Chereads / Anak Pulau Bab 1 Perbatasan Paling Utara / Chapter 2 - Perbatasan Paling Utara Negara Ku

Chapter 2 - Perbatasan Paling Utara Negara Ku

Dalam sejarah perebutan wilayah jajahan, antara Belanda dan Inggris. Kepulauan dimana tempat aku dilahirkan masuk dalam wilayah kekuasaan Inggris, Bukan Belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan Bangsa ku, barulah kepulauan ini menjadi milik Bangsa Indonesia. Tahun 1980, saat perang saudara antara Vietnam Utara dan Selatan, kepulauan ini, menjadi tujuan utama pengungsi Vietnam. Waktu itu diriku masih kelas satu SMP.

Jarak antara kepulauan ku dengan ibukota negara, sekitar 1200 km. Terlalu jauh dengan ibukota, malah lebih dekat dengan Malaysia atau Brunei Darussalam. Bermimpi pun aku tidak pernah untuk bisa sampai ke Ibukota. Diapit oleh Malaysia Barat dan Timur, Kepulauan ku, lebih banyak menempuh perdagangan dengan Malaysia dari pada dengan negara sendiri.

Sekilas buat pembaca, tentang kepulauan tempat aku dilahirkan dan di besarkan, 1980 awal petualangan hidup mengejar cita cita dan berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Masa SMP ku lalui dengan sangat prihatin. Pulang sekolah aku mengumpulkan pasir sungai untuk dijual sebagai kepada kontraktor yang sedang membangun airport di kepulauan ku. Selain mengumpulkan pasir sungai, juga mengumpulkan batu granit. Dua pekerjaan itulah, aku bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan.

Hampir tidak ada waktu buat diriku untuk bersantai, maupun bermain sepulang sekolah. Tidak bekerja, tidak punya uang untuk jajan, maupun membeli baju saat lebaran. Semestinya waktu SMP, masa masa anak anak bisa ku, reguk. Sayangnya masa anak anak ku, kulalui begitu keras. Aku jadi ingat lagu Iwan Fals berjudul "Di Budi Kecil".

Kelas satu SMP, aku pernah naksir pada gadis keturunan Tionghoa keren nya China Tiongkok. Gadis itu cantik sekali, mirip bule Francis hahaha. Surat cinta pertama pun ku layangkan buat dirinya. Surat ku tidak pernah ia balas, ku coba lagi menyurati nya untuk yang kedua kalinya, juga tidak ia balas. Kenapa aku tidak berani bicara langsung saja, bukan nya berkirim surat. Alasannya tidak ada kesempatan buat aku ngobrol dengannya. ia tinggal di desa yang jarak nya 30 km, dari ibukota kecamatan tempat aku sekolah.

Libur sekolah sengaja aku liburan dikampung ya, kebetulan Abang ku juga tinggal disana. Keberanian ku cuma nongkrong di Jembatan tempat gadis China tersebut selalu mandi. melihat dia sedang mandi pun aku sudah sangat bahagia, biarpun jarak nya lebih dari 100 meter. Setahun lama nya, cuma itu yang dapat kulakukan. aku juga menyadari tidak ada celah buat ku menyukainya. Perbedaan Agama, Suku membuat dinding yang sangat sulit untuk di terobos.

Nama gadis Tionghua itu adalah Wu Lan. hidung mancung, pipi merah merona, kulit putih bersih, selain aku tidak ada yang berani mendekatinya. maaf aku belum memperkenalkan siapa namaku. nama ku Yanus, aku lebih suka di panggil Yoes. SMP di kota ku cuma ada satu satu nya, sedangkan Wu Lan masih duduk di bangku SD kelas 6, tapi badan nya sudah cukup gede.

Setelah lulus SD barulah dirinya pindah ke kota kecamatan, untuk melanjutkan SMP disekolah ku ini. Barang kali aku lebih leluasa mendekati nya karena kita satu SMP. Saat ada kesempatan mendekatinya.

"Kenapa kamu tidak pernah membalas surat dari ku, Wu Lan?" tanyaku, saat itu dia lagi istirahat sendiri dibawah pohon, di belakang sekolah. Wu Lan pasti sudah tau aku menyukainya. karena perbedaan agama dan suku, membuat diri nya ter kotak kotak oleh peradaban kuno.

"Harus, ya? terserah akulah, mau balas atau enggaknya". lagian kita kita kan masih kecil, masa mau surat suratan, kalau ortu ku tau gimana. aku gak boleh sekolah, entar.

Setiap ada kesempatan, aku selalu mendekati dirinya, mengajak dia jajan dikantin, nonton dia main bola voli antar dia pulang sekolah dan banyak lagi kegiatan. Nada nada sumbang pun bermunculan, bahwa kami pacaran. padahal kami belum pacaran.

Aku dan Wu Lan emang tampak akrab, kalau teman ku apel kakak perempuan Wu lan, aku pun selalu ikut ikutan apel. Teman ku pacaran beneran sama Wu Mey, sedangkan aku hanya Nemani Wu Lan belajar. Sampai aku naik Kelas tiga, kami belum pacaran.

"Sekarang kamu kan sudah kelas dua, Wu Lan". apa tidak ada kesempatan buat kamu buka pintu hati mu buat ku, ya?" Sambil ku tatap dua bola mata nya yang indah. Mata Wu Lan melotot memandangiku.

"Kemaren katamu cuma pengen kenalan dan bersahabat. Eh, sekarang minta pacaran. Aku cuma menganggap, kamu sebagai sahabatku, tidak lebih. Jangan kau minta yang lainnya. atau kamu gak mau sahabatan lagi denganku". Aku hanya bisa menelan liurku yang pahit.

"Berarti gak ada harapan, ya". Kamu sudah punya yang lain, ya Wu Lan.

"Banyak hal, jika kita pacaran. Perbedaan agama, itu yang paling fatal. dari pada cinta di tantang oleh ortu dan agama, lebih baik kita cuma bersahabat dan lebih abadi dari pada percintaan yang tidak akan pernah sampai ke tujuan akhir." Aku hanya diam dan tertunduk, seperti sedang diomelin Guru.

"Baiklah, kau begitu. Berarti kamu menolak nya".

"Sementara ini, iya. gak tau aku, kalau kita emang jodoh." Sudah ya, sudah malam, aku ngantuk dan mau tidur. Kamu menunggu teman, mau atau mau pulang sekarang?

" Aku, pulang aja dech. makasih ya? aku permisi." setiba dirumah aku, cuma bisa menatap plafon kamarku, patah hatiku, karena ditolak Wu Lan, cintaku. Hari hari ku begitu tidak bercahaya. kebiasaan diriku, ikut teman ku apelin Wu Mey, tidak pernah lagi. Aku selalu menyibukkan diri untuk belajar. karena ujian kelulusan nanti, nilai ku harus bagus dan lulus dengan predikat terbaik.

"Kenapa, kamu jarang ke rumah ku lagi, Yoes". Marah ya, atau gak mau lagi ngajari aku, belajar. atau membenci, diriku. pertanyaan itu meluncur dari mulut Wu Lan tanpa ada pengereman.

"Ujian kelulusan kan gak lama lagi, Wu Lan". Aku harus lebih fokus belajar, sekarang. maaf jika aku jarang ke tempat mu. padahal aku lagi patah hati, lho. batin, diriku.

"Alah! Bukan sebuah alasan yang, tepat. kita bisa belajar bersama. Sesibuk sibuk nya belajar, masih ada waktu untuk bertamu. sekarang ini, kamu mulai menjauhiku, itu yang kurasakan dan sebagai alasan yang tepat nya.

"Gak, lah. hanya perasaan kamu saja. kita tetap bersahabat, aku harus tau batas batas sebagai seorang sahabat". maafin aku ya.

"Ya, sudahlah. gak perlu kita bahas lagi, gak ada gunanya, gak nyambung". Aku pamit.

Seperti nya terbesit kekecewaan pada diri Wu Lan. Aku membuat dia kecewa, karena belum siap untuk ditolak oleh Wu Lan.

Hari hari ku lalui tanpa semangat, seperti saat aku memburu cinta nya Wu Lan. Wu Lan pun mulai menjauhiku. sampai suatu hari dengan tidak sengaja, aku memergoki diri nya lagi berduaan dengan Li Tong di taman sekolah. tambah galau lah hatiku, aku sudah memiliki saingan berat yaitu Li Tong, yang ku tau juga suka sama Wu Lan dan mereka satu kelas.

Dengan Li Tong, Wu Lan satu suku dan seagama pula. mungkin dirinya lebih memilih Li Tong, sebagai pacarnya. Sampai suatu hari saat, istirahat belajar. Dia datang mencari ku dibelakang laboratorium, saat itu aku lagi membaca buku, biologi.

"Kamu benar benar, tidak ingin bersahabat lagi dengan ku, ya Yoes". Jahat sekali kamu, ya? pengecut, gak gentelman. pantas kah lelaki seperti dirimu ku jadikan pacar? bagaimana cara nya melawan tradisi adat istiadat, baru ditolak begitu saja kamu sudah menyerah?" Aku kecewa sekali padamu. aku hanya bisa bengong diserang Wu Lan, dengan kata kata pedasnya. apa maksud nya berkata begitu, pada ku.

"Kata siapa aku menjauhi diri mu. Aku lagi sibuk mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir saja, kok". lagian, kamu sudah ada teman baru, yang menggantikan posisi ku. kamu gak butuh, aku lagi. Ku balas menyerang dirinya tanpa ampun.

"Oh, pantas. kamu cemburu buta ya? Bersahabat saja sudah gak mau lagi". Kamu cemburu sama Li Tong, ha?! Cuma segitu kemapuan mu berjuang, demi cinta. Bersaing dengan Li Tong, saja kamu gak, mampu. apalagi menghadapi kedua orang tua ku. lelaki lemah! Wu Lan, pergi tanpa pamit pada ku. aku nya terhenyak di pojok dinding laboratorium. Dia tau betul alasan ku bukan karena fokus belajar, tetapi aku lebih menjaga jarak atau menjauh dari Wu Lan. Terus terang aku gak punya nyali menghadapi ortu Wu Lan.

"Ujian kelulusan pun ku lalui dengan tidak bersemangat, aku sengaja tidak mau lulus, biar Wu Lan, bisa menyusul ku, biar dia tau aku patah hati. dan aku masih bisa bertemu dengan diri nya walau pun tanpa cinta antara kami, setidak tidak nya aku mulai memahami, Wu Lan juga kehilangan diri ku.

Saat pengumuman kelulusan, aku benar benar tidak lulus. tau kenapa? aku tidak pernah mengisi soal ujian, padahal semua soal bisa ku jawab dengan mudah. maka heboh lah di sekolah ku. bahwa, aku tidak lulus karena tidak satu pun soal yang ku jawab. padahal aku termasuk tiga besar sebagai juara umum. itu dulu saat aku masih bersama Wu Lan. sepengetahuan ku, Wu Lan semakin dekat dengan Li Tong.

"Begitu, kata mu sibuk belajar. malah kamu tidak mengisi satu pun, soal ujian. kau hancur kan masa belajar mu satu tahun". Tapi bagus juga, biar diri mu tambah sakit hati dan terperosok lebih jauh lagi. Aku tidak menghiraukan lagi ocehan nya. kini diri ku satu kelas dengan Wu Lan di tahun ajaran baru. Kemesraan Wu Lan dan Li Tong menjadi tontonan ku sehari hari. malah mereka duduk satu bangku, ke kantin bersama dan belajar bersama. Li Tong terlalu pandai mencuri perhatian Wu Lan.

"Saat, Studi Tour sekolah ku, aku pun mengikutinya. Teman kesendirian ku adalah buku segala buku. buku pelajaran, keagamaan, Novel dan banyak lagi. Lagi asik asik nya aku membaca sebuah novel percintaan berlainan agama, Wu Lan hadir disisi ku, dengan dua botol minuman dingin. Dia menawari aku untuk minum, tentu saja ku terima dengan rasa bahagia, walaupun harapan ku, mendapatkan cinta Wu Lan sudah kandas di karang yang tajam.

"Kamu, sudah betul betul melupakan aku sebagai sahabat mu, ya. Tidak ada kah rasa cemburu mu, atau keinginan bersaing mu, lagi".

"Percuma juga aku berjuang, bersaing memperebutkan diri mu, apa lagi untuk cemburu. kau sudah menemui pelabuhan hati mu".

"Sok, tau banget kamu ya, Yoes!" Ternyata kamu tidak lebih pinter dari pada buku. kamu lebih bodoh dari pada buku yang kamu baca. Terus terang aku, kehilangan seorang pecinta, seorang sahabat, dan seorang yang aku mulai menyukai nya. Aku kehilangan...! Tatapan mata Wu Lan, jauh ke sisi langit tanpa bisa ku mengerti. Terhenyak aku dengan bait baik kata kata yang meluncur dari bibir nya yang ranum. Apakah Wu Lan, menyukai diri ku? Kenapa aku terlalu cepat menyerah, memperjuangkan cinta ku. Aku rela sakit hati, kecewa dan patah hati.

"Siapa yang kau, maksud. Aku atau Li Tong?"

"Bukan, siapa siapa". Wu Lan pergi tanpa pamit pada ku dan meninggalkan sebuah pertanyaan yang harus ku jawab sendiri. Rasa nya aku ingin berteriak sekencang kencang nya, saat ini. Wu Lan !!!