Impianku untuk menikah dengan mas Fadil harus terkubur dalam-dalam. Rencanaku dan papa akhirnya gagal total. Mas Fadil ternyata tidak hilang ingatan. Dia sudah membohongi semua orang. Huhh, kalau mengingat kejadian itu rasanya aku ingin mengamuk saja. Malu, sakit hati, sedih. Semua jadi satu.
Tante Mira sudah tidak bisa lagi aku pengaruhi. Malah dia marah-marah padaku dan juga mama. Akhirnya aku blokir saja nomor kontak dia daripada aku harus mendengarkan ocehannya.
"Aku tidak terima atas perlakuan si Fadil itu, pa," ucap mas Sammy geram saat kami sekeluarga sedang duduk di ruang keluarga membahas masalah mas Fadil yang telah mempermalukan kami di depan pemegang saham di perusahaannya.
Ya walaupun aku dan mas Samy di sana hanya berpura-pura menjadi karyawan untuk memata-matai perusahaan mas Fadil tapi kami tetap merasa malu. Aku pun lebih malu lagi sama teman dan keluargaku karena aku sudah berkoar-koar akan segera menikah dengan mas Fadil. Ceo dari perusahaan milik ayahnya itu.