Tangan Pak Hanry mengudara. Memukul pipi Evander.
Dug ... dug ... dug ...
Pukulan demi pukulan sebagai tanda kekesalan bersarang di wajah dan tubuh Evander. Pak Hanry meluapkan semua kekesalannya. Tak peduli dengan Evander. Dia benar-benar tak bisa mengontrol emosinya. Membiarkan semuanya ke luar begitu saja. Bagaimana tidak, memiliki seorang anak lelaki yang ternyata seorang lelaki peyimpang biasa disebut lelaki belok atau lelaki pelangi. Dia tidak bisa menerima itu. Apalagi Evander berasal dari keluarga terpandang. Dari Keluarga Bagaskara. Salah satu konglomerat di negaranya.
"Lagi Yah! Pukul lagi! Aku siap!" titah Evander. Dia ingin menerima pukulan kemarahan ayahnya. Yang sudah seharusnya didapatnya sejak lama.
"Iya aku akan memukulmu sepuasnya," sahut Pak Hanry. Dia memang ingin memukul Evander yang sudah memalukan nama baik keluarganya.