"Ampun, Nyonya. Ampun ... tidak seharusnya saya membangkang Nyonya dan bersikap lancang pada Nyonya. Saya mohon maafkan ucapan dan ketidaksopanan saya terhadap Nyonya. Sekali lagi jangan pecat saya Nyonya."
Marni terus memohon pada Melisa, akan tetapi kesabaran Melisa sudah sepertinya hanya sampai di sini.
"Aku tidak suka dengan pembantu lancang dan kurang ajar sepertimu! Saat ini juga kemas barang kamu lalu angkat kaki dari sini!" gertak Melisa murka.
Marni sangat ketakutan. Bahkan, dia sampai beberapa kali mencium kaki Melisa. Sayangnya Melisa tidak mau tahu dengan perasaan dan rasa takut yang terlihat itu. Dengan begitu angkuh dan sombongnya Melisa menendang wajah Marni sampai hidungnya berdarah.
"Subhanallah, Bi Marni!" teriak Aurel panik.
Sejak tadi Aurel hanya bisa melihat dan diam melihat perlakuan Melisa pada Marni. Namun, saat sikap Melisa semakin kejam dan kasar, Aurel terpaksa turun tangan dan bertidak tegas untuk menolong Marni.