Dengan jantung berdegup kencang, Aurel masuk ke mobil. Mereka berdua tak saling mengobrol atau pun meneruskan pembicaraan. Kebisuan yang terjadi disebabkan oleh rasa kikuk satu sama lain. Padahal Aurel belum sempat menceritakan masalah yang dialami.
Cukup lama keheningan yang terjadi, membuat Brian tak tahan merasakannya.
"Ada apa denganku? Kenapa malah mengacuhkan Aurel seperti ini? Seharusnya aku memanfaatkan momen ini untuk mengobrol dan mengetahui kebenaran yang ada," batin Brian sembari melirik Aurel.
"Em ... kenapa kita jadi diam-diaman begini?" Brian memulai pembicaraan.
Aurel menoleh dan tersenyum membuat kecantikannya semakin terpancar.
"Sumpah ya, ini anak memang selalu membuatku salah tingkah. Wajah ayu itu membuatku sulit untuk berpaling," batin Brian sembari terus mencuri pandang.
"Kamu beneran gak mau cerita sama aku?" Brian kembali menanyakan masalah yang telah menimpa Aurel. "Kalau mau cerita, aku tunggu—" Brian kemudian terdiam menunggu tanggapan.
