu apa yang harus dimasukkan ke dalam tasmu!" jawab Fatma.

" Kamu bisa menanyakannya padaku!" sahut Brian.

" Aku bukan tipe istri yang ingin tahu atau suka mencampuri urusan pekerjaan suaminya, Habib! Karena itu adalah hakmu sepenuhnya, kecuali engkau melibatkanku dalam pekerjaanmu dan kamu membutuhkan bantuanku!" tutur Fatma.

" Duduklah!" kata Fatma. Brian duduk di sofa dan Fatma duduk di depannya. Dia meraih kaos kaki tadi lalu memasangkan di kedua kaki Brian.

" Trima kasih, sayang! Apa jadinya aku jika kamu tidak ada?" ucap Brian yang benar-benar merasa dimanjakan oleh Fatma.

" Memangnya aku mau kemana? Kamu saja tidak mengijinkanku keluar walau hanya untuk belanja!" kata Fatma sedikit menyindir.

Brian tahu jika istrinya sedih karena tidak bisa kemana-mana lagi setelah Fatma resign dari mengajarnya, apalagi sampai meneruskan cita-citanya mengajar. Fatma merapikan jas suaminya.

" Aku nggak mau si Harun ato Nabil dan lain-lainnya menatapmu apalagi mencoba mendekatimu atau mengganggumu, sayang!" kata Brian.

" Astaghfirullah! Tidak baik berburuk sangka pada orang lain! Dan mana mungkin mereka tergila-gila hingga sedemikian rupa kepadaku, Habib! Terlebih aku sudah tidak gadis lagi dan sudah punya anak!" jawab Fatma yang menganggap konyol kekhawatiran suaminya.

Menurut Fatma mana mungkin ada pria yang mau dengan wanita yang sudah berkeluarga.

" Dan satu lagi! Aku sudah gendut!" kata Fatma tegas.

" Kamu belum tahu bagaimana rasanya jika seorang pria mencintai seseorang dengan segenap hati dan pikirannya! Dia akan melakukan apa saja guna mendapatkan wanita itu dan dia tidak perduli dia masih gadis atau tidak! Dia kekasih orang atau bahkan suami orang!" tutur Brian tegas.

" Aku seperti mengenal seorang pria seperti itu! Tapi aku lupa dimana!" ucap Fatma dengan senyum tipisnya.

" Apa kamu menyindirku, sayang?" tanya Brian dengan datar.

Brian merasa jika ucapannya menjadi bumerang baginya, karena dia merebut Fatma yang merupakan tunangan Nabil dari Nabil dan menikahinya.

" Apa aku mengatakan itu kamu, Habib?" balas Fatma menggoda.

" Memang kamu tidak menyebutkan namaku, tapi kamu menyiratkan itu, sayang!" kata Brian merengek.

" Hihihi! Maaf! Suamiku, sayang! Mana mungkin mereka seperti yang kamu pikirkan! Mereka pasti tidak akan berani mendekatiku apalagi dengan adanya orang-orangmu yang terus menjaga kemanapun aku pergi!" tutur Fatma.

" Aku melakukan itu agar kamu aman, sayang! Aku nggak mau kamu dan anak-anak celaka!" kata Brian.

" Iya! Sudah! Suamiku memang selalu benar! Sarapan sudah siap! Aku mau melihat anak-anak dulu!" kata Fatma.

Brian mengangguk lalu mengulurkan tangannya untuk digenggam oleh Fatma dan mereka keluar kamar sambil bergandengan tangan. Fatma membiarkan suaminya pergi ke ruang makan sementara dia menuju ke kamar anak-anaknya.