Chereads / KEJORA / Chapter 3 - Bab 3 | Keras Kepala

Chapter 3 - Bab 3 | Keras Kepala

Jakarta sore hari ini sangat lembab. Mengingat hujan yang mulai reda. Tepatnya saat aku sudah mendarat beberapa jam yang lalu dibandara Soekarno-Hatta. Tiba-tiba hujan mengguyur bumi ini dengan lebatnya. Beruntung sepupuku menjemput ku tepat waktu sebelum hujan itu tiba.

"Lo gak apa-apa kan gue tinggal sendiri di rumah?" Tutur Deigo. Memulai pembicaraan setelah keheningan beberapa jam yang lalu.

"It's okay.." gumam Rara seraya hampir tidak kedengaran.

"Ntar kalau lo lapar, tinggal suruh bibi aja yang masak." Ucap Deigo lagi.

"Hemm.." sahut Rara seraya menutup matanya. Ya karena masih dalam keadaan jetleg juga.

Setelah itu hanya keheningan yang tercipta.

Ya dia Deigo Mahatma Nugroho sepupu ku yang tinggal di Jakarta. Dia di Jakarta sebenarnya bersama dengan kedua orang tuanya. Namun Om Indra dan Tante Nelly sering berada di luar negeri karena kegiatan bisnis. Dan jarang pulang ke tanah air dikarenakan juga mempunyai rumah di sana tepatnya di LA. Oleh karena itu aku disuruh sama Om dan Tante tinggal di rumah nya buat nemanin si Deigo tinggal disana. Dan dengan alasan juga kata mereka aku ada yang jagain. Karena selain para maid tidak ada lagi yang tinggal di rumah itu. Karena sepupu ku sendiri seorang anak tunggal.

20 menit berlalu ketika aku sudah tiba di kediaman Deigo sepupu ku. Ya saat setelah membantu ku menurunkan koper dan membawanya kamar yang akan ku tempati. Deigo langsung pamit keluar. Katanya dia sedang ada urusan.

Setelah tiba dikamar tadi aku langsung mandi dan sampai sekarang masih betah berbaringan di atas kasur. Hingga sampai cacing-cacing didalam perut ku demo minta segera di isi. Aku langsung menghentikan segala aktivitas ku. Langsung ku charger kan handphone ku di atas nakas. Dan beranjak ke dapur untuk mencari makanan yang ingin ku santap.

Cukup lengkap rupanya persiapan bahan-bahan makanan di kulkas tersebut. Aku langsung mengambil roti dan telur. Karena tiba-tiba aku ingin memasak sandwich. Ya karena itu juga yang menurut ku cukup simpel buat dimasak sekarang. Jika mengingat perutku yang sibuk berbunyi dari tadi. Karena jika ingin membangunkan bibi diriku merasa kasihan dan tidak tega. Aku pun cukup mengerti soal pekerjaan dapur kok. Karena mengingat diriku sering membantu mama ketika memasak. Jika di ingat kembali membuat ku merasa sedih. Ya meskipun aku anak terakhir namun aku tidak semanja itu kok. Hehe..

"Lo masak apaan malam-malam Ra?" Ucap Deigo yang tidak tahu dari mana asalnya.

"E..ehh.. Lo Go. Ngegetin gue aja deh sumpah." Sontak Rara menoleh ke arah belakang.

"Gue nanya? Lo masak apaan? Seraya memutar bola matanya.

"Masak sandwich. Lo mau?" Tawar Rara.

"Boleh deh. Kebetulan gue laper." Gumam Deigo langsung menarik kursinya.

"Oke, bentar.." Jawab Rara seraya membolak-balikkan sandwich di atas teplon.

Deigo memang terpaku dingin kepada siapapun. Jadi tidak heran jika iya bersikap demikian. Tapi Deigo itu sebenarnya baik dan peduli banget kok. Hanya sifatnya saja yang terlampau dingin dan cuek.

Hingga sandwich nya pun matang sempurna. Semerbak aroma panggang nya membuat siapapun yang menciuminya sangat menggugah selera. Ya meskipun terbilang sederhana. Tapi cukup praktis dan lezat pastinya. Dimakan hangat-hangat bersama susu hangat. Sangat pas diperpadukan dengan cuaca dingin seperti malam ini.

"Hemm lumayan lah.." Ucap Deigo seraya menggigit sandwich dengan lahapnya.

Rara hanya mendongak dan hampir tidak peduli dengan ucapan sepupunya itu.

Setelahnya lagi-lagi keheningan yang tercipta di meja makan tersebut.

"Lo langsung istirahat aja Go. Gue mau beresin ini dulu." Seru Rara sambil membawa piring-piring itu ke wastafel.

"Gak usah di cuci. Besok aja biar bibi yang cuci. Istirahat aja. Capek juga kan." Tutur Deigo yang tiba-tiba berada di samping Rara.

"Ehh lo ngapain sih. Udah gue bilang biar gue aja yang beresin." Seraya langsung mengambil piring yang ada ditangan Deigo.

"Lo sih, keras kepala banget. Dibilangin gak usah juga. Inget besok hari pertama lo sekolah." Tegas Deigo dengan sedikit jengah. Ya bagaimana tidak Kejora sungguh keras kepala. Sangat susah jika di kasih tau.

"Hehe.. iya-iya. Cuma ini doang kok. Lagian juga gak banyak kan." Cengir gadis itu.

"Serah deh.." Deigo memutar bola matanya malas.

"Lagian juga emang susah kalau ngomong ama batu." Jengahnya seraya melangkahkan kaki ke kamar.

"Huhhh.. dasar kulkas kutukupret." Cibir Rara seraya menendang kaki nya di udara.