Chereads / MALAM KELAM TAK DIINGINKAN / Chapter 14 - 14. Menyentuhnya lagi

Chapter 14 - 14. Menyentuhnya lagi

"Khmmm."

Asya dan Bi Asri menoleh ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya mereka melihat siapa orang yang menghampiri mereka. Dialah Gilang, laki-laki bertubuh tinggi nan gagah dengan muka selalu dingin sedang berdiri di ambang pintu kamar.

Asya dan Bi Asri sesaat saling lempar pandang, menyiratkan ada gerangan apa seorang Gilang mau bertandang ke tempat mereka. Bi Asri yang sudah lama tinggal disana, tidak pernah menjumpai majikannya itu menghampiri tempat tinggal pembantu yang ada di belakang rumah.

"Bersihkan ruangan kerja saya, sekarang." titah Gilang dengan suara dingin terdengar mutlak tanpa penolakan menatap Bi Asri.

Bi Asri mengerti dan buru-buru beranjak dari posisinya, meninggalkan Asya yang tengah di obatinya tadi. Kini hanya tertinggal Asya dan Gilang saja di kamar yang berukuran 3 x 3 meter itu. Asya sesekali melirik ke arah Gilang yang sama sekali belum beranjak dari ambang pintu.

"Dia ada apa kok berdiri disitu terus?" Asya ketakutan sendiri lewat ekor matanya yang terus mencuri-curi pandang ke arah pintu yang masih berdiri Gilang disana dengan raut muka tidak bisa diartikan.

Brakk

Gilang menutup pintu kamar Asya dengan kasar hingga menimbulkan suara keras. Asya terlonjak kaget.

"A … ada apa, Tuan?" Asya beranjak dari duduknya dan mendapati Gilang tengah berjalan ke arahnya sambil melepas kaos.

Grepp

Gilang langsung menarik pinggang Asya hingga tubuh keduanya bertubrukan.

Glekk

Asya menelan salivanya kesusahan, wajahnya tepat mengenai dada bidang dan seksi Gilang yang tengah bertelanjang.

"Tuan ma … Hmmpt."

Asya yang baru saja mendongak menatap Gilang, dikejutkan dengan bibir Gilang yang membungkam bibirnya. Asya membelalakkan matanya mendapati wajah tampan Gilang tepat di depan mukanya dengan kedua mata terpejam.

Asya tambah terkejut ketika bibir Gilang mulai bergerilya aktif di atas bibirnya dengan sesekali menyesap dan melumatnya dengan rakus. Hingga suara decapan nyaring memenuhi kamar hening yang berukuran kecil itu. Ditambah lagi tangan kekar Gilang sudah menjelajah aktif menyentuh bagian sensitifnya. Membuat tubuh Asya menegang merasakan sensasi dan geleyar aneh di tubuhnya.

Asya hanya diam, tidak menolak maupun membalasnya karena tidak memiliki pengalaman dalam hal berciuman. Meski dia sudah mengulangi perbuatan itu dengan laki-laki yang sama. Namun satu hal yang ia rasakan yaitu dirinya tidak bisa mengimbangi permainan Gilang.

"Tetap manis." Gilang melepas ciumannya kemudian mencecap sisa saliva Asya yang tertinggal di bibirnya.

"Hahhh huhhh hoohh." Asya meraup oksigen rakus karena Gilang tidak memberinya kesempatan sedikitpun selama ciuman itu berlangsung.

"Nggak sabar lanjut ke permainan berikutnya." Seringai Gilang.

Asya memberanikan diri menatap sorot mata Gilang yang nampak berkabut diliputi gairah yang tinggi. Bahkan sorot mata itu berbeda dari biasanya yang hanya tertutupi emosi membara. Pandangan keduanya saling terkunci satu sama lain.

"Lemah." Lirih Gilang, Kemudian menarik tengkuk Asya dan mencium bibir manis itu lagi.

Asya kaget dan reflek memejamkan mata ketika Gilang mengulanginya. Desahan tertahan sudah tidak bisa terelakkan lagi keluar dari mulut Asya. Tangan Gilang kembali bergerilya meremas dadanya di sela-sela ciuman yang berubah menjadi lumatan.

Asya tidak mau tubuhnya tersakiti lagi. Sudah cukup rasa sakit yang diterimanya. Mau tidak mau Asya nurut meski walau terpaksa. Hingga kini baju terusan Asya terlepas sempurna dari tubuh berisinya.

Ditengah permainan panas itu, Gilang menuntun Asya mundur kearah ranjang kecil yang hanya muat di tiduri satu orang tanpa melepas pagutan kedua bibir mereka.

Bruggh

Tubuh Asya jatuh di tengah ranjang kemudian disusul Gilang mengukung tubuhnya.

"Tuan, tolong jangan sakiti anak kita."

Gilang langsung melancarkan aksinya tanpa menindih perut buncit Asya. Penjelasan Riko terus terngiang-ngiang di kepalanya membuatnya tidak sabar menggeluti tubuh molek Asya yang kini sudah dibawah kungkungannya. Riko selama ini selalu dipercayanya. Jadi tidak mungkin yang disampaikan RIko salah. Satu hal yang ia suka, dimana Asya dikenal tertutup dengan laki-laki. Jadi dia merasa tertantang untuk menyentuh Asya yang mana selama ini hanya dirinyalah yang menikmati dan menyentuh tubuh Asya.

Kini di kamar sempit itu hanya diisi dua orang tengah sibuk menikmati gairah, hingga menimbulkan erangan bercampur desahan memenuhi seisi kamar. Tanpa mereka sadari suara itu sampai keluar kamar.

Riko dan Bi Asri yang tadinya khawatir akan keadaan Asya di belakang karena didatangi Gilang disana, membuat mereka terkejut. Dimana sesampainya di depan pintu kamar Asya terdengar suara aneh dari dalam kamar. Terlihat pintu kamar Asya tertutup rapat.

"Ahhhh."

Riko mengajak Bi Asri menjauh dari tempat mereka berdiri di depan kamar Asya. Jujur mereka merasa kasihan, dimana mereka tahu selama ini Gilang hanya menyiksa fisik dan batin Asya. Dan sekarang Asya dipaksa melayani Gilang ditengah kondisinya yang tidak baik-baik saja. Itu sungguh membuat mereka iba pada Asya.