"Aurel! Jangan macam-macam kau dengan pisau itu."
Vero kembali berseru dengan rasa ngeri di hatinya. Melihat dan merasakan langsung kejadian seperti ini membuatnya sempat berpikir bahwa ini hanya sekedar mimpi dan ilusi. Namun, ini benar adanya.
Meski ia meminta Aurel mundur dan melepaskan pisau yang ia genggam. Aurel tetap enggan. Dia malah semakin berani untuk lebih mendekatkan pisau itu hingga menempel pada dagu Vero.
Aurel menegakkan ujung pisau seperti seorang pembunuh pada umumnya yang sedang mencoba menakuti korbannya.
"Bagaimana Mas? Bukankah seperti ini yang kamu bilang aku ini seorang pembunuh?" sindir Aurel sembari menggoyangkan pisau agar terlihat semakin menakutkan bagi Vero.
"A-apa yang akan kau lakukan padaku, Aurel?" tanyanya terbata.
Aurel tersenyum sinis. Ia mulai membelai pipinya menggunakan pisau itu. Digeser ke atas, samping, bawah tapi tak melukai wajah Vero sedikit pun.