"Kamu ini serius gak sih dari tadi ngomongnya? Aku capek nih ngakak mulu," sahut Vero kemudian duduk di kursi yang berada di pojokan.
Waktu semakin bergulir dengan cepat hingga tak terasa jam di dinding menunjuk ke angka 10.00 malam.
"Ya Allah Mas Vero!!! Aku ini dari tadi udah serius loh! Mas Vero gak sadar kalau aku lagi sedih?"
Vero melirik sembari memicingkan sebelah mata menatap wanita yang merengek kayak anak SD.
"Sedih? Sedih kenapa? Aku aja gak ngapa-ngapain," timpal Vero santai.
"Ya aku tuh sedih, Mas Vero bukannya enak-enak sama aku malah sama setan!"
"HUS! Kata siapa? Aku aja masih menerawang soal itu! Takutnya tadi aku cuma mimpi doang!" celetuk Vero dengan mengelak.
"Benarkah? Tapi ... apa di dalam mimpinya Mas Vero itu sudah benar-benar melakukan?"
"Baru mau masuk dan tancap gas tapi Mama manggil-manggil, ya jadinya belum sempet begituan. Baru pemanasannya doang."
"Ha? Udah pemanasan juga? Aaaa!!!!" Aurel kembali merengek.
