Chereads / Geo & Cleo / Chapter 1 - Si Monster Tidur

Geo & Cleo

🇮🇩Penulisme
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Si Monster Tidur

Pagi datang tepat waktu. Seperti biasa, matahari dengan menakjubkan menyorot belahan bumi di bawahnya. Kota kecil, desa yang tenang. Cahaya mengubah gelap tadi menjadi terang. Hangat sinar mentari pun disambut baik oleh kicauan burung dan harum semerbak bunga-bunga di taman.

Di bawah luasnya langit biru, tampak seorang wanita tua menenteng tasnya menuju rumah yang hampir seminggu dia tinggalkan, bocah berumur tujuh tahun mencium kedua pipi ibunya bergantian sebelum diantar ke ruang belajar oleh ayahnya, sekelompok orang tengah sibuk berjualan di pasar, kereta kuda lalu-lalang di jalan raya dan masih banyak aktivitas lain yang biasa ditemukan di pagi hari.

Berbeda dengan hiruk-pikuk di luar sana, sebuah kamar bernuansa hijau muda terasa sunyi sebab si pemilik masih terbaring nyenyak di atas tempat tidur. Ia enggan untuk sekadar membuka mata. Merasa rugi jika harus melewatkan mimpi yang sedang berlangsung di alam bawah sadarnya.

Tak lama kemudian, jarum jam di atas nakas menunjukkan tanda-tanda jika satu menit ke depan tibalah saatnya suasana senyap tadi berubah. Kegaduhan akan segera dimulai.

"Bangun! Bangun! Ini sudah pukul delapan." seru Jamie, si jam antik, memenuhi ruangan seraya mengeluarkan bunyi nyaring andalannya.

Mendengar suara Jamie, tirai tak tinggal diam. Tia segera bergerak menyisihkan diri, membuat cahaya di luar sana masuk menembus jendela kaca. "Di luar sangat terang, saatnya kau bangun."

Akan tetapi, yang dibangunkan tak kunjung memberikan respon apa pun. Tidak bergerak dengan dengkuran halus terdengar sesekali. Hal itu otomatis menyebabkan keadaan kamar bertambah gaduh akibat kalimat-kalimat protes dari perabotan ruangan.

"Kalau kau tak juga bangkit dari sana, aku akan ambruk dan menimpa wajah bantalmu dengan senang hati." ujar Tn. Plato, si langit-langit kamar galak.

"Geo, aku bisa pecah karena suara-suara melengking mereka!" adu si cermin bernama Mira.

Yup! Pria yang tengah berusaha keras menahan diri agar tidak tertawa itu bernama Geo. Benar, ia sudah bangun sejak keributan tadi semakin menjadi-jadi. Namun dengan polosnya, seperti biasa perabotan kamarnya malah percaya kalau ia masih terlelap. Geo, kan jadi tambah semangat menjahili mereka.

"Bangun!" Kali ini Floyd yang angkat bicara. "Karena jika tidak, aku bersumpah kau akan menginjak lantai dingin selamanya."

"Aku iri melihat istrinya bisa membangunkan monster tidur ini dengan mudah," gerutu karpet lelah.

Mendengar kata istri, kalender tiba-tiba mendapat ide dan langsung menyuarakannya. Mencoba membantu teman-temannya membangunkan si tuan rumah. "Geo, aku ingin mengingatkan kalau hari ini ulang tahunmu. Cleo pasti sedang menyiapkan kejutan. Bangunlah untuk memastikannya!" ucap Calen baik-baik.

Geo tersenyum dengan mata terpejam. Ya, hari ini memang ulang tahunnya. Dia tahu dan istrinya juga sudah mengucapkan selamat dan doa-doanya semalam. Keduanya bahkan mengadakan perayaan kecil di balik selimut, tentunya tanpa sepengetahuan yang lain.

Dora, si pintu ikut menambahi. "Benar sekali, kau harus bangun! Aku tidak mau Cleo marah besar dan membantingku lagi karena__"

"Geo Antonie!" pekik Cleo dan yang Dora takuti pun terjadi.

Suara-suara ribut sebelumnya berhenti setelah si nyonya rumah datang bersama seruan kesalnya. Jangan tanya di mana posisi Geo saat ini. Di detik sang istri mengeluarkan aumannya, lelaki itu langsung bangkit dari kasur. Bergegas ke kamar mandi setelah bidadari hatinya menjadi objek pertama yang membayang dalam bola matanya.

"Apa kasur ini lebih menarik dari sarapan yang kusiapkan untukmu?" tanya Cleo dongkol. Mengomel adalah kebiasaannya di pagi hari. Bagaimana tidak, kelakuan suaminya kelewat batas. Jumlah jam tidurnya itu, loh! Sangat tidak wajar ditambah tingkat keusilan berada di atas rata-rata. Bukan penyakit, ibu mertuanya bilang kebiasaan ini Geo dapatkan dari gen Papa Farhan. Ternyata ayah mertuanya juga doyan tidur. Mama Noni tentu juga kewalahan sama sepertinya.

"Maaf, Cleo!" ujar Jamie canggung diikuti yang lainnya. Mereka merasa tidak berguna karena tidak pernah berhasil membangunkan Geo.

"Kalian sudah berusaha keras, jadi jangan meminta maaf!" Dia merapikan tempat tidur sambil lanjut berceramah panjang lebar tentang kebiasaan malas bangun pagi suaminya.

Sementara orang yang menjadi objek pemicu keributan malah tertawa tanpa rasa bersalah. Pernikahan keduanya sudah berumur dua tahun dan selama itu pula ia selalu menyukai ocehan sang istri yang terdengar begitu lucu di telinganya. Ia menikmati saat-saat di mana Cleo hanya fokus pada dirinya. Cleo, teman masa kecil yang menjadi teman hidupnya. Geo telah memberikan seluruh cinta yang ia miliki untuk wanita itu.

"Menurutku, suamimu tidak tidur, Cleo." kata lantai dingin. "Dia mati suri."

Cleo sependapat. "Aku setuju! Dia juga tidak normal, aneh dan menyebalkan."

"Sayang..." rengek Geo. Ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit pinggangnya. Masuk ke ruangan berisi pakaian dan mendapati istrinya juga berada di sana.

"Aku membencimu!"

"Aku juga mencintaimu!"

Menatap kesal sang suami, Cleo melemparkan pakaian yang dia siapkan sebelumnya ke tangan lelaki itu begitu saja. Geo yang belum siap menghadapi kejengkelan istrinya terlihat mengelus dadanya karena pakaian gantinya hampir saja jatuh ke lantai. Ia pun berpakaian dengan cepat lalu menyusul Cleo yang sudah keluar terlebih dahulu.

"Kenapa kalian marah padaku? Apa menyukai tidur itu kesalahan besar?" Kakinya bergerak menuju meja rias. "Sudahlah, jangan kesal pada pria tampan ini!" Tangan Geo bergerak merapikan rambutnya di depan cermin.

"Kau jelek!" Mira mengejek Geo karena kesal.

"Sayang, jangan marah." Ia bergerak mendekati istrinya yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, "Aku memang suka tidur, tapi aku jauh lebih menyukaimu, my wife!" ucapnya seraya melingkarkan kedua tangan di pinggang Cleo.

"Pembohong! Pergi sana!"

Geo mencoba mencium Cleo, namun sang istri tidak membiarkan hal tersebut terjadi. "Apa yang harus kulakukan agar kau tidak marah lagi?"

Langit-langit kamar mendengus mendengar rayuan si tuan rumah. Begitu juga dengan yang lain, mereka berlomba-lomba menjelek-jelekkan Geo. Suasana hati Cleo yang awalnya suram lambat-laun berubah. Dia merasa terhibur menyaksikan keriuhan itu serta wajah jengkel sang suami karena Calen baru saja menyebutnya pria buncit.

"Aku tidak buncit." protes Geo.

"Kau seperti koala yang tengah hamil tua."

Saat Geo akan kembali mendebat, Cleo langsung mengecup ringan bibir suaminya. Cara yang sejauh ini paling ampuh untuk membuat suaminya diam seribu bahasa. Lihat saja! Sekarang Geo hanya bisa senyam-senyum bahagia mendapat perlakuan yang menurutnya romantis dari sang istri. Kebucinan yang sangat hakiki.

"Ayo sarapan!" ajak Cleo setelahnya.

"Kau sudah memaafkanku?"

Cleo mengangguk penuh semangat sebelum dia memekik kala sang suami menggendong tubuh dan membawanya menuju ruang makan dengan tergesa. Geo baru menyadari kalau dirinya memang sangat lapar dan mungkin istrinya juga demikian. Tubuh mereka butuh asupan secepatnya.