Baru saja Sion bernapas lega, lagi-lagi harus terkesiap. Jantungnya belum sempat berdetak tenang, harus berpacu kencang kembali. Sebab, sesosok Iblis muncul di hadapan Sion. Matanya berpendar merah, bibirnya meringis menampakan barisan gigi lancip seperti taring. Punggungya terdapat sepasang sayap seperti kekelawan. Di genggaman tangannya, sebuah penuh duri besi siap menghancurkan apa saja.
"Aneh sekali, baumu masih segar. Tapi bagaimana mungkin aku tidak bisa menemukanmu?" Iblis itu bertanya pada Sion dengan terheran.
Ketakutan merayap ke seluruh tubuh Sion.
"K-kau? Apa maumu?" tanya Sion. Mulutnya bergetar ketika berkata begitu.
"Hu hu hu, lucu sekali. Menurutmu apa yang Iblis inginkan dari manusia sepertimu?"
"Ugh." Sion tidak mengerti maksud perkataan Iblis itu. Namun naluri Sion mengatakan untuk lari.
Sheed.
Iblis itu menghilang dari hadapan Sion. Tanpa sadar, Sion spontan langsung berguling.
Diar!
Tanah tempat Sion terbaring sebelumnya hancur. Mata Sion terbelalak. Iblis itu mengancurkan tanah seperti menghancurkan kue.
'Sial! Dia ingin membunuhku?'
Bulu kuduk Sion berdiri. Dia langsung bangkit dan melarikan diri. Pikiran Sion sudah buyar. Ketakutkan mengendalikan pikiran Sion.
'Lari! Lari! Lari!'
Iblis itu senang menyaksikan tingkah laku Sion. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain menyaksikan manusia lari terbirit-birit ketakutan. Kebencian bangsa Iblis terhadap manusia sudah mendarah daging. Bila Adam tidak lahir, mungkin sekarang para Iblis hidup bahagia di Taman Eden. Bukan Neraka yang penuh api panas dan bau busuk.
"Ha ha ha! Larilah! Lari terus sana manusia! Selamatkan nyawamu!"
Iblis itu tertawa sambil membuntuti Sion. Dia mengayunkan gadanya, sebuah energi sihir melesat ke arah Sion, tetapi tidak ada yang kena. Iblis itu sengaja tidak mengenai sasaran karena ingin mempermainkan Sion.
'Sial! Sial! Sial! Aku akan mati!' jerit Sion dalam hati.
Setelah berlari cukup lama, kaki Sion sudah tidak kuat lagi. Dia tersungkur dalam posisi tengkurap. Tubuh Sion jauh dari kata sehat, tdak pernah digerakan selama 2 tahun. Berhasil menyelamatkan diri dari gedung yang akan roboh termasuk sebuah keberuntungan.
'Ah ... Aku sudah tidak kuat lagi.'
Iblis itu mendarat. Wajahnya mengekspresikan kekesalan.
"Sudah? Begini saja? Cih." Iblis itu meludah. "Membosankan. Yah, mau bagaimana lagi."
Iblis mengangkat gadanya. Sion yang menyaksikan gada yang menghantam dirinya memejamkan mata.
'Tidak pernah kepikiran aku akan mati seperti ini.'
Kali ini tidak ada rasa ngeri atau takut dalam benak Sion. Dia sudah pasrah menerima takdir. Sion merelakan semuanya. Merelakan Ji-ah, merelakan harapan orang tuanya, dan yang paling sulit dilepas, merelakan balas dendam pada pamannya.
'Sudah berakhir.'
Meski Tuhan sudah mati, takdir tetap berjalan secara rumit dan misterius. Setiap detik yang akan datang, selalu penuh dengan ketidakpastian.
Sion memejamkan mata. Wajahnya terlihat lapang dada. Iblis yang melihat itu tidak senang.
"Dasar, lumpur menjijikan!"
Iblis ingin melihat ekpresi ketakutan manusia. Ingin melihat manusia bersepuh memohon ampun, menjilat kakinya untuk mengemis nyawa mereka. Bukan ekspresi berlapang dada.
Ketika hendak menghempaskan gada ke kepala Sion, sebuah energi sihir menghantam Iblis.
Brak!
Iblis itu terhempas ke reruntuhan bangunan, sampai debu berterbangan di udara. Sion yang mendengar itu terkejut. Dia pikir sudah mati, ternyata tidak. Matanya terbuka dan terperangah ketika menyaksikan pemandangan di hadapannya.
'Hah ... aku pikir sudah mati,' bisik Sion dalam hati.
Tiba-tiba sesosok bertopeng gas dengan mantel kusam menghampiri Sion.
"Kak, cepat bangun!" kata Orang itu. Suaranya terdengar sedikit cempreng. Suara khas anak perempuan.
"Ho-oh," jawab Sion. Dia langsung bangkit, tapi tubuhnya tidak cukup kuat membuatnya tertatih. Tanpa perlu diminta, penolong Sion langsung membantu Sion berlari.
"Yoona!"
Sebuah teriakan terdengar tidak jauh dari lokasi kejadian. Sesosok bertopeng lain melambai-lambai tangan ke udara, memberi isyarat agar Sion dan si penolong, Yoona, agar segera menghampirinya.
"Yoona, cepat! Sebelum Iblis itu bangkit!" Teriak orang bertopeng itu. Suaranya terdengar seperti pemuda 20 tahunan.
"Iya, aku tahu! Kakak ini berat," keluh Yoona. Suaranya pecah.
Di dalam kabut debu, dua buah cahaya merah berpendar.
"Roooarrrhhggg!"
Seketika kabut debu langsung lenyap. Iblis yang terhempas barusan kini bangkit dengan luapan energi sihir. Aura merah menyelubungi tubuh Iblis itu. Amarah terlukis di wajahnya.
"Berani-beraninya ... dasar makhluk rendahan!" Murka terdengar jelas di kalimat terakhir.
'Ugh ... sudah kuduga. Kesalahan menyerang Iblis Level Merah. Andai aku mengabaikan rengekan Yoona dan membiarkan saja orang itu mati,' keluh Pemuda Bertopeng itu di dalam hati.
Iblis Merah melesat, hendak menyerang Sion dan Yoona. Mengatahui itu, Pemuda Bertopeng juga ikut melesat menuju Iblis Merah, untuk mengalihkan perhatian. Meski Pemuda Bertopeng itu menyesal, dia tetap menghadapi Iblis Merah itu.
Beng! Beng! Beng!
Pukulan yang dilontarkan, tapi Iblis merah tidak bergeming sama sekali.
'Sialan! Energi Sihirku kurang gara-gara pukulan pamungkas tadi.'
"Oh, seperti digelitik. Kemana serangan kuat barusan?" tanya Iblis merah dengan nada mengejek. "Kalau begitu, rasakan ini!"
Brak!
Ayunan gada menghantam tubuh si Pemuda Bertopeng. Dia terpental sejauh sepuluh meter.
"Uhuk! Uhuk!"
Di balik topeng, darah keluar dari mulutnya. Seumpama dia tidak memiliki energi sihir, sudah pasti langsung mati.
"Kakak Tae-kyung!" Teriak Yoona.
Sion terkejut mendengar suara Yoona. Dia akhirnya sadar, kalau Yoona ini masih anak-anak. Sion tebak, umur Yoona sekitar 11 tahun atau lebih sedikit.
Dalam hati, Sion bertanya-tanya, 'Kakak? Mereka kakak beradik?'
"L-lari! ... Lari Yoona!" teriak Tae-kyung.
"Kalian pikir aku tuli?" Iblis Merah terkekeh.
Iblis Merah itu melesat ke arah Sion dan Yoona. Seketika Iblis setinggi 2 meter berdiri dihadapan mereka berdua.
"Ugh!"
Iblis Merah mencekik Yoona dan Sion, mengangkat mereka berdua ke udara.
"Tenangkan pikiran kalian. Aku pastikan kalian bertiga membusuk bersama." Iblis tertawa keras.
"E ... en ...-nyah ... enyahlah!" maki Yoona setengah tercekik.
Energi sihir terpancar dari telapak tangan Yoona, melukai mata Iblis Merah.
"Arrrghh!"
Iblis Merah kesakitan, memegangi kedua matanya. Sion dan Yoona terjatuh.
"Kali ini kalian benar-benar akan kubunuh!" murka Iblis merah. Matanya setengah buta.
Energi sihir meluap dari tubuh Iblis Merah. Sadar akan itu, Yoona ingin segera lari. Namun melihat Sion yang tak berdaya dan karena 'penglihatan' yang dia dapat, Yoona tidak bisa meninggalkan Sion. Yoona memeluk Sion.
"Bertahan ... Kak," bisik Yoona dengan nada kesakitan. Yoona kemudian menyelubungi tubuhnya dengan seluruh energi sihir yang dia punya.
"Mati kalian!" bentak Iblis penuh murka.
Beng!
Iblis Merah menendang Yoona yang memeluk Sion. Mereka terpental dan menabrak reruntuhan bangunan. Debu berterbangan.
"Yoonaaaaa!"
Dari balik topeng, air mata keluar dari bola mata Tae-kyung. Betapa hancur hatinya melihat adiknya tersayang ditendang seperti binatang liar. Tapi, tidak ada waktu bersedih untuk Tae-kyung.
Iblis Merah sudah berada di hadapan Tae-kyung.
"Aku tidak pernah mengerti, kenapa Tuhan memilih makhluk dungu seperti kalian dari pada kami, para Iblis. Kalau kau tidak ingin menyaksikan orang tersayang bagimu mati, seharusnya kau diam dan tetap sembunyi. Berusaha menolong orang lain tanpa menyadari kemampuan diri sendiri, sama saja bunuh diri. Salahkan dirimu, kalau kau kehilangan nyawamu dan orang tersayang."
"Aaaargh." Jeritan Tae-kyung penuh kesedihan dan penyesalan.
'Kenapa begini?'
"Susul orang tersayangmu menuju ke kehampaan." Iblis Merah mengangkat gada. "Matilah, lumpur menjijikan."
Pada momen itu, satu ayunan gada Iblis Merah mengakhiri segalanya. Akan tetapi, sekali lagi, tidak ada yang pasti dalam tiap detik yang akan datang.
Swung!
Gada terjatuh. Kepala Iblis tertarik kebelakang, seseorang menjambak rambutnya. Tubuh Iblis Merah sampai melengkung ke belakang, hampir posisi kayang. Mata Iblis berputar, melihat sesosok orang yang berani menjambak rambutnya sampai membuatnya dalam pose menyedihkan.
"K-kau?!" Kejutan menyelubungi suara Iblis Merah. "Bagaimana mungkin?"
Sesosok pria berpakaian pasien rumah sakit memegang erat rambut Iblis Merah.
'Dia tadi kurus kering, tinggal tulang dan kulit. Sekarang tubuhnya kekar dan punya kekuatan sebesar ini? Apa dia baru saja mengalami kebangkitan?'
"Entahlah," jawabnya enteng.
Bang!
Sebuah pukulan keras menghantam wajah Iblis Merah. Dia terhempas lalu berguling, menembus setiap reruntuhan sejauh 20 meter. Pukulan barusan murni kekuatan, tanpa energi sihir sama sekali.
'Apa? Siapa orang ini? Dia orang yang sama kami tolong tadi? Tidak salah lagi. Ini orang yang sama. Dia pasti mengalami kebangkitan. Tapi aura dan nada bicaranya tampak berbeda.' Tae-kyung bertanya-tanya dalam hati.
"Arrrrghhh!"
Teriakan Iblis Merah menggema di langit. Dari dalam kabut debu, Iblis meloncat ke langit dan mendarat ke hadapan orang yang memukulnya sampai terpental sejauh 20 meter.
"Arrrgh! Siapa kau sebenarnya? Bagaimana mungkin manusia menjijikan sepertimu punya kekuatan fisik setara Lucifer dan Michael?" Suara amarah bercampur heran keluar dari mulut Iblis Merah.
"Baguslah, aku khawatir kau kalah dalam satu pukulan. Aku tidak tahu akan sekuat ini." Dia tersenyum dan matanya menatap Iblis Merah yang penuh amarah dengan santai. "Lee Sion, itu yang orang-orang panggil. Tapi aku bukan Sion. Dia sekarang sedang tidur. Kalau Ji-ah biasa memanggilku, Lee Shin."
[Will Power telah aktif.]
[Puncak Kekaguman - Kelas A]