"Apa kau menyuarakan kata makanan?" teriak Vero dari bilik kamar.
Aneh memang. Katanya tak mau mendengarkan, pura-pura bisu juga tuli saat dipanggil, menyuruh Aurel pergi. Eh, pas ditawarin makan langsung nyahut!
Aurel berdecak kesal dari arah pintu. "Huu dasar suami aneh! Makanya jangan cuma marah-marah mulu yang diandalkan! Gayanya aja sok yes dan angkuh tapi tau-taunya mau juga diiming-imingi makan!" Mulut Aurel dremiming monyong-monyong sembari menggerutu.
Meski Aurel marah-marah di depan pintu, tetap saja Vero tak tahu.
"Iya Mas, ayo kita makan bareng-bareng—"
"Aduh, ngomongin makanan perut ini jadi keroncongan lagi. Tapi kalau aku tiba-tiba keluar dan menyambut Aurel, sama saja mempermalukan diriku sendiri! Masak iya, haga diriku dikalahkan dengan sebuah ajakan makan! Apa kata dunia? Ah, aku akan membuat ini seolah-olah aku menolaknya." Vero membatin dengan memelintir perut.
"Aku udah kenyang! Sana kamu dan Mama saja yang makan!" tolak Vero bersandiwara.