"Tenanglah! Tenanglah, Aurel!" bentak Vero sembari memeluk istrinya.
Aurel masih menjambak rambut dan terus menyakiti dirinya sendiri.
"Ya Allah, kenapa Aurel jadi seperti ini?" Vero yang tadinya marah pada istrinya itu, perlahan berubah menjadi iba dan kasihan.
"Aurel! Hentikan! Jangan kau sakiti diri kamu sendiri seperti itu!" Vero kembali membentak, karena tak kuasa dan tak tahan melihat sikap istrinya yang terus menarik rambut hitam yang sudah terlihat kusut.
Dengan cepat Vero memegangi kedua tangan Aurel lalu menarik tubuhnya hingga terjatuh ke pelukan Vero. Vero kembali mendekap sembari berbisik di telinganya.
"Aku mohon, janganlah seperti ini. Peluklah aku dan lepaskan semua beban yang sudah merasuk ke dalam jiwamu."
Mendengar bisikan Vero yang lembut, Aurel mulai tenang. Pandangan yang semula kosong, perlahan mulai sadar. Dia menghela nafas panjang kemudian mengeluarkannya.