"Maafin, Aurel ya, Ma— semua ini terasa berat buat Aurel, tapi sepertinya Aurel memilih untuk tetap bertahan di posisi ini.
Deg!
Apa yang ditakutkan Melisa ternyata benar. Menantu kesayangannya lebih memilih menjanda dari pada rujuk dengan Vero.
Aurel melepas pelukannya. Ia menatap manik mata berwarna hitam yang memperlihatkan kesedihan.
" Mama sedih ya?" ucap Aurel masih memandangi wanita paruh baya yang ada di depannya.
Melisa lantas tersenyum sembari berkata, "Kalau boleh jujur, tentu saja mama sedih, Sayang. Kamu sudah mama anggap sebagai anak sendiri. Mama sangat sayang padamu dan Alif."
"Maafin Aurel ya, Ma— bukan maksud Aurel ingin membuat Mama sedih, tapi—"
"Sudah, Sayang ... Mama gak papa kok. Mama tahu ini berat untukmu. Jadi, apapun keputusanmu, mama akan mendukung."
Aurel sangat bahagia. Ia merasa beruntung mempunyai mertua sebaik Melisa. Mereka kembali berpelukan dengan tangis perpisahan.