"Boleh saya melihat Anak saya Dok?" ucap Aurel sembari melihat Dokter Ana dengan wajah penuh harap.
"Tentu saja boleh Mbak, silahkan—" Dokter Ana kemudian meninggalkan Aurel dan Vero.
Aurel berjalan mendekati Vero seraya meliriknya.
"Mau ikut ke dalam, apa cuma mau duduk di sini kayak orang hilang?" tanya Aurel sembari memicingkan mata.
Tak ada jawaban dari Vero, dia hanya menyambut lirikan mata yang sedang meliriknya dan langsung berdiri. Sepertinya hati Vero mulai terketuk, hati yang tadinya beku, sedingin es perlahan mencair menjadi luluh. Vero berjalan di belakang Aurel menuju ruangan yang Alif tempati.
"Alif ... Anak Ibu ...," ucap Aurel dengan berlari dan langsung mendekap erat pada tubuh mungil itu.
Aurel kecup Bayi mungil nan tampan itu berulang kali. Bulir-bulir air mata mulai mengalir deras membuktikan betapa menyesalnya Aurel.
