Hangat. Badanku terasa hangat seperti di dalam pelukan ibu. Tapi, kenapa di sini berisik sekali?
"Tangannya kecil sekali"
"Aku juga ingin menggendongnya bu"
"Kenapa dia belum membuka mata?"
"Dia kecil seperti anak kucing"
Berisik! Tidak bisakah kalian diam, aku masih mengantuk.
"Sstt.. Adik kalian masih tidur loh.."
Ahh.. Perkataan lembut wanita itu membuat suara berisik itu perlahan menghilang.
Sebentar, sepertinya ada yang aneh dengan situasi ini. Kenapa dari tadi aku mendengar suara anak-anak di sini? Terlebih mereka tadi bilang apa? Kecil? Siapa yang dimaksud dengan kecil?
Aku pun perlahan-lahan membuka mataku. Entah kenapa rasanya berat sekali untuk membukanya.
Pemandangan pertama kali yang ku lihat adalah sekumpulan anak-anak dan juga seorang wanita dengan rambut merah yang melihat ke arahku dengan senyuman lembut. Aku pun menyadari perasaan hangat yang kurasakan saat ini karena aku berada di pelukan wanita tersebut.
"Lihat. Adik kalian ternyata sudah bangun"
Perkataan wanita itu pun membuat anak-anak itu melihatku dengan senyuman yang semakin merekah. Aku pun juga menyadari terdapat seorang pria bertubuh besar yang berada di balik perempuan itu. Entah mengapa pria tersebut menunjukkan ekspresi yang aneh.
"Fritz, apakah engkau ingin menggendong anak kita?"
Wanita itu pun menyodorkan ku kepada pria besar itu dan pria itu pun secara ragu-ragu mengambilku.
"Tidak apa Fritz, ini bukan pertama kalinya dirimu menggendong anak yang baru lahir kan?"
"Dia sangat kecil dibanding dengan anak-anak kita lainnya."
Pria itu menatapku dengan matanya yang sendu, entah mengapa dia terlihat sangat khawatir ketika melihatku.
"Aku takut akan menyakitinya. Dia terlihat seperti akan hancur dengan mudah"
"Tapi berada di pelukanmu rasanya pasti lebih hangat, sayang"
Mendengar perkataan wanita tersebut, ekspresi pria itu pun berubah. Pria itu menatapku dalam. Timbul senyuman di wajahnya. Senyuman itu sehangat senyuman wanita dan sekumpulan anak-anak itu.
"Rambut merah gelap dan emas pada matanya-", perkataan wanita itu pun terpotong oleh perkataan pria tersebut.
"Rosianna Chairuz."
"Benar, mulai saat ini namamu adalah Rosianna Chairuz. Putri terakhir keluarga Chairuz"
***
Terlahir kembali. Atas kebaikan dan belas kasih Dewi Elios, aku terlahir kembali.
Dewi Elios memberiku kesempatan kedua untuk hidup dan memulai lagi semuanya dari awal. Dewi memberiku kesempatan untuk dapat melakukan apapun yang tidak dapat ku lakukan dan juga menebus kesalahan dan penyesalan yang ku miliki di kehidupan sebelumnya.
Semua hal ini terjadi setelah aku menemui ajalku. Setelah aku mati. Ketika membuka mata, aku berada di tempat yang gelap dan menyesakkan. Tubuhku bergetar hebat, yang bisa kulakukan saat itu hanyalah memeluk diriku erat.
Kegelapan itu tidak berlangsung lama. Setitik cahaya biru pun muncul dan perlahan-lahan menerangi ruangan. Bersamaan dengan cahaya biru itu, aku melihat secara samar sosok seorang wanita dengan gaun berwarna biru. Ketika melihatnya, rasa sesak yang kurasakan perlahan menghilang dan berubah menjadi sejuk.
Wanita itu secara perlahan mendekatiku. Saat wanita itu berada di hadapanku, wanita itu melihatku dengan tersenyum hangat. Wanita itu juga mengulurkan tangannya dan membelai kepalaku dengan lembut.
Aku tak ingat wajah wanita itu. Aku juga tak ingat seluruh percakapan antara aku dengannya. Aku hanya ingat bahwa wanita itu akan memberikanku kesempatan kedua untuk hidup dan menebus segala penyesalanku di kehidupanku sebelumnya. Wanita itu juga berkata bahwa aku bisa melakukan apa pun yang tidak bisa kulakukan di kehidupan sebelumnya.
"Anakku, manusia bertanggungjawab atas segala perbuatan yang telah mereka lakukan, benar kan?"
"Keinginan manusia yang besar juga memerlukan yang namanya pengorbanan. Semakin besar keinginannya, maka semakin besar pengorbanannya."
"Anakku, aku akan memberikanmu kesempatan untuk hidup kembali. Namun, di kehidupan keduamu, kau harus bertanggungjawab atas perbuatanmu sebelumnya. Kau juga harus melakukan pengorbanan yang besar."
"Aku tidak akan memaksamu untuk memilih jalan itu anakku, jika bagimu jalan itu berat untuk kau lalui."
Itu adalah salah satu perkataan dari wanita tersebut yang kuingat. Aku pun menyetujui perkataan wanita itu. Memilih kesempatan untuk hidup kembali.
Aku tak ingat jelas apa yang terjadi setelahnya. Hanya tiba-tiba aku pun mengantuk dan tertidur. Ketika aku mulai tersadar dan membuka mataku, aku pun sudah terlahir kembali di dunia ini.
***
Ada dua hal yang kusadari setelah terlahir di dunia ini. Pertama, aku masih mengingat beberapa ingatan masa lalu di kehidupanku sebelumnya. Kedua memiliki tubuh bayi dengan pemikiran orang dewasa sangat menyebalkan! Jiwa dan akal yang berada di tubuh bayi ini adalah seorang wanita berusia 32 tahun.
Terlahir kembali dengan kondisi seperti ini benar-benar membuat jiwa ini tersiksa. Bayangkan saja jika nanti aku sedang buang air, akan ada orang yang menggantikan popokku. Begitu juga dengan mandi atau pun berganti pakaian. Oh Dewi, betapa memalukannya itu.
"Apa kau tahu, Lady Rosianna itu cukup pendiam untuk bayi yang baru lahir"
"Apa maksudmu?"
"Biasanya bayi yang baru lahir kan sering menangis, tapi Lady kami bahkan tidak menangis ketika dilahirkan"
"Apa mungkin Lady Rosianna sakit? Atau mungkin memiliki kelainan?"
Jika kalian berada di situasi sepertiku, apakah kalian akan menangis?
"Aku rasa itu tidak mungkin, mungkin saja Lady kami ini berbeda. Dari pada itu, lebih baik sekarang kita pergi. Jangan sampai kita mengganggu tidurnya Lady ini"
Saat ini, aku berada di ruangan yang berbeda dengan ruangan saat aku dilahirkan.
'Apa ruangan ini kamarku?'
Aku pun memperhatikan keadaan sekitar. Ruangan ini memiliki warna yang sama dengan ruangan sebelumnya, yaitu berwarna biru. Namun, ruangan ini sedikit lebih kecil dan furniturnya tidak sebanyak ruangan sebelumnya.
'Ya wajar saja kan kalau tidak banyak barang di sini, toh anak bayi tidak begitu memerlukan banyak hal.'
Setelah melihat sekitar, aku menyadari bahwa sepertinya aku terlahir di keluarga yang sangat kaya. Ruangan ini saja terlalu mewah untuk anak yang baru lahir. Arsitektur dan desain interior kamar ini seperti museum atau setidaknya di kehidupanku sebelumnya, hanya orang kaya yang menyukai gaya klasik yang mampu menghias ruangannya seperti ini.
Di balik keranjang bayi ini, aku juga menyadari bahwa di ruangan ini tidak ada siapapun. Hanya ada aku seorang diri.
'Kurasa tadi ada 2, tidak, 3 suara wanita yang kudengar sebelum pergi meninggalkan ruangan ini. Kemungkinan besar mereka adalah pelayan di rumah ini.'
Cukup aneh, sepertinya terdapat tiga orang pelayan yang bertugas untuk mengurus satu bayi, namun tidak ada satu pun yang bertugas untuk berjaga di dalam ruangan ini.
'Mungkin di dunia ini, hal tersebut adalah suatu hal yang normal'.
'Tapi, bukannya keterlaluan meninggalkan bayi yang baru lahir sendirian di ruangan ini? Walaupun ya aku bukan seperti bayi pada umumnya. Namun, bagaimana kalau seandainya terjadi sesuatu hal yang tak terduga?'
'Ah.. Mungkin saja ada penjaga dan pelayan di balik pintu. Bisa jadi memang aturannya seperti itu.'
'Entahlah, aku pasti akan mengetahuinya nanti.'
Karena tidak ada seorang pun di ruangan ini, aku pun mencoba untuk bergerak, siapa tahu aku bisa menggerakkan salah satu anggota tubuhku. Aku pun mencoba untuk mengangkat tanganku.
'Oh Dewi! Aku tak pernah tahu bahwa mengangkat tangan akan menjadi sesulit ini.'
Dengan usaha yang cukup keras, aku pun berhasil mengangkat tangan kananku.
'Ternyata benar apa yang dikatakan oleh pria itu.'
Tangan yang kulihat lebih kecil dibanding bayi yang baru lahir pada umumnya. Apakah aku lahir secara prematur? Sepertinya tidak. Kalau lahir secara prematur, pasti setidaknya di ruangan ini ada dokter yang menjagaku atau ada alat yang menempel di tubuhku.
Aku hanya bisa menerka-nerka. Tidak ada satupun kesimpulan yang pasti.
'Well, aku kan baru sehari hidup di dunia ini. Jadi wajar kan kalau masih tidak tahu apa-apa?'
Akhirnya aku hanya bisa memandangi langit-langit kamar sambil berpikir apa yang harus kulakukan selanjutnya.
'Eh, tunggu dulu. Kok aku merasa ada yang janggal ya? Seperti ada satu hal yang terlewat.'
Langit-langit kamar? Tidak. Dunia ini? Itu sudah pasti aneh. Para pelayan? Kurasa sudah kupikirkan tadi. Bayi? Bisa jadi.
Tunggu dulu.. Bayi? BAYI??!!
Benar, aku adalah bayi yang baru lahir di dunia ini. Umurku juga baru satu hari. Lalu, kenapa aku sudah bisa melihat? Bukannya bayi yang baru lahir tidak bisa melihat? Bayi saja baru bisa membedakan warna pada usia 2 bulan. Masa aku yang baru lahir sehari dengan tubuh yang kecil ini sudah bisa melihat dengan jelas?
'Astaga! Bahkan pendengaranku pun sudah sempurna. Bukankah kemampuan ini terlalu berlebihan untuk bayi yang baru berumur satu hari?'
Tidak ada satupun hal yang masuk akal di dunia ini. Ini bahkan diluar imajinasiku. Aku bahkan sampai tak sanggup untuk berpikir lagi.
'Ya, aku rasa cukup untuk hari ini.'
Tidur adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Hal lainnya akan aku pikirkan lagi nanti. Toh, aku juga baru berumur satu hari. Lebih baik sekarang aku memejamkan mata dan menikmati empuknya keranjang bayi ini.
'Ternyata ada benarnya ya kalau bayi baru lahir, sebagian besar waktunya digunakan untuk tidur'
***
Sudah 7 hari sejak aku lahir di dunia ini. Dengan pengamatan yang singkat, aku telah menyimpulkan beberapa hal. Salah satunya adalah aku menduga bahwa sepertinya aku terlahir kembali di abad pertengahan Eropa. Namun, aku tak begitu yakin, karena aku juga menemukan beberapa perbedaan antara dunia ini dengan dunia sebelumnya. Kehidupan abad pertengahan di dunia ini sedikit berbeda dengan di duniaku sebelumnya.
Tidak, ini sebenarnya jauh berbeda. Hanya peradabannya yang sama, namun kehidupannya jauh berbeda. Di dunia ini, terdapat kekuatan yang tidak ada di kehidupanku sebelumnya. Kekuatan itu adalah kekuatan suci dan kekuatan magis. Aku mengetahuinya setelah melihat beberapa hal.
Pertama, dua hari setelah aku dilahirkan, aku melihat dua orang pelayan yang masing-masing membawa batu seukuran genggaman tangan yang berwarna putih susu, dan meletakkannya di toples kaca berbentuk bulat, yang berada di gantungan lampu di langit-langit kamarku. Setelah itu, batu itu pun perlahan-kahan mengeluarkan cahaya berwarna putih. Aku pun kemudian mendengarkan percakapan mereka dan mengetahui bahwa batu tersebut merupakan salah satu batu magis yang berfungsi sebagai alat penerangan di dunia ini. Hal ini cukup menjelaskan mengapa aku tidak melihat satupun bola lampu dan alat elektronik lainnya di ruangan ini.
Kedua, aku terlahir sebagai Rosianna Chairuz. Anak perempuan terakhir di keluarga Chairuz. Keluarga Chairuz adalah keluarga bangsawan dengan gelar Baron dan merupakan salah satu keluarga yang memiliki kekuatan suci di kekaisaran Yarin. Aku sendiri masih belum mengetahui informasi secara detail mengenai latar belakang keluargaku dan manfaat dari kekuatan suci. Aku hanya mendengar dari para pelayan bahwa semua anggota Chairuz udah pasti memiliki kekuatan suci.
Ketiga, pola asuh anak di dunia ini ternyata tidak jauh berbeda dengan duniaku sebelumnya. Yang berbeda adalah ibuku yang tidak terjun langsung untuk merawatku. Di sini, para pelayanlah yang merawatku. Para pelayan selalu memandikanku dua kali sehari dengan air hangat dan sabun yang ramah pada kulit sensitif bayi. Mereka juga selalu sigap mengganti popokku jika mereka melihat ekspresiku yang tidak nyaman (ini sedikit memalukan). Saat makan, aku tidak disusui secara langsung oleh ibu, melainkan pelayan akan memberikanku ASI melalui botol dot bayi. Ini adalah satu hal yang kusyukuri, setidaknya aku tidak akan merasa malu dan canggung ketika aku harus mengisi perutku.
Walau pun dengan pola asuh seperti itu, ibuku tidak pernah menelantarkanku. Ibuku selalu menggendongku ketika waktu makan dan ketika waktunya aku tidur untuk menidurkanku. Bagiku hal seperti ini tidak begitu aneh, mengingat di kehidupanku sebelumnya, anak yang terlahir dari keluarga kaya pasti dirawat oleh bibi asuhnya. Jadi, dengan ini aku mengambil kesimpulan bahwa pola asuh seperti ini tidaklah aneh, hal ini juga membuatku menyadari bahwa keluargaku yang merupakan keluarga bangsawan juga merupakan keluarga yang kaya.
Terakhir, aku akhirnya dapat mengenali beberapa orang di rumah ini. Wanita cantik yang memiliki rambut berwarna merah apel dan mata berwarna biru tua merupakan ibuku yang bernama Gracelynne. Ayahku adalah pria besar yang saat itu takut untuk menggendongku. Beliau memiliki rambut bewarna biru gelap dan mata berwarna emas, beliau juga merupakan pemimpin dari keluarga ini, namanya adalah Fritzgerald.
Sekumpulan anak-anak yang berisik saat aku lahir adalah kakak-kakakku. Perempuan dengan rambut biru gelap dan mata emasnya bernama Athalia. Laki-laki dengan rambut merah dan mata biru gelap bernama Balazena. Anak perempuan yang lebih kecil dari Athalia dan penampilannya yang terlihat kembar dengan Balazena bernama Clarabeth. Terakhir, anak kecil laki-laki dengan rambut dan mata yang sama-sama berwarna biru gelap adalah Deveraux. Aku sendiri belum dapat memastikan urutan saudara di antara mereka. Aku juga belum mengetahui jarak usiaku dengan mereka.
Aku pun juga mengenali beberapa anggota keluarga Chairuz lainnya. Paman Michael yang merupakan adik dari ayahku, Bibi Michelle yang merupakan istri paman Michael dan juga anak mereka yang bernama Noah. Aku mengenali mereka karena mereka sering berkunjung ke kamarku untuk melihatku.
Kemudian, aku mengenali tiga orang pelayanku. Pelayan yang bertugas untuk memandikan dan memakaikan pakaianku bernama Ayla. Pelayan yang bertugas untuk mengganti popokku bernama Martha, dan pelayan yang bertugas untuk menjaga sekaligus memperhatikan barang barangku bernama Tari. Di antara mereka, Tari adalah pelayan yang memiliki tubuh paling besar. Ayla yang paling muda, ceria dan memiliki tubuh yang paling kecil. Terakhir, Martha yang merupakan wanita paruh baya yang paling sabar diantara mereka.
"Ibu, lihat! Rosianna sedang mencoba mengangkat kedua tangannya. Sangat lucu sekali!"
"Deve jangan berisik! Lihat! Rosianna berhenti mengangkat tangannya karena malu!"
"Athalia kau terlalu kejam, Deve kan hanya senang melihat Rosianna yang imut ini."
"Kak Bala, jangan lupa kalau kak Atha lebih tua dari Kak Bala."
'Hah.. Mereka mulai lagi.'
"Sepertinya kalian sangat senang mengganggu adik kalian ya?", lelaki besar yang saat ini kupanggil ayah itu, entah dari mana muncul dan ikut memenuhi ruangan ini.
"Anak-anak sangat senang mempunyai adik baru. Mereka selalu datang setiap hari untuk bermain dengannya."
"Kelihatannya menambah satu orang anggota keluarga semakin menambah keramaian dalam rumah ini ya."
Rumah dengan anggota keluarga yang banyak, keramaian dan kehangatan di dalamnya. Sungguh keadaan yang tak pernah kurasakan di kehidupanku sebelumnya. Rasanya aneh dan asing, tapi aku tiak membencinya.
"Ayah, apakah kami akan terus memanggil adik kami dengan nama Rosianna?"
Bukannya sudah jelas? Atau mereka akan membuatkan nama panggilan baru?
"Tentu saja tidak, adik kalian juga akan mempunyai nama berkat setelah upacara pemberkatan."
Hmm? Juga?
"Apakah kau tidak sabar memanggil adikmu dengan nama berkatnya Clara?"
"Iya ibu."
Upacara dan nama berkat ya? Ternyata hal seperti itu juga ada di dunia ini.
"Aku harap Rosianna mendapatkan nama berkat yang cant-"
"Ibu! Rosianna menggenggam jariku! Dia menggenggam jariku dengan tangannya yang kecil itu!"
"Deve! Aku belum selesai bicara dengan ib-!"
"ROSIANNA LUCU SEKALI!"
"DEVEREAUX!"
"Clarabeth! Devereaux! Tidak bisakah kalian tenang? Teriakan kalian bisa membuat Rosianna takut dan menangis."
"Athalia, kau juga harus sedikit tenang. Aku kan sudah bilang kalau mereka hanya ingin bermain dengan Rosianna."
"Rosianna, ayok pegang tanganku yang satunya juga."
"Kak Atha, Deve tidak mendengarkanku."
"Bala, lakukan sesuatu."
"Lakukan apa?"
Hei! Bukankah ini terlalu berlebihan? Ayah, ibu! Tolong tenangkanlah anak- anak ini.
"Anak-anak sangat antusias sekali ya sayang."
"Kau benar Grace."
Kenapa kalian malah tersenyum puas melihat anak-anak kalian dalam keadaan kacau seperti ini? Ah.. Aku tidak punya pilihan lain. Ini melukai harga diriku, tapi aku tidak punya cara lain.
"HUWAAAAAAAAAA"
"Tuh kan! Deve kau membuat Rosianna menangis!"
"Aku tidak melakukan apapun, kau yang terus-terusan berteriak membuatnya menangis."
"Aku? Kau yang dari tadi menyentuhnya, kau membuatnya tidak nyaman!"
"Bala! Bantu aku memisahkan mereka"
"HUWAAAAAA"
Mendengar tangisanku, ibu pun segera menggendongku dan mengelus punggungku dan berusaha menenangkanku.
"Cukup anak-anak!", dengan satu kalimat dari ayah, membuat anak-anak itu seketika menjadi diam.
"Anak-anak. Adik kalian sepertinya kelelahan. Lebih baik kalian sekarang kembali ke kamar kalian masing-masing."
"Baik Ibu", Mereka pun kembali dengan wajah yang murung.
Maafkan aku kakak-kakak, ini adalah cara terbaik untuk menyelesaikan kekacauan yang kalian buat tadi.
"Sepertinya bayi kami sudah tenang sekarang", ibu pun perlahan meletakkan ku kembali di keranjang bayi.
"Maafkan kakak-kakak mu ya Rosianna, mereka hanya senang melihat adik mereka yang lucu ini"
Entah sudah berapa kali aku mendengar kalimat itu hari ini.
"Dia memang terlihat kecil dan manis, seperti sarang madu, benar kan sayang?"
'Dan kakak-kakak ku adalah lebah yang mengerubutiku.'
"Perumpamaan yang lucu, Grace."
Entah karena kejadian tadi atau karena tubuh bayi ini, aku merasa sangat lelah. Aku pun memejamkan mataku dan berusaha untuk tidur.
"Grace, sepertinya anak kita sudah tidur."
"Kalau begitu, haruskah kita pergi?"
"Tidak, aku masih ingin melihatnya", ayah pun kemudian membelai pelan kepalaku dan mengelus pipiku.
Setelah itu, aku pun merasakan keberadaan mereka perlahan menjauh dariku. Mereka yang masih berada di kamarku, berbincang secara pelan, berusaha untuk tidak membangunkanku. Mereka membahas mengenai berbagai hal tentangku. Salah satunya berisi upacara pemberkatanku.
"Sayang, apakah upacara pemberkatan untuk Rosianna akan ditunda? Aku mendengar Pendeta Agung masih berada di wilayah timur"
"Aku baru saja mendapatkan surat dari kuil kalau rombonganPendeta Agung sedang dalam perjalanan untuk kembali, mereka akan tiba 2 hari lagi. Kuil juga mengatakan bahwa upacara pemberkatan Rosianna tidak akan ditunda."
"Apakah Pendeta Agung dan lainnya baik-baik saja? Mereka semua kembali dengan selamat kan? Menghadapi wilayah timur untuk saat ini, pasti sangat berat dan berbahaya bagi mereka."
"Atas perlindungan Dewi, mereka mengabarkan kalau mereka baik-baik saja. Di dalam surat, mereka mengatakan bahwa mereka berhasil mensucikan daerah tersebut"
"Syukurlah kalau mereka semua selamat dan baik-baik saja."
Walaupun aku tidak tahu apakah upacara pemberkatan di dunia ini sama atau tidak dengan di duniaku sebelumnya. Namun, karena di dunia ini dan di duniaku sebelumnya kami menyembah Dewi yang sama, sepertinya serangkaian kegiatan ibadah pun tidak jauh berbeda. Yang berbeda adalah di dunia ini ada kegiatan penyucian. Apa maksudnya mensucikan wilayah timur? Lebih tepatnya, apa yang terjadi di wilayah timur sehingga Pendeta Agung pun sampai mensucikan wilayah tersebut?
'Aku baru berumur 8 hari dan sudah banyak sekali hal yang ingin kuketahui mengenai dunia ini'
Cepat atau lambat aku pasti akan mengetahui segala hal mengenai dunia ini. Namun, untuk saat ini, aku hanya ingin fokus untuk mengetahui segala macam informasi mengenai keluargaku terlebih dahulu. Setelah itu, aku akan mencari tahu hal lainnya nanti.