Chereads / Istri kedua 'Selena' / Chapter 3 - Lebih baik menjadi penurut

Chapter 3 - Lebih baik menjadi penurut

Setelah mandi Selena merasa tubuhnya sangat segar. Perlahan membuka pintu dan tatapannya langsung tertuju kepada Alan yang berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. Sepertinya Alan berniat mengetuk pintu kamar mandi melihat tangannya yang masih menggantung di depan wajah Selena.

"Oh... Aku sudah selesai!" Ucap Selena sembari beranjak keluar dengan cepat.

Selena pikir sepertinya Alan ingin masuk dan menggunakan kamar mandi.

"Siapa yang mengijinkan mu mandi duluan?"

Apakah mandi saja butuh persetujuan? Batin Selena bertanya.

"Ma... Maksudnya, oh tadi karena aku pikir kau akan bicara cukup lama dengan Nona Joana jadi aku memutuskan untuk mandi." Jelas Selena.

"Baiklah kali ini aku maklumi, tapi lain kali kau harus menunggu aku. Kita akan mandi bersama setiap hari sampai kontrak kita selesai."

Ucapan Alan membuat Selena tertegun kebingungan. Dalam hati dia mengumpat dirinya sendiri karena sudah menikahi seorang pedofil. Bagaimana mungkin Selena bisa mandi dengan orang asing setiap hari.

Saat itu tangan Alan menyentuh pipi Selena lembut berniat menghapus air yang mengalir melewati wajahnya, namun dengan gerakan cepat ia menepiskan tangan Alan dengan kasar.

Seketika Selena menyadari wajah marah Alan, ia terlihat amat tidak senang dengan apa yang baru saja Selena lakukan.

"Maaf... Maafkan aku."

"Lupakanlah, ini pertama dan yang terakhir kalinya aku menerima penolakan seperti ini. Aku ini suami mu ya... Walaupun pernikahan kita hanya sebatas kesepakatan." Ucap Alan.

Tidak perlu menegaskannya, aku juga tau. Bahkan aku benar-benar tau apa status kita sebenarnya, kau pikir pernikahan ini membuatku bangga dan nyaman. Oh ayolah Tuhan... Tolong sadarkan pria yang ada di hadapan ku ini.

Selena mengumpat dalam hati dengan kesal namun ia tetap mengukir senyuman palsu di depan Alan.

"Baiklah aku mandi dulu, kau pakailah parfum yang ada di atas meja. Kau akan denganku semalaman jadi buat aku bisa senyaman mungkin berada di sisimu." Ucap Alan tepat di telinga Selena.

Perkataan itu membuat tubuh Selena bergetar. Antara jijik, tidak suka dan menjengkelkan dia menumpukkan semua perasaan tidak sukanya dengan mengepal erat tangannya. Senyumnya masih terukir namun sesaat setelah Alan berlalu ia langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi jijik bahkan ingin muntah.

"Kenapa laki-laki hidung belang itu bisa berkata seperti itu di depan wanita yang bahkan baru ia kenal beberapa hari belakangan. Heum... Tidak heran sih, laki-laki kaya seperti dia memang kebanyakan laki-laki yang suka bermain dengan wanita mana saja." Cibir Selena sembari berjalan menuju meja rias.

Tentu saja gadis itu langsung membandingkan Alan dengan pujaan hatinya Sam.

Tapi entah mengapa seperti sangat menurut, Selena berjalan dan langsung menyemprotkan parfum yang ada di atas meja ke tubuhnya. Entah terlalu polos atau memang sifat penurut nya sudah mendarah daging, Selena terlihat selalu menuruti apapun yang diperintahkan orang lain.

Tiga puluh menit kemudian.

Alan berjalan keluar sembari menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Matanya langsung menyasar seluruh ruangan mencari keberadaan Selena. Namun gadis itu tidak ada di depan matanya, ia kemudian melangkah menuju balkon dan masih tidak bisa menemukan keberadaan Selena.

Apa dia pergi ke dapur?

Alan berjalan keluar kamar dan saat itu terlihat Asisten rumah mereka sedang berjalan menuju kamar Alan.

"Tuan..."

"Dimana Selena?"

"Nyonya... Dia pergi dengan sangat tergesa-gesa, saya tidak sempat menanyakan dia mau kemana."

"Pergi... Di waktu semalam ini?" melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10 malam.

Perkataan Alan dibenarkan Asisten tersebut dengan menganggukkan kepalanya.

Alan langsung berbalik dan mengambil ponselnya untuk menelpon Selena, namun saat itu ponsel Selena mati karena kehabisan baterai.