Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

THE CEKI [END]

Rizki_AW
--
chs / week
--
NOT RATINGS
26k
Views
Synopsis
Kehidupan miskin membuat Amosa harus mempertahukan hidupnya demi menghidupi keluarga kecilnya. Ia rela menjadi pencopet sekaligus pencuri untuk tetap bisa bernafas bersama keluarganya. Meski sang istri, Alsa mengetahui keburukan suaminya, ia tetap setia dan mendukung apa yang dilakukan Amosa. Karena mereka berdua memiliki pemikiran yang sama, yaitu "hanya ini yang bisa dilakukan jika ingin terus bernafas." Jalan hidup mereka akhirnya berubah, setelah Amosa mencuri sebuah boneka bernama "Ceki" dari rumah seorang wanita paruh baya. Semenjak kehadiran boneka itu, keluarga mereka sering mendapat teror, dan anaknya yang bernama Aurellia harus mendapatkan imbas dari apa yang dilakukan oleh ayahnya. Keluarga Amosa harus mengalami berbagai macam gangguan dan teror yang dilakukan oleh boneka Ceki. Aurellia juga harus kehilangan kebahagian dengan kehilangan kedua orang tuanya akibat dari teror yang dilakukan oleh arwah bernama Ceki. Aurellia yang tidak tau apa-apa harus siap menanggung semua dosa yang dilakukan oleh ayah dan ibunya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Pria Hitam

Seorang wanita paruh baya terbangun kaget, mendengar suara benda jatuh yang berasal dari ruang tengah. Secara sepontan, ia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya dan berjalan cepat menuju ruang tengah.

Belum sampai di ruang tengah, ia terperanga, terdiam, dan mematung, melihat sesosok pria hitam yang berdiri kurang lebih 2 meter dari tempatnya. Kedua bola matanya membesar, menatap tajam ke arah pria misterius itu. Tubuhnya mulai gemetar, dan beberapa butir keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulit. Kilatan terang yang tiba-tiba muncul, kemudian di ikuti gemuruh suara keras, membuat suasana semakin mencekam.

Pria itu mengeluarkan pistol dari dalam sakunya, dan menodongkan ke arah wanita yang berdiri ketakutan di depannya.

"Jangan bergerak! Atau aku akan menembakmu!" perintah pria itu.

"Tolong tenang," jawab wanita itu dengan mengangkat kedua tanganya. "Aku akan membiarkanmu mengambil semua barangku. Tapi, ku mohon, jangan kau ambil boneka itu," lanjutnya. Butiran air keluar dari dalam kelopak matanya. Wanita paruh baya itu mulai menangis.

Pria itu menoleh ke arah boneka yang berdiri di sampingnya. "Apakah aku percaya dengan perkataanmu?" kata pria itu dengan tegas.

Wanita paruh baya itu bersujud. "Tolong percayalah kepadaku," ia mendongak. "Aku juga tidak akan melaporkanmu kepada polisi," lanjutnya.

"OMONG KOSONG!!" bentak pria itu.

Pyaaar!!! kaca yang menguruh boneka itu pecah, karena terkena pukulan benda tumpul yang dari tadi ia genggam pada tangan kiri.

"TIDAAAAKKKKK!!" teriak wanita itu dengan keras dan lantang.

Wanita paruh baya itu menunduk, air matanya deras berkecucuran. Tubuhnya gemetar, dan kedua tangannya mengepal menahan emosi yang sudah menggebu.

"Kalau kau ingin selamat, maka diamlah, dan biarkan aku mengambil semua hartamu," perintah pria itu.

"Aku bukanlah tipe wanita pemarah. Namun, jika ada seseorang yang mencoba mengambil ataupun mencelakakan anakku, maka aku tidak akan diam," katanya yang masih tertunduk.

Wanita itu bangkit, dan berlari menuju ke arah pria misterius yang sedang menodongkan pistol ke arahnya. "AKU AKAN MEMBUNUHMU MESKI AKU JUGA AKAN TERBUNUH," teriaknya.

"dooor" jari telunjuk pria itu mematik pelatuknya, sehingga menyebabkan peluru lepas dari selongsong, dan meluncur cepat ke depan. Peluru itu mendarat tepat di dada wanita paru baya itu.

Wanita itu terjatuh, dan terkapar di atas lantai. Keramik yang semula berwarna putih, perlahan tergenangi cairan berwarna merah pekat.

"Sudah aku bilang untuk tetap diam, malah melawan. Maka sekarang rasakan akibatnya," kata pria misterius itu.

Pria itu menaruh pistolnya di saku, mengambil boneka yang berdiri di sampingnya, kemudian berjalan mendekati wanita paruh baya tersebut dan berdiri di depannya.

"Manusia lemah harus menurut pada manusia kuat, jika ia ingin tetap hidup dan bernafas. Karena hal itu merupakan jawaban mengapa ada kuat dan lemah," ucap pria tersebut.

Tanpa merasa ada penyelasan dan bersalah, pria itu dengan santainya mengambil barang berharga lainnya milik wanita itu. Setelah di rasa cukup, pria itu meninggalkan wanita paruh baya yang sudah tewas terkapar di atas lantai.

"Balaskan dendamku Ceki," kata wanita itu sebelum menghembuskan nafas terakhir.

Rintikan air yang mengenai atap mulai terdengar, dan semakin lama semakin cepat. Kilatan dan suara gemuruh juga turut hadir, seakan-akan marah akan kejadian pembunuhan barusan.

*****