Psyce segera bangun dari pangkuannya. Ia menatap tajam Lexter yang ada di depannya. Psyce menunjuk Lexter dan bersiap melontarkan kalimat-kalimat kemarahannya.
"Kau--"
Namun, Lexter lebih dulu menempelkan jarinya pada bibirnya untuk mengisyaratkan pada Psyce untuk tidak berisik. Kemudian Lexter menunjuk pada ayunan bayi yang masih di tiduri oleh bayi yang sama. Psyce akhirnya menelan mentah-mentah kemarahannya yang siap meledak pada Lexter karena memikirkan bayi yang terlelap tidur itu.
"Siapa nama bayi perempuan itu?" Lexter tiba-tiba bertanya mengenai hal yang tidak diprediksi oleh Psyce. Suaranya lembut nan pelan seolah benar-benar berhati-hari ketika ia berbicara.