Sabtu pagi adalah waktu yang ditunggu oleh Lidya. Ia sudah tidak sabar melihat suaminya datang pada Aurel. Wanita memang terkadang ribet dan membuat sesuatu menjadi sebuah masalah.
Padahal Arjuna sama sekali tidak berniat ingin berbohong. Dia bahkan akan mengajak Lidya. Sayangnya Lidya sudah lebih dulu salah sangka dan tersulut emosi.
"Sayang, kok kamu diam saja? Gak kayak biasanya?" tegur Arjuna.
"Gak papa!" ketus Lidya.
"Ya Allah, salah apa aku ini? Gak nyangka kalau menikah bakal serumit dan menegangkan seperti ini," batin Arjuna.
Ponsel Arjuna berdering. Itu adalah panggilan dari sang sahabat.
"Eh, Sayang ... ada telepon, aku ijin angkat dulu, ya?"
"Ngapain ijin segala? Memangnya penting ijin sama aku? Lagipula kamu kan gak pernah menganggap aku ini orang penting!"
Kali ini Lidya ambil suara. Dadanya terasa sesak ditambah rasa emosi yang beberapa hari sudah memenuhi hatinya.
"Loh, kok ngomongnya gitu? Kamu akhir-akhir ini marah terus sama aku, kenapa? Aku salah apa?"