Semua orang langsung menoleh ke arah Nindia. Bu Ranti langsung berdiri menatap ke arah anaknya itu. ada binar rindu di sepasang mata itu.
"Nindya," bu Ranti, wanita itu langsung berlari ke arah anaknya. Memeluk putri satu-satunya itu dengan erat sembari terisak. Air matanya luruh begitu saja, "Maafkan ibu, nak. Tolong maafkan ibu. Waktu itu ibu begitu emosi. Ibu tidak bermaksud untuk benar-benar mengusir kamu!"
Nindia masih mematung di tempatnya berdiri. Dia tidak membalas pelukan dari ibu kandungnya itu tapi air matanya terus mengalir. Mengalir tanpa henti. Wanita itu menangis dalam diam. Adri dan nek Wati yang melihat mereka hanya bisa terdiam.
Ada perasaan sesak di dada laki-laki itu melihat wanita yang pernah sangat dicintainya dia. Tidak tahu apakah cinta itu masih ada. Tapi sejatinya dia memang belum pernah melupakan karena sampai detik ini pun belum ada wanita yang bisa menggantikan posisi wanita itu di hatinya selain cinta yang ternyata adalah anak kandung mereka