"Ya Allah, kenapa sakit banget dengernya— apa yang dia ucapkan itu benar? Kalau memang benar demikian, aku sampai kapan pun tak akan bisa mendapatkannya," batin Brian yang terbawa perasaan mendengar ejekan dan penolakan Amartha. "Sudahlah, lebih baik aku memang tak usah berharap padanya."
Amartha menunggu jawaban atas penolakan yang ia layangkan, tapi Brian hanya menanggapinya lewat kebatianan. Ia tak ingin lebih menyakiti hatinya dengan memperpanjang pembahasan ini.
"Kenapa dia jadi diam? Apa dia marah? Tapi—" keluh Amartha mulai bertanya-tanya dengan diamnya Brian di telepon.
Amartha menunggu terus menunggu hingga Brian kembali berucap.
"Kamu siap-siap. Aku sebentar lagi akan menjemputumu—" ucap Brian kemudian dengan nada bicara yang datar.
"Aku? Siap-siap? Memangnya mau ke mana?"