Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

My Bad Bos [Indonesia]

Relaxaaa_29
--
chs / week
--
NOT RATINGS
13.4k
Views
Synopsis
Xaiver Narendra Maximilian pernah bersumpah di hadapan teman temannya bahwa ia tak akan pernah menikah seumur hidupnya, karena baginya wanita hanyalah penghangat ranjangnya saja, tidak lebih dari itu. Jika kau bisa menikmati setiap wanita, kenapa kau harus menikah dan terikat dengan saru wanita? itu katanya... Namun sumpahnya seakan tak terucap saat ia bertemu Adeeva Adelia, wanita cantik yang berhasil membuatnya tergila-gila dan melanggar sumpahnya karena ia harus menikahi Adeeva agar tidak ada pria manapun yang berani mendekatinya. "Hal terindah yang pernah aku dapatkan seumur hidupku, adalah saat aku bertemu denganmu, Adeeva Adelia." Xaiver Narendra Maximilian
VIEW MORE

Chapter 1 - 1, Aku Masih Suci

[Bab 1 : Aku Masih Suci]

Happy Reading!!

No Bully!!

Sorry for Typo!!

***

[ Normal ]

"Jadi hari ini kau akan pergi untuk interview?" tanya Ibuku.

"Iya Ma, hari ini aku ada panggilan dari kantor Maximilian Corp untuk interview." balasku seraya tersenyum ceria.

"Baiklah selesaikan sarapanmu, nanti kau terlambat sayang." kata Ibuku juga balas tersenyum.

Aku mengangguk lalu kembali melanjutkan sarapanku, memakan nasi goreng buatan Ibuku dan menghabiskan segelas susu coklat kesukaanku. Ini adalah kebiasaan rutin kita setiap pagi, menghabiskan sarapan -hanya- berdua.

"Hati hati sayang, semoga berhasil." kata Ibuku saat aku akan pergi.

"Iya Ma, aku pergi dulu bye..."

Aku mencium punggung tangan Ibuku lalu memasuki mobilku dan bergegas menuju tempat tujuanku.

Yaitu perusahaan Maximilian Corp.

Aku mendapatkan panggilan untuk interview setelah seminggu lebih, ralat bukan seminggu namun hampir sebulan aku mengirimkan surat lamaran kerjaku. Akhirnya aku dipanggil juga dan semoga saja aku diterima di Perusahaan itu, karna Maximilian Corp adalah Perusahaan industri terbesar di Indonesia (dalam imajenasi penulis tapi) siapa sih yang tidak mau bekerja di Perusahaan besar seperti Maximilian Corp. Perusahaan yang menjadi impianku sejak aku masih duduk di bangku SMA, aku berusaha keras agar aku bisa masuk perusahaan itu. Apa pun telah kulakukan demi bisa masuk ke perusahaan itu.

Hmm iya aku lupa memperkenalkan diri :) oke namaku Adeeva Adelia Albert atau panggil saja aku Adeeva biar tidak ribet. Umurku 22 tahun, aku tinggal di Jakarta bersama Ibuku karena Ayahku sudah meninggal saat aku masih di dalam kandungan dan aku anak satu-satunya mereka. Walaupun aku tidak tau dimana makam Ayah. Karena Ibu bilang Ayah kecelakaan pesawat dan jasadnya hilang tidak ditemukan. Karena jasadnya tidak ditemukan, aku berharap bahwa Ayahku masih hidup disuatu tempat dan kami akan bertemu suatu saat nanti, aminnn.

Oke kembali ke topik

Aku sudah sampai di depan kantor Maximilian Corp, dengan sedikit grogi aku turun dari mobilku. Aku langsung naik kelantai paling atas setelah bertanya pada Resepsionis dimana ruangan Mr.Maximilian, karena kemarin saat ditelpon katanya aku akan di interview oleh Mr.Maximilian atau C.E.O di Perusahaan itu langsung, aku gugup, tapi hanya sedikit tenang Adeeva kau pasti bisa. Lagi pula ini hanya interview Adeeva dan bukan eksekusi mati! jadi kau tak perlu panik.

"Bu ruangan Mr.Maximilian-nya ada di mana ya?" tanyaku yang jujur saja bingung.

Wanita yang aku pikir sekretarisnya Mr.Maximilian ini menatapku sebentar lalu menunjuk pintu yang tidak jauh dari mejanya.

"Itu,"

Aku pun hanya mengangguk seraya mengulum senyum dan tidak lupa berterima kasih sebelum menghampiri ruangan Mr.Maximilian setelah beliau mempersilahkan aku untuk mengetuk pintu langsung.

Tok... tok... tok...

Aku mengetuk pintu ruangan dengan tulisan C.E.O. Mr.Maximilian di atasnya sebanyak tiga kali.

Tak ada jawaban, aku pikir Mr.Maximilian tidak mendengar jadi aku pun mengetuk pintu lagi, tapi tetap tidak ada jawaban, aku malah mendengar suara-suara aneh dari dalam, aku mengetuk pintu dengan agak sedikit keras berharap jika Mr.Maximilian akan mendengar suara ketukan pintuku. Tetap tidak ada jawaban, karena cukup kesal dan penasaran dengan suara yang terdengar ditelingaku, aku pun menempelkan telingaku dipintu -aku tau aku tidak sopan, tapi aku tidak peduli- dan suara aneh itu makin terdengar seperti suara desahan yang err menjijikan.

Sial!!

Ternyata pintu itu tidak di kunci dan yang terjadi malah aku terjatuh duduk di lantai dengan posisi yang tidak mengenakkan seperti hantu suster ngesot yang ada di Film hantu yang aku tonton minggu lalu bersama Ibuku. Tau tidak? Kalau tidak berarti anda kudet eh kurang update maksudnya. Oke abaikan perkataan terakhirku.

Aku terkejut, saat melihat ke dalam ternyata suara-suara aneh dan menjijikan itu tadi memang berasal dari Mr.Maximilian dan seorang perempuan yang sedang main kuda-kuda'an di sofa yang berada di dalam ruangannya. Aku mengaga melihat hal itu, Bos macam apa ini? pertama kali masuk kantor sudah melihat hal yang membuat mataku tidak suci. Maafkan aku Tuhan, lagi pula aku tidak sepenuhnya salah. Jadi salahkan mereka berdua yang membuat mataku tidak suci lagi. Kataku dalam hati. Bukannya aku sedari tadi memang bicara dalam hati ya?

"Eh, maaf aku tidak sengaja." kataku gugup. Aku mengumpat diri dalam hati harusnya aku tidak perlu menempelkan kepala di pintu tadi. Tapi 'kan aku tidak tau jika ternyata pintu itu tidak terkunci 'kan? Dan mereka sedang bermain kuda-kuda'an di dalam sana!

Lagian ini kantor bukan hotel jadi siapa yang salah disini? Tentu saja pasti Mr.Maximilian bukan aku.

Aku berdiri, Mr.Maximilian menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan. You know lah, sok inggris! Aku kembali menutup pintu tidak mau melihat hal yang seharusnya tidak aku lihat karena aku belum cukup umur untuk melihat hal seperti itu.

Sedikit merapikan bajuku yang mungkin terkena debu saat terjatuh tadi, tidak lupa aku juga membenarkan kacamataku yang sedikit merosot. Entah karena aku jatuh tadi atau karena memang hidungku yang terlalu mancung kedalam. Entahlah, mungkin keduanya. Please jangan ketawa.

Saat aku berdiri di depan ruangan Mr.Maximilian, ada seorang perempuan cantik yang baru saja datang dan ia menatapku dari atas hingga bawah dengan tatapan menilai. Aku tau aku tidak terlalu cantik walaupun Ibuku selalu mengatakan bahwa aku yang tercantik, tapi tidak harus begitu juga kali natapnya!

Sepertinya dia akan memasuki ruangan Mr.Maximilian. jujur aku risih saat wanita cantik itu memandangku dari atas sampai bawah.

"Sedang apa kau disini?" tanya wanita itu sinis.

Aku menelan ludah gugup, memberanikan diri untuk mendongakkan kepalaku dan menatapnya lebih jelas, karena sedari tadi aku hanya menunduk, sekarang aku jadi bisa melihat dengan jelas bahwa dia memang sangat cantik.

"Hm, itu aku mau-mau interview." kataku dengan gugup. Karena wanita itu menatap kearahku dengan tatapan yang sangat tajam, setajam silet. Yang bisa membuat siapa saja pasti akan takut melihatnya, seperti aku saat ini atau memang akulah yang penakut? Entahlah.

"Interview?" ulangnya, aku melihat dia yang mengerutkan dahi heran. Lalu lagi lagi ia kembali menatapku dari bawah hingga atas.

"Ya... Kemarin aku mendapat telfon bahwa Mr.Maximilian yang akan meng-interview-ku secara langsung." balasku.

"Kenapa tidak masuk?" tanyanya seraya tersenyum.

Aku jadi heran sendiri, tadi nada bicaranya sinis dan tatapannya sangat tajam setajam silet eh. Kok sekarang malah tersenyum manis banget semanis pare... Upss semanis gula maksudnya. Sungguh aneh tapi kenyataan eh? Sungguh aneh tapi nyata maksudnya. Haha becanda.

"Eh, itu di dalam lagi --" kataku gugup, sebelum aku selesai berbicara dia langsung memotong ucapanku yang gugup itu.

"Oh... Aku tau." kata wanita itu dan langsung memasuki ruagan Mr.Maximilian tanpa permisi.

Well mungkin dia kekasihnya eh jika dia kekasihnya lalu siapa wanita yang sedang bermain kuda kuda'an dengan Mr.Maximilian di dalam tadi?

Uh! Kenapa aku harus ambil pusing memikirkan itu semua!

Sebenarnya...aku tadi gugup karena aku tidak tau bagaimana menjawab pertanyaannya itu. Tidak mungkin kan kalau aku menjawab jika Mr.Maximilian sedang bermain kuda kuda'an di dalam. Yang benar saja! Itu terlalu vulgar untukku yang masih suci ini.

Bersambung