Chereads / Triangle Of Love / Chapter 29 - 28. Perasaan Senang

Chapter 29 - 28. Perasaan Senang

"Lo berdua mau ini?"

"DEON?" ujar Alfa saat mendapati kehadiran Deon yang tiba-tiba di sana dan berhasil membuat Andika jatuh pingsan. Deon datang di saat yang sangat tepat.

Deon menepuk balok kayu ke tangan. Ia berjalan mendekat pada dua cowok yang sedari tadi mencekal lengan Alfa. "Lo berdua mau ini?"

Kedua teman Andika langsung memucat. Mereka melepaskan cekalan pada tangan Alfa dan melangkah mundur.

"Bagus. Lo bawa temen pengecut lo ini dari sini!" bentak Deon dengan suara kencang. Dua orang itu jadi terkesiap dan langsung mendekat pada Andika.

Deon menatap wajah Andika dengan sinis. Cowok itu sudah pingsan. Ia tendang kaki cowok itu saat kedua teman Andika ingin memapah tubuh cowok itu.

"Jauh-jauh lo dari sekolah kita!" Setelah menendang kaki Andika. Deon melempar balok kayu ke sudut ruangan.

Dua cowok itu sudah keluar dan membawa Andika pergi dari ruangan itu. Mereka kalah lagi dan tidak berhasil mencelakai Alfa.

Deon menatap Alfa yang terlihat sedikit berantakan. Ia melirik sekilas Amora yang masih mematung di tempat pijakan. Mungkin Alfa dan Amora butuh waktu berdua untuk bicara.

"Gue tunggu diluar, Fa." Deon melangkah keluar dan meninggalkan Alfa dan Amora yang ada di sana. Ia tidak ingin jadi pengganggu.

Setelah kepergian Deon, Alfa merapikan seragamnya yang sangat berantakan. Sudut bibirnya sangat terasa perih. Akhir-akhir ini ia selalu di buat jadi babak belur oleh Andika.

"Are you okay?" tanya Alfa dan mendekat pada Amora yang masih mematung. Ia tersenyum tipis karena Deon dan Amora datang tepat waktu. Ia berterimakasih pada dua orang itu.

Amora jadi tersentak ketika Alfa sudah berada di depannya. "Ah, iya. Gue baik-baik aja. Harusnya gue yang nanya gitu," jawab Amora dengan kikuk.

"Lo enggak apa-apa?" tanya Amora dengan jemari ia remas pelan. Ia jadi merasa gugup saat bertatapan dengan Alfa begini.

"Menurut lo?" Alfa menaikkan sebelah alisnya ke atas. Ia menahan diri untuk tidak tertawa melihat tingkah Amora yang terlihat gugup.

Amora menepuk jidat dengan pelan. Ia tidak seharusnya bertanya seperti itu. Amora memang bikin malu dirinya saja.

"Gu-gue salah tanya. Ki-kita ke UKS aja. Gue bisa obatin luka di wajah lo," ujar Amora semakin gugup. Jantungnya yang ada di dalam sana jadi berdegup kencang kala Alfa menatap manik matanya.

"Oh ya?" Alis mata Alfa terangkat ke atas ketika Amora terlihat semakin gugup. Ia dekatkan wajah pada gadis itu dan menatap Amora dari dekat.

Amora menahan napas ketika wajah Alfa sangat dekat dengannya. Ia jadi semakin gugup dengan wajah terasa panas. Amora ingin menghilang saja dari hadapan Alfa saat ini.

"Thanks, lo udah dateng ke sini." Tangan Alfa terulur mengusap puncak kepala Amora dengan perasaan menghangat. Ia sangat senang melihat wajah Amora yang memerah karena dirinya.

"Ii-iya," jawab Amora semakin gugup. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia tidak bisa jika di tatap lama seperti itu. Kaki Amora bisa jadi lemas seperti jelly.

Alfa terkekeh pelan. Ia jauhkan wajah dari Amora dan menyeka bibirnya yang kembali terasa perih.

"Aa-ayo ke UKS. Gue harus bersihin luka lo, takutnya jadi makin berdarah." Amora yang lihat bibir Alfa berdarah jadi meringis pelan. Ia tarik pergelangan Alfa dan membawa cowok itu keluar dari gudang sekolah.

Alfa menatap tangan Amora menarik pergelangan tangannya. Alfa tersenyum tipis dengan perlakuan Amora yang menurutnya sangat manis.

Deon yang melihat Alfa dan Amora langsung menegakkan badan. Ia mengekori dua orang itu yang tengah berjalan di depan menuju UKS.

***

Alfa duduk di atas brankar di temani oleh Deon di sebelahnya. Amora tengah mengambil kotak obat serta sesuatu yang di butuhkan untuk mengobati luka yang ada di wajahnya.

"Yon, jangan bilang sama Alfi kalo gu—"

"Tenang aja. Sesuai perjanjian kita waktu itu." Deon setengah berbisik, takut Amora mendengarnya. Setelahnya, Deon bergeser saat melihat Amora mendekat.

"Lo kenapa mau ladenin tuh orang? Andika udah gak waras. Harusnya lo liat dia itu langsung lari." Amora mengomel sambil membawa wadah kecil yang berisi es batu dengan handuk kecil di tangannya.

Amora berdiri di sebelah Deon yang duduk di dekat Alfa. Ia tersenyum manis seraya berucap.

"Permisi, gue mau ngobatin pasien yang lagi terluka dan tak berdaya," ujar Amora seraya meletakkan wadah kecil ke tepi brankar.

Deon terbahak mendengar perkataan Amora. "Halus banget cara ngusir lo?"

Amora ikut terkekeh. "Geser. Gue mau berdiri di sini," jawabnya.

Deon segera bangkit berdiri. "Fa, gue balik ke kantin dulu. Alfi tadi nungguin lo. Kalo lama gini, tuh anak bakal tambah khawatir."

"Iya, Yon. Thanks, ya. Lo udah nolongin gue," ujar Alfa pada Deon yang mulai melangkah menuju pintu.

"Sipp. Santai aja." Deon membuka pintu dan segera keluar. Tinggal lah Amora dan Alfa di dalam.

"Bisa saya mulai mengobati wajah anda, Tuan?" ujar Amora seraya memasukkan handuk kecil ke dalam air dingin.

"Bisa, Nona." Alfa mengangguk dengan kekehan. Ia hadapkan wajah pada Amora yang mendekat dan mendudukkan diri di dekatnya.

Amora mengeringkan handuk yang sudah terasa dingin. Ia tatap wajah Alfa dengan perasaan yang kembali gugup.

"Tarik napas, lalu hembus—"

"Gue bukan mau ngelahirin, Amora." potong Alfa cepat dan mengetuk pelan kening Amora. Gadi itu buat ia jadi gemas saja.

"Gue kira iya." Amora cengiran. Ia tarik napas dengan dalam dan mulai membersihkan wajah Alfa dengan air dingin. Setelahnya, akan ia obati pakai obat merah.

Jantung Amora terus berdegup kencang. Terlalu dekat dengan Alfa buat Amora jadi gugup. Namun Amora terus mengompres luka yang terdapat di wajah dan sudut bibir Alfa dengan pelan dan hati-hati.

Alfa mengamati wajah Amora yang tengah telaten mengompres lukanya. Luka yang semula terasa perih jadi mulai berkurang. Alfa mengulum senyum tipis. Ia akui, Amora sangat cantik.

Sebelah tangan Alfa terulur menggenggam pergelangan Amora dan itu buat aktivitas Amora jadi terhenti. "Kenapa tangan lo gemetaran?"

"Gu-gue grogi," jawab Amora dengan wajah memerah. Amora menarik pelan tangannya dari genggaman Alfa. Ia letakkan handuk dan beranjak dari sana.

Alfa menatap punggung Amora yang menjauh. Gadis itu membuka pintu lemari dan mengeluarkan kotak obat dari dalam sana. Amora kembali mendekat dan mengeluarkan obat merah serta kapas.

"Kenapa lo grogi? Apa karena baru liat cowok ganteng kayak gue?" tanya Alfa dengan jahil.

"Kepedean." Amora mendekat dan menarik dagu Alfa ke atas. Ia pakaikan obat merah pada sudut wajah Alfa yang sedikit lebam dan tergores.

"Gue ganteng, kan?" tanya Alfa dan menurunkan tangan Amora. Ia genggam dengan lembut. Sudut bibir Alfa melengkung membentuk bulan sabit.

Amora yang tersadar langsung melepaskan genggaman tangannya. Ia menatap wajah Alfa yang telah selesai ia obati.

"Lo enggak ganteng. Jangan kepedean. Buru keluar, lo udah selesai gue obatin," jawab Amora dengan malu. Ia masukkan kembali kapas dan menutup botol obat merah.

"Ngusir ceritanya, nih?" Alfa menaikkan sebelah alis matanya ke atas. Ia terus menjahili gadis cantik nan imut itu.

"Ihh, Alfa. Lo ngeselin juga ternyata." Amora cemberut dan mencak-mencak membuat Alfa jadi terbahak.

"Ya udah, gue keluar. Makasih, ya, udah ngobatin." Alfa berdiri dan menyempatkan mengacak pelan puncak kepala Amora.

Amora menahan napas saat tangan Alfa mengacak pelan rambutnya. Pipi Amora jadi bersemu. Entah kenapa, ia jadi merasa senang dan bahagia jika berada di dekat Alfa.

"Gue pergi." Alfa menurunkan tangan dan segera beranjak. Ia tersenyum tipis dan lanjut melangkah menuju pintu UKS dan keluar dari sana.

Amora memutar kepala ke arah pintu. Alfa sudah keluar dari UKS.

"Huwaa, pipi gue jadi panas." Amora mengibaskan tangan dan mendudukkan diri di brankar. Alfa berhasil buat ia jadi senang tidak karuan. Hati Amora terasa berbunga mendapat perlakuan manis dari Alfa.

"Kalo keseringan deket sama Alfa gini kayaknya gak aman buat kesehatan jantung gue," gumam Amora dengan kedua tangan menutupi wajah yang masih memerah karena salah tingkah.

"Aaaa, kenapa gue jadi seneng gini,sih? Sadar, Amora..."

See you next part.