Malam pun tiba, saatnya Aurel membaringkan tubuh untuk melebur lelah yang seharian telah menerpanya.
Alif sudah tertidur lebih dulu setelah ia kembali nangis berada di kamar baru. Aurel masih mengira jika Alif hanya kegerahan juga kelelahan. Untung saja ASI Aurel mengucur dengan begitu deras. Sehingga Alif yang rewel bisa ditenangkan dengan menyusu.
Angin tiba-tiba berhembus terasa dingin. Rasanya sangat aneh jika malam hari ada angin yang tiba-tiba nongol entah dari mana. Padahal pintu dan jendela sudah tertutup rapat. Tak mungkin juga 'kan angin menerobos masuk lewat dinding.
"Ih, kenapa sih sejak tadi perasaanku gak enak seperti ini—" keluh Aurel sembari mendekap tangan demi menghangatkan tubuhnya akibat hawa dingin yang tak jelas asal usulnya.
Setelah kejadian sore tadi di saat Vero menyuruh Aurel pindah kamar, dirinya tak lagi melihat batang hidung Vero. Entahlah, Aurel juga hanya fokus mengurusi Alif hingga tak lagi menghampiri suami juga mertuanya.
