Chereads / Isekai wa Smartphone to Tomoni Fanfiction / Chapter 1 - Kematian dan Kebangkitan -Edit

Isekai wa Smartphone to Tomoni Fanfiction

Raihanchan
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 15k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kematian dan Kebangkitan -Edit

Di suatu ruangan, terlihat seorang pria berambut hitam tampan sedang duduk disebuah meja bundar. Ada masing-masing kursi yang melingkari meja itu, setiap kursi memiliki ornamen yang megah. Pria itu hanya memandang kosong kedepan, terlihat sedang banyak pikiran.

"Sudah hampir setengah tahun aku bereinkarnasi dan menjalani kehidupan ketigaku. Dalam setengah tahun ini banyak hal baru terus terjadi dan bahkan sekarang aku ditekan untuk berpoligami. Saran dari dewi cinta sedikit membantu, tapi...huh~ Aku ingat ketika pertama kali bertemu dengan kami-sama. Meski aku mati karena kesalahannya, tapi aku tidak bisa menyalahkannya, aku menikmati kehidupan ketigaku ini, apalagi dengan adanya mereka"

Pria itu memandang bergiliran kesetiap kursi kosong didepannya.

"Huh ada kursi baru lagi, aku penasaran apa aku akan mempunyai saudara laki apa perempuan. Aku harap itu lak-laki karena aku merasa kesepian menjadi satu-satunya laki-laki di ruangan ini"

-6 bulan yang lalu, POV orang pertama-

"Oleh karena itu, kau telah mati. Aku benar-benar minta maaf."

"Jadi, begitukah."

Orang tua itu kemudian membungkukkan badannya. Awan yang bersinar di bagian belakang mulai menyebar. Awan itu menyebar seperti sebuah karpet yang tanpa ujung. Tapi, aku sepertinya sedang duduk di atas sebuah tatami. Ini adalah ruangan sederhana dengan ukuran 4.5 tatami (meskipun tidak ada dinding atau langit-langit) yang mengapung di atas awan. Ada sebuah meja makan yang pendek bersama dengan lemari teh, televisi tua dan telepon model lama.

Dan di depan mataku adalah seorang Kami-sama atau setidaknya itulah yang dia katakan. Kami-sama mengatakan kalau aku mati karena kesalahannya, jadi aku tidak merasa seperti telah mati.

Apalagi ini bahkan bukan kematian pertamaku. Aku berpikir apakah Kami-sama tahu akan jati diriku yang sebenarnya? Sebelum aku sempat berpikir lebih jauh, Kami-sama menyebutkan hal yang membuat ku yakin bahwa Kami-sama adalah Kami-sama.

"Tapi aku tidak mengira bahwa orang yang mati karena ketidaksengajaanku merupakan jiwa yang spesial"

Spesial ? Apa maksudnya itu?

"Tunggu Kami-sama apa maksud Anda dengan 'spesial' ini ?"

"Yah kau tidak perlu menyembunyikan fakta bahwa kau menyimpan kenangan dari kehidupan sebelumnya. Normalnya setiap jiwa akan masuk pada siklus reinkarnasi untuk memulai kehidupan baru mereka, seperti yang kau ketahui tidak ada yang tahu akan menjadi apa jiwa itu di kehidupan selanjutnya. Jadi untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, sistem reinkarnasi menghapus semua kenangan di kehidupan sebelumnya. Kau sangat beruntung untuk berinkarnasi menjadi manusia kembali dengan ingatan utuh."

Setelah mendengarkan penjelasan Kami-sama mau tak mau aku merinding sejenak. Tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika aku bereinkarnasi menjadi jadi katak dengan ingatan sebagai manusia? *uhk*.

Berbicara soal reinkarnasi, bukannya aku telah mati ? Jadi apa yang akan terjadi selanjutnya ? Aku ingat , saat aku pulang dari sekolah, aku sedang berada dalam perjalanan ke Dojo dan tiba-tiba turun hujan. Aku mencoba untuk mengambil jalan pintas yang berada didekat taman, kemudian saat itu aku tersambar sebuah pancaran cahaya yang mengeluarkan suara gemuruh.

"Aku lupa untuk memeriksa ada tidaknya orang di sana sebelum aku menjatuhkan petir. Aku benar-benar minta maaf. Sungguh wajar bagi manusia mati oleh sambaran petir, tapi kali ini benar-benar tidak sengaja."

"Apakah aku tersambar langsung oleh petir dan mati... aku mengerti. Lalu apakah tempat ini adalah surga?"

"Bukan, tempat ini berada di atas surga, tempat ini adalah tempat dimana Dewa berada.... tempat ini dinamakan Realm of Gods (dunia para dewa). Manusia tidak diperbolehkan datang ke sini, tapi kau secara khusus dipanggil olehku! Errrmm... Mo...Mochizuki."

"Touya. Mocihuzki Touya."

"Ya, Mochizuki Touya-kun"

Kami-sama menuangkan air panas ke dalam teko sambil mengatakan itu dan menuangkan teh ke cangkir teh. Oh, tangkai tehnya berdiri tegak. Aku saat ini menggunakan nama Mochizuki Touya. Karena aku telah bereinkarnasi, aku memutuskan untuk melupakan identitas ku sebelumnya dan hidup sebagai Mochizuki Tooya. Tapi berpikir bahwa kehidupan kedua ku juga sangat singkat, mau tidak mau aku berpikir apakah aku emang ditakdirkan selalu mati di usia yang begitu muda bahkan tanpa menikah ?

"Jadi, setelah ini, apa yang akan terjadi padaku sekarang? Surga atau Neraka, yang mana?"

"Tidak, tidak, kau mati karena kesalahanku, jadi aku bisa menghidupkanmu kembali."

Kami-sama mengatakannya dengan ragu-ragu. Apa itu? Aku ingin tahu apakah ada masalah.

"Tidak ada cara yang bisa menghidupkan kau kembali ke dunia asalmu. Maaf, tapi seperti itulah aturannya. Kasus reinkarnasi mu itu bisa dikatakan anomali"

"Ha..."

"Tapi Kau dapat dihidupkan kembali ke dunia yang berbeda. Untuk memulai kehidupan ketigamu, aku bisa mengerti jika kau tidak setuju, tetapi..."

"Tidak apa-apa."

"... Tidak apa-apa?"

Aku memotong pembicaraanya dengan segera membalasnya. Dan Kami-sama menatapku dengan wajah yang penuh kebingungan.

"Aku mengerti keadaan dan posisi anda saat ini. Dan aku tidak berniat untuk memaksakan kehendaku. Aku berterimakasih karena bisa dihudupkan kembali. Itu saja sudah cukup hanya saja mungkin aku akan sedikit kurang ajar untuk memintamu tidak menghapus kenangan di dunia sebelumnya."

Dia tidak mau kehilangan kenangan akan kerja kerasnya untuk belajar seni bela diri.

"... Sungguh, dengan kepribadianmu ini, Dunia benar-benar telah kehilangan orang yang hebat... sangat disayangkan. Dan untuk permintaanmu tidak ada yang kurang ajar itu masih diterima"

Kami-sama terlihat putus asa. Meski aku telah hidup dalam dua kehidupan yang berbeda tapi dari keduanya itu umurku bahkan tidak melebihi 17. Jadi bisa dikatan aku masihlah seorang bocah. Melihat orang tua yang bertindak seperti itu, membuatku merasa sedikit malu.

Meskipun, aku tidak terlalu keberatan.

"Setidaknya biarkan aku untuk mengabulkan keinginanmu, walaupun terbatas, mungkin aku bisa mengabulkannya."

"Yah, bahkan jika anda berkata seperti itu..."

Pertama, aku tidak bisa dihidupkan lagi ke dunia tempatku berasal. Nah, jika aku pergi ke dunia yang berbeda, akan lebih bagus jika aku memliki sesuatu yang berguna...

"Setelah ini, aku akan pergi ke dunia mana? dunia seperti apa itu?"

"Dibandingkan dengan duniamu sebelumnya, dunia ini tidaklah berkembang, kira-kira jika di duniamu sebelumnya, ini disebut dunia abad pertengahan. Yah, walaupun tidak semuanya terlihat sama."

Hmmm, standar hidupku sepertinya telah jatuh jauh. Aku khawatir apakah aku bisa bertahan hidup di tempat seperti itu. Apakah akan baik-baik saja jika aku pergi ke dunia itu, tanpa pengetahuan apapun?

"Ummm.... ada satu yang ku inginkan"

"Oh, apa itu, apa itu. Aku akan memberikan apapun."

"Ini, dapatkah anda membuatnya sehingga bisa dapat digunakan di dunia yang berbeda?"

Kataku sambil menariknya keluar dari saku seragamku. Sebuah ponsel, itu seperti sebuah papan logam yang berukuran kecil. Dan juga di sebut smartphone. Setelah merasakan kenikmatan smartphone dari dua kehidupan berbeda, aku tidak bisa membayangkan kehidupan ketigaku tanpa barang ini. Smartphone adalah sebuah mahakarya !!

"Ini? Yah, mungkin... ini akan menjadi barang langka. Tapi itu masih akan bermanfaat untukmu"

"Contohnya?"

"Sebagian besar anda bisa melakukannya secara tidak langsung. Panggilan telepon, email, posting pesan di situs, hal-hal seperti itulah. Tidak ada masalah jika hanya bisa membaca. Itu benar, aku akan melakukan persiapan sehingga setidaknya anda dapat menghubungiku"

"Itu sudah cukup!"

Jika aku bisa mengambil pengetahuan dari dunia asalku, ini mungkin akan menjadi senjata yang hebat. Tidak ada kesalahan, tidak peduli apa yang dilakukannya ini pasti akan sangat berguna.

"Kau dapat mengisi baterai dengan menggunakan kekuatan sihir dan semacamnya. Jadi kau tidak perlu khwatir jika bateraimu habis."

"Sihir? Apakah ada kekuatan seperti itu di dunia yang akan aku tuju? Maka, mungkin bisa dilakukan jika dengan sihir?"

"Ada. Kau tahu, kau dapat mengunakannya nanti."

Aku dapat menggunakan sihir. Kedengarannya menarik. Tapi jika ada sihir bukankah dunia itu juga cukup berbahaya ? Mungkin seperti monster di games-games RPG

"Anu Kami-sama apakah mungkin untuk membuat tubuhku sedikit lebih keras dari manusia biasa ? Seperti yang kau tau aku merupakan penggemar serial beladiri, jadi ada beberapa beladiri yang ingin aku aplikasikan disana"

Kami-sama terlihat berpikir, aku menafsirkannya seperti itu karena dia mengelus janggutnya sambil melihat ke atas.

"Sebenarnya aku tidak perlu melakukan itu, dengan dirimu muncul disini, kamu bukan lagi seorang manusia biasa, ada beberapa buff yang akan diberikan tempat ini ke tubuhmu."

Mendengar perkataanya aku tidak mau tidak membungkuk berterimakasih padanya.

"Terimakasih Kami-sama !!"

Melihatku membungkuk Kami-sama sedikit panik.

"Tidak tidak tidak, akulah yang salah sejak awal, tidak ada alasan kamu harus berterimakasih. Tapi mungkin aku bisa meminta sedikit bantuanmu Touya-kun ?"

Bantuan ? Mau tidak mau aku berpikir keras, bantuan seperti apa yang dibutuhkan seorang Kami-sama dari manusia rendahan sepertiku ?

"Tidak perlu khawatir, aku hanya ingin kamu menjadi pengawas dari The Room yang kuciptakan"

"The Room? Apa itu?"

"Singkatnya itu adalah tempat untuk berkumpul. Hanya saja, yang bisa keluar masuk dari The Room adalah orang-orang terpilih yang diacak dari beberapa multiverse diluarsana"

"Tunggu !? Jadi aku akan menjadi semacam ketua dari suatu perkumpulan?"

"Yap betul sekali!"

Mau tak mau aku mengerang..aku tidak terlalu cakap dalam bersosialisasi. Aku ingin menolaknya, tapi-

"Baiklah aku akan menerimanya, tidak ada alasan bagiku untuk membantu kami-sama bahkan setelah dia begitu murah hatinya mengabulkan permintaanku"

"Sudah kuduga kamu akan menerimanya ! Akan aku beritahu, untuk masuk ke The Room kamu hanya perlu memikirkan pintu masuknya saja, maka akan muncullah pintu didepanmu..Dan ingat pintu ini hanya bisa dilihat oleh orang-orang terpilih. Baik segitu saja aku akan segera mengirimmu ke dunia baru, sisanya terserah padamu"

Aku hanya tersenyum menanggapi. Ketika Kami-sama dengan lembut mengangkat tangannya, cahaya yang hangat mulai menyelimutiku.

"Setalah aku mengirimmu, aku tidak akan bisa ikut campur tangan lagi, karena itu dilarang. Satu hadiah terakhir."

"Terima kasih."

"Ini mungkin bukan seperti ikut campur, tapi aku akan memberimu nasihat. Hubungi aku jika kau mempunyai masalah."

Kami-sama menunjuk smartphone yang berada pada tanganku ketika ia mengatakannya. Aku tahu, aku tidak bisa dengan mudah menghubungi Kami-sama. Jadi, mungkin itu ketika aku benar-benar dalam masalah.

"Kalau begitu, sampai jumpa!"

Kami-sama tersenyum dan kemudian aku kehilangan kesadaran.