Setelah Arjuna menyodorkan cincin berlian itu, seketika Lidya sok dengan mulut menganga dan mata melotot.
"Astaga! Ini beneran buat aku?" tanya Lidya sambil senyum-senyum tipis.
Sungguh berbunga-bunga hati Lidya saat ini. Bahkan jika bisa diekspresikan dengan sikap, pasti Lidya sudah salto sambil guling-guling.
"Tentu saja buat kamu, Sayang. Kalau bukan untukmu, lalu siapa lagi? Masak untuk Bibi Marni?" jawab Arjuna sambil melirik.
"Uh, so sweet sekali ... malam ini kamu berhasil membuatku takjub dan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini!"
"Ulu-ulu ... segitu bahagianya kah Sayangnya aku ini?" goda Arjuna sembari mencolek pipi Lidya dengan gemas.
Lidya kembali melihat pada benda kecil yang sangat indah itu. Sesaat dia tersenyum lalu menoleh ke arah kekasihnya untuk meminta izin.
"Boleh aku pakai sekarang, Sayang?" tanya Lidya dengan wajah memohon.
"Tentu saja boleh, Sayang. Eh, tapi kalau dipakai sendiri rasanya akan beda. Em, memangnya gak mau tak pakaikan?"