"Kemarilah, Nona. Kenapa diam saja dan menatapku dengan tatapan begitu?" Liodra menyambut kedatangan gadis muda itu dengan senyum yang manis, seraya mengupas apel untuk Rumi.
"Kau juga marah padaku padahal aku tidak punya kesalahan apapun?" tanyanya, melirik ke arah Rumi yang kini mulai berjalan mendekatinya.
"Duduklah dan makan apel ini. Rasanya manis sekali sebab aku memilih kualitas yang paling bagus," katanya seraya mendorong semangkuk apel yang sudah dia kupas.
Rumi menarik kursi yang ada di depannya lalu duduk dengan manis, tetapi tidak untuk tatapan matanya yang dipenuhi dengan kemarahan. Gadis itu ingin banyak mengomeli siapapun yang dia lihat, tetapi di sisi lain dia juga terlalu malas untuk berbicara. Dia menyimpan semua amarahnya seorang diri. Berharap kalau itu akan segera hilang dari dalam dirinya, seiring dengan berjalannya waktu.