"Tentu saja boleh, Alif lagi bubuk sama Vero tuh—"
"Ha? Apa? Mas Vero tidur dengan Alif? Sejak kapan? Tumben sekali Mas Vero tidur bareng anak," batin Aurel terkejut.
Rasa kangennya memang teramat sangat dalam pada sang anak, tapi saat mengetahui ada Vero di kamar, Aurel mulai ragu dan mengurungkan niatnya.
"Loh, kok berhenti? Ayo masuk ke kamar—" ucap Melisa saat dirinya dan juga Aurel sudah berada di depan pintu.
"Em ... Aurel di luar aja deh, Ma—"
Dahi Melisa mengkerut sembari memegang pundak Aurel kemudian berkata, "Loh, kenapa? Apakah ada sesuatu yang kamu pikirkan, Sayang?"
Deg!
Rasanya Aurel sedang dihadapkan dengan sebuah pertanyaan yang sulit dijawab.
Aurel lalu tersenyum dan memundurkan langkah sampai tersendat pada sebuah kursi, kemudian dia duduk.
"Aneh sekali sikapnya? Sepertinya ada sesuatu yang sedang ia pikirkan. Em ... apa jangan-jangan karena dia sudah ditalak oleh Bara?" gumam Melisa sembari menatap keanehan yang diperlihatkan oleh sang menantu.