Chereads / Rumah Bekas Pesugihan / Chapter 4 - 4. Itu Bukan Ibu Ayu

Chapter 4 - 4. Itu Bukan Ibu Ayu

[Kisah, tempat kejadian, dan nama tokoh hanya khayalan penulis]

Jangan lupa Follow, vote, and komen^^

Warning typo* bertebaran:)

~

"Hah, nggak mungkin, ini pasti cuman kebetulan," pikir Ayu, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu pikir ini kebetulan?" Ucap lirih Ibu menoleh ke arahnya dengan tatapan kosong, suaranya sangat berbeda.

"Pasti ada yang tidak beres ini." Batin Ayu sambil terus meneliti kelakuan Ibu.

Ibu berjalan terus menuju pohon, ia melakukan ancang-ancang memanjat pohon. Ayu yang terkejut melihat tingkah laku Ibunya langsung menarik menahan Ibunya agar tidak naik ke atas pohon.

"Bu sadar Bu!! disana bahaya!!" Teriak Ayu terus menahan Ibu agar tidak jatuh.

"Ngeculke, kowe ora ngerti apa-apa!" Bentak Ibu, terus memanjat pohon beringin besar tersebut.

*"Lepaskan, kamu tidak tahu apa-apa!"

"Ono opo kowe rene, penunggu omah iki ngamok." Murka Ibu kepada Ayu, Ibu berbalik arah dan melompat ke arah Ayu.

*"Ada apa kamu kesini, penunggu rumah ini marah besar."

Badan Ayu tertindi tubuh Ibu, kemudian mencekik leher Ayu. Ayu tidak bisa apa-apa ia berusaha melawan tapi tubuh Ibu sangat kuat.

Ayu pantang menyerah, ia terus berusaha sekuat tenaga bangun dari tindihan tubuh Ibu, pada akhirnya Ayu berhasil lolos dari terkamanya.

Ayu langsung berlari menjauh dari Ibu yang kerasukan itu, tiba-tiba berubah tempat yang awalnya ada di rumah, berganti ke sebuah hutan belantara, hanya terdapat satu jalan setapak yang tidak ada ujungnya,

Ibu yang kerasukan setan itu terus mengejar ayu, Ayu tak tau harus kemana ia hanya terus berlari mengikuti jalan setapak, dari kejauhan terdengar suara bisikan,

"Belok kanan!!" Bisik suara misterius tersebut memberikan arahan.

Ayu sempat bingung dan meragukan arahanya yang malah membuatnya terjebak, tetapi entah apa yang membuat Ayu akhirnya menuruti perkataanya.

Ayu berbelok ke arah dalam hutan, hingga ada jurang yang membuatnya bingung mau lari kemana lagi, setan yang merasuki tubuh Ibu tepat di depanku, aku berdiri tepat di tepi jurang yang dalam sambil terus melihat ke arah ibu.

Hingga terdengar suara arahan lagi,

"Melompat...cepat melompat!!"

Ayu yang mendengar suara arahan tersebut tanpa pikir panjang langsung melompat sesuai perintah.

Cetarrr.

Mata Ayu terbelala lebar, mendengar suara barang jatuh, ternyata dia sedang bermimpi. ia mengusap kringat yang bercucuran di dahinya, pikiran Ayu tak karuan memikirkan apa maksud dari serangkaian semua mimpi yang Ayu alami selama ini.

Tetapi mimpi kali ini sangat beda, terasa nyata sekali seakan-akan Ayu benar-benar mengalaminya.

Tok...Tok...Tok

Suara ketukan dari luar pintu kamar Ayu,

"Masuk."

Terlihat Ibu membawa nampan yang berisi segelas susu dan camilan, ia letakan di atas meja kecil dan duduk di sebelah Ayu.

"Nak...kamu kenapa kok keringetan gini. kamu sakit?" tanya ibu kuatir, sembari menyentuh dahi Ayu.

"Nggak kok bu, Ayu nggak sakit, cuman mimpi buruk aja," tutur Ayu sembari mengambil segelas susu buatan Ibu.

"Mimpi buruk apa emangnya? coba ceritain ke Ibu." Ibu duduk di samping Ayu, bersiap untuk mendengar ceritaku.

Ayu terdiam sebentar, ia pun mulai menceritakan semua mimpinya yang ia alami, mulai dari mimpi bertemu seorang nenek tua, lorong rumah yang sama persis dengan rumah baru, dan bermimpi Ibunya yang kesetanan memanjat pohon.

Ibu Ayu pun terlihat berpikir sebentar mencoba mencerna semua rentetan mimpi yang di alami anaknya tersebut.

"Tidak apa-apa nak, cuman mimpi biasa, kamu kalo tidur udah baca do' a belum?" kata Ibu sembari senyum ke arah ku.

"Ya, do'a lah bu. masak enggak."

Tin...tin...tin.

Suara klason mobil Ayah dan Putra sepertinya mereka sudah pulang dari kota.

"Ahh...sepertinya mereka udah pulang dari kota." Ibu pun langsung keluar menuju gerbang rumah untuk membukakan pintu gerbang.

Ayu masih terus merenung memikirkan rentetan mimpi-mimpi yang ia alami, kali ini Ayu tidak menganggap enteng tentang mimpi ini.

Ia berpikir ini mungkin tanda-tanda akan terjadi sebuah peristiwa.

Duugh...duug....

Terus terdengar sebuah suara yang berasal dari pintu, seperti sebuah benda yang di lempar ke pintu kamar Ayu. Ayu sempat berpikir itu adalah adiknya, tetapi suaranya terus-terusan terdengar.

"Siapa diluar?" teriak Ayu sempat memberhentikan suara aneh tersebut, tetapi suara tersebut kembali kuncul beberapa saat.

Ayu yang risih langsung bangun dari tempat tidurnya dan menghampiri pintu tersebut.

Perasaan Ayu sedikit takut, tetapi Ayu terus berpikir kalo ini adalah ulah adeknya yang iseng.

Gagang pintu ia pegang, rasanya dingin sekali, dengan perlahan ia buka pintu tersebut.

Mata Ayu membulat sempurna saat melihat se ekor siluman ular berkepala manusia tepat dihadapan Ayu. jantung Ayu berdetak dengan cepat, tarikan nafas nya sudah tak beraturan, ia menelan ludah dan berusaha untuk berlari sayang, tubuh Ayu seketika mematung tak dapat digerakan sekalipun,

Tidak ada yang bisa Ayu lakukan hanya diam terus menatap siluman ular tersebut, ekor nya perlahan mendekati Ayu dan melilit memutari tubuh nya,

Desisanya terdengar jelas di telinga, tubuh Ayu gemetar ketakutan dan disusul dengan keringat dingin yang membasahi tubuh Ayu.

Ayu berharap kali ini hanya mimpi buruk yang terasa sangat nyata.

"Selamat datang. kamu adalah orang yang aku cari selama ini." Suara bisikan disertai desisan ular menusuk gendang telinga Ayu.

Ayu tetap tak bisa berbuat apa-apa, ia merasa lilitan siluman ular tersebut semakin kuat.

"Lepaskan anak itu!! dia tidak tau apa-apa," sebuah teriakan seorang nenek yang pernah Ayu lihat sebelumnya.

Iya nenek yang dilihat Ayu di mimpi,

"Dia dan anak ini sedarah, aku tak peduli, yang penting tumbal terakhir telah kutemukan." Siluman ular terus melilit tubuh Ayu kuat-kuat,

Tiba-tiba, kepala yang awalnya manusia kini berubah menjadi ular sepenuhnya dengan mulut terbuka lebar yang siap menyantap Ayu hidup-hidup.

Dari belakang, nenek misterius menerkam ular misterius tersebut, yang membuat Ayu terlepas dari lilitan siluman ular tersebut.

"Lari...cepat lari masuk lah ke kamar mu!" suruh nenek tersebut, sembari terus menahan siluman ular.

Ayu menuruti perintah nenek itu dan langsung berlari sekuat tenaga masuk kekamar dan mengunci rapat-rapat pinti kamar.

Tubuh Ayu bergemetar ketakutan, masih bingung dengan apa yang telah ia alami, kali ini bukan mimpi tetapi nyata.

Ayu menyandarkan tubuhnya ke pintu, suara gaduh dari balik pintu kamar terus terdengar,

Ayu menangis sejadi-jadinya, suara gaduh pertempuran nenek dan siluman ular tersebut tak lagi terdengar.

Muncul seorang nenek di depan Ayu dan merangkul Ayu.

"Cucuku," ucap nenek tersebut sambil mengusap usap rambut Ayu dengan lembut.

"Ne—nek siapa?"

"Aku Sunarmi, pelindung sekaligus penjaga kamu, kemana pun kamu pergi Nenek terus mengikutimu," pinta Nenek Narmi yang membuat ku sedikit lega bahwa dia adalah orang baik-baik.

"Kenapa nenek menjagaku?"

"Entahlah, saat pertama kali aku melihatmu aku teringat dengan cucuku yang mirip sekali dengan mu," air mata Nenek mulai jatuh, "jadi nenek ingin melindungimu."

"Apakah nenek orang yang ada di mimpiku?" tanya ku untuk memastikan.

"Iya nak, aku sudah bilang jangan teruskan perjalanan mu kesini, disini bahaya," jelas Nenek, suara nya terdengar sedikit marah.

"Bahaya?" Pikirku sejenak, "Maksud Ular jadi-jadian itu tadi apa nek?"

"Ia mencari tumabal terakhir."

*

Bersambung....

"Saya adalah pohon menyeramkan yang tumbuh di pedalaman hutan tergelap yang menakutkan. Tapi bagi dia yang tidak takut akan semua itu pasti akan menemukan bunga-bunga indah yang tumbuh di bawah saya." -Friedrich Nietzsche.