Jika teringat masa dulu setelah Aurel cacat, rasanya ia ingin mencelupkan wajah Vero sekaligus menenggelamkan kepalanya ke dalam air agar otaknya encer.
Vero selalu berbuat kasar pada Aurel sampai bayangan-bayangan suram itu selalu memenuhi pikirannya.
"Lepaskan, Mas! Tak usah kau berbuat kasar padaku! Aku sudah terlalu muak dengan semua sikap kasar yang selama ini kau lakukan!"
Plak! Plak!
Dua tamparan keras berhasil membuat rasa sakit dan membuat bekas di kedua pipi Aurel. Entah berapa kali tamparan Vero sudah dilayangkan dan menyakiti bagian wajah istrinya itu. Aurel tak merasa heran dengan sikap Vero yang tempramental. Sudah sejak dulu Vero melakukan KDRT seperti ini.
Kali ini tak ada lagi tangis yang keluar dari sudut mata indah Aurel. Rasanya sudah kebal dan semakin terbiasa. Meski sebenarnya hati dan jiwanya hancur tapi ia sanggup menahan sakit hati dan juga raga yang ia rasakan.
