Setelah 30 menit lamanya akhirnya Deigo menjemput ku yang berada tidak jauh dari area parkiran itu.
"Ayo naik buruan, bentar lagi mau hujan Ra gue gak bawak jas hujan." Tutur Deigo.
Karena Deigo sedang tidak membawa mobilnya.
"Oke.." jawab gadis itu seraya menaiki motor Deigo segera mungkin.
"Pegangan anjir.. entar jatuh gue juga yang repot." Gerutu Deigo yang ingin segera mempacukan motornya.
"Iya.. berisik amat Lo ahh." Sungut Rara.
Sesekali dari kejauhan mata Kejora melirik sekilas ke arah Aldebaran alias Bintang yang sedang berada di area parkiran SMA Cendikia Intern tersebut. Hingga ninja Kawasaki Deigo pun perlahan melaju kian jauh dari area sekolah itu.
Deg.
Hari dimana kita telah berbeda.
"Kau dan aku ternyata hanyalah seperti orang asing dibawah langit dan pijakan yg sama". 'gumam Rara dalam hati'. Disaat dia memandang Aldebaran dalam kejauhan.
Namun siapa sangka di kejauhan kisaran jarak 20 cm ada yg memperhatikannya dalam diam. Tidak ada yang tahu apa yang ada didalam pikiran lelaki bermata cokelat itu. Ya dia Aldebaran alias Bintang. Tanpa Kejora sadari bahwa lelaki itu juga sedang memperhatikannya dari kejauhan.
"Eh, buset any*ng.. Tau ae lu ada cewek bening" seru Mahesa seketika.
"Dasar anak dagjal. Kerjaan lu apa dah selain ngagetin gue." sontak Aldebaran alias Bintang mengusap dadanya.
"Siapa..? Gue?? Sontak Bintang.
"Ya siapa lagi. Emangnya gue ngebacot ama tembok apa?" Sungut Mahessa.
"Gue gak ngapa-ngapain." Jawab Bintang kemudian.
Lalu masuk kedalam Porsche nya. Seketika ia mendongak ke arah luar tepat didepan Mahessa yang sedang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Woi.. Lo mau nginap disini atau gimana??" Teriak Bintang tiba-tiba.
"E..ehh.. anjir elo ya.. main tinggal-tinggal Bae." Mahessa langsung beranjak membuka pintu mobil Bintang dan langsung mengoceh hal remeh temeh seperti biasanya.
"Ehh.. Lo kenal sama cewek itu?" Tutur Mahessa membuka suaranya.
"Siapa?" Bintang memutar jengah matanya. Pura-pura tidak mengerti.
"Gak usah pura-pura gak tau deh lo." Seketika Mahessa meninju bahu sahabatnya itu. Ya meskipun terkesan pelan. Namun bintang terlonjak kaget.
"Apa-apaan sih lo. Kaget anj*ng..." Pekik Bintang.
"Rasain Lo. Habisnya pertanyaan gue gak dijawab woi lah.." jengah si Mahessa.
Yang benar saja ketika sedang menyetir mobil tiba-tiba di ajak bercanda gak tahu tempatnya. Siapa lagi kalau bukan Mahessa yang berani berbuat hal nyeleneh seperti itu kepadanya. Ya tidak ada yang berani menyentuh lelaki itu selain Mahessa. Apalagi jika bersifat sekurang ajar itu selain sahabat nya ini. Karena baik itu di keluarga maupun di luar tidak ada yang berani kepada Aldebaran Bintang Bagaskara. Sebenarnya dia dahulu lelaki yang hangat dan manis. Namun 4 tahun yang lalu telah merubahnya menjadi dingin dan keras seperti saat ini.
"Maksud lo.. cewek yang diparkiran tadi.. gue gak kenal dia." Tegas lelaki itu dengan tenangnya.
"Yakin lo..." Sahut Mahessa. Sesekali memperhatikan raut wajah sahabatnya itu.
"Gak ada pembahasan lain apa selain bahas hal-hal yang sangat tidak menarik." jengah Bintang seketika memutar bola mata malas.
"Oh iya gue lupa.. sejak kapan ya seorang Aldebaran Bintang Bagaskara calon Presdir Bagaskara group tertarik sama hal yang berbau wanita.. Sedangkan Intan Mysha Diva aja idola sekolah SMA Cendikia Intern aja gak bisa mengambil hati seorang Bintang.. Gila memang Lo ya. Normal gak sih." tutur Mahessa kemudian satu hal yang iya yakini soal sahabat tampannya ini.
"Nah itu lo tau. Gila Lo, normal lah gila." Tutur nya kemudian sambil menoyor kepala Mahessa.
"Eh btw.. Cewek itu cantik juga loh." Cengir Mahessa sekilas melirik sahabatnya itu.
Hening.
Bintang hanya diam tidak menjawab celotehan Mahessa.
"Bahkan kalau menurut gue mah lebih cantik dari Intan sih. Rada jauh sih ya. Wahh..wah.. bentar lagi bakal jadi idola di SMA Cendikia Intern deh nampaknya." Seketika Mahessa senyum-senyum seperti mendapatkan oase yang sangat berharga.
Bintang sesekali merilik sahabatnya itu tanpa ekspresi. Seakan-akan jengah dengan celotehan Mahessa si kutukupret yang kalau ngomong seperti rem blong tiada jeda.
Hingga mereka tertawa bersama didalam mobil itu.
Kejora sudah tiba beberapa jam an yang lalu dikediaman sepupunya itu. Sambil mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Dina disekolah tadi.
Ya Kejora termasuk siswi yang berprestasi di sekolah lamanya dahulu. Jadi tak heran jika ia mudah memahami pelajaran tersebut. Terutama fisika. Karena Kejora sangat menyukai pelajaran fisika.
"Selesai deh...." Gumam gadis cantik itu.
Drttt.. drttt..
Kemudian hp Kejora berbunyi. Menampilkan id calling no tidak dikenal.
'Siapa ya..' batin Kejora.
"Ha..hallo... Siapa ya?" Jawab Kejora kemudian.
"Hemm.. di angkat juga rupanya.." kekeh suara lelaki disebrang sana.
"Lo siapa?" Tutur Rara selanjutnya.
"Kita bakal jumpa lagi Kejora." Pungkas lelaki itu setelahnya. Hingga panggilan terputus.
Tut..Tut..Tut..
'Siapa ya..' benak Kejora.
'Tapi seperti familiar dengan suara itu.' pikirnya.
"Lo kenapa?" Tanya Deigo.
"Gapapa kok." Jelas Kejora.
"Tapi lo sampai ngelamun begitu." Tutur Deigo.
"I'm fine kok." Ucap Kejora kembali.
"Jangan aneh-aneh ya. Entar Lo kenapa-kenapa gue lagi yang bakal dimarahin ama Om Rangga, tepatnya Mommy Daddy." Jelas Deigo kembali.
"Gak ada apa-apa kok. Ih bawel banget." Sungut Kejora, dan berlalu meninggalkan Deigo seorang diri ditaman belakang.
Di kediaman calon Presdir Bagaskara group. Tepatnya di apartemen yang sangat mewah. Siapa lagi jika bukan apartemen milik Aldebaran Bintang Bagaskara. Seorang anak tunggal pengusaha kaya yang sebentar lagi bakal memegang saham tertinggi di perusahaan papanya.
"Hemm.. menyenangkan.." smirk lelaki itu.
"Adohh.. air di apartemen Lo dingin banget gila. Bisa-bisa beku gue njirr.." keluh si Mahessa yang tiba-tiba sudah duduk di samping Bintang.
Hingga membuyarkan lamunan Bintang. Lelaki itu mendongak kan kepalanya kepada Mahessa yang berada di sampingnya itu.
"Lo masih gak bisa mengatur suhu air apa.." jengah Bintang kemudian berlalu ke kamar mandi setelahnya.
Ya Bintang tidak habis pikir saja dengan tingkah sahabatnya satu ini. Padahal dia juga bukan tergolong anak orang biasa saja. Dia juga berasal dari anak orang berada tepatnya pengusaha terkaya di Singapura tetapi bisa kolot seperti ini.
"Gue pulang dulu yak.." pamit Mahessa dari ruang tamu.
"Oke.. sama siapa?" Sahut Bintang dari dalam kamar mandi.
"Di jemput Arona tuh di bawah." Mahessa berlalu menuju pintu keluar.
Ya Nadinne Arona Sinnca adalah sepupunya Mahessa dari pihak ibunya. Dia juga satu sekolahan dengan mereka berdua. Tetapi kakak tingkat Mahessa satu tahun. Arona kelas XII IPS 2. Termasuk salah satu jajaran siswi populer di SMA Cendikia Intern. Setelah Intan Mysha Diva sang Dewi cheerleader basket di sekolah mereka.
Keramaian hiruk-pikuk jalanan tak membuat mereka merasa sedikit terusik dengan ketenangan nya. Siapa lagi jika bukan seorang lelaki tampan bermata hazel kebiruan. Dengan earphone bertengger ditelinga sebelah kirinya. Tidak sedikitpun mengurangi ketampanannya pada wajah lelaki itu. Dengan bulu mata yang lentik dan alis tebal. Bibir tipis. Dan hidung yang sangat mancung. Ditambah menggunakan Hoodie berwarna biru navy kesukaan nya dan celana jeans berwarna putih. Menambah kesan kasualnya pada malam ini. Dengan seorang gadis cantik di sebelahnya. Menggunakan crop top dengan warna putih tulang senada dengan bawahannya. Ya dia adalah Deigo Mahatma Nugroho. Gadis disebelahnya adalah pacarnya yang sudah jadian sejak satu tahun yang lalu. Sekarang tepatnya hari jadi mereka yang ke 2 tahun. Cewek cantik itu bernama Edelennyi Gabriella. Gadis cantik yang selalu ceria. Berbanding terbalik dengan sikap lelaki itu bukan. Tetapi satu hal yang perlu diketahui ialah bahwa hanya gadis itu yang bisa meluluhkan hati seorang Deigo. Lelaki dingin dan sering dijuluki manusia kulkas oleh anak-anak disekolah tentunya. Putra pewaris Nugroho Sanjaya perusahaan raksasa yang cabangnya ada dimana-mana. Dalam negeri maupun luar negeri. Sungguh luar biasa bukan.
"Setelah ini mau kemana lagi?" Tanya Deigo kemudian.
"Pulang aja deh. Besok juga mau sekolah kan.." ucap gadis itu kemudian.
Deigo hanya mengangguk-angguk tanda setuju.
"Oh iya.. kapan-kapan kenalin aku dong sama sepupu kamu itu. Siapa tau kami cocok kan hehe.." tutur Gabriella yang biasa di panggil Abiel itu.
"Wah, boleh dong.. Besok deh gue kenalin di sekolah. Oh iya apa kalian udah pernah jumpa disekolahan sebelumnya." Lanjut Deigo kemudian.
"Hemm.. maybe. Tapi gue gak yakin ya. Soalnya lebih tepatnya gue yang melihatnya. Dan sepertinya dia gak lihat gue deh." Tutur Abiel lagi.
"It's okay.. besok gue kenalin deh kalian berdua." Ucap Deigo kemudian.
Jam menunjukkan pukul 21:24. Tetapi lain hal dengan gadis cantik ini. Dari tadi sangat gelisah. Tentu saja gadis ini masih memikirkan lelaki asing yang menelponnya siang hari tadi. Yang membuat dirinya bergumam seorang diri guna memecahkan teka-teki tersebut. Namun hasilnya nihil.
'Siapa gerangan lelaki asing itu.' batinnya.
'Ada urusan apa dia menghubungi gue.' pikirnya lagi.
'Kita bakal jumpa lagi Kejora?' Gumam gadis itu.
'Tunggu-tunggu.. apa dia kenal gue sebelumnya." Teka Rara.
Hingga akhirnya gadis itu tertidur dengan lelapnya.
Bagaimana readers???
Perasaan kalian setelah membaca part ini. Udah dapat feel-nya belum?
Jangan lupa vote dan coment ya. Biar author makin semangat buat up nya dong. Hehe. Terimakasih 🙏❤️