Rumi manggut-manggut. "Dia terus memaksaku untuk lari sejauh mungkin. Katanya aku tidak boleh mempercayai siapapun. Di tempat ini tidak ada orang yang bisa digantungkan kepercayaannya. Itu terus membuatku takut," ucapnya. "Aku hanya takut jika aku salah melangkah dan aku tidak bisa kembali lagi."
Rumi menghela nafasnya. "Sampai sekarang aku berdiri tanpa pondasi apapun. Ku hanya tahu namaku, tanpa tahu siapa orang tuaku. Aku hanya tahu bahwa aku berada di sini, tanpa tahu mengapa aku bisa di sini." Dia mengulum salivanya. "Mr. Eliot, katakan aku harus apa?"
Eliot tersenyum tipis. "Lari saja," ucapnya. Jawaban itu membuat Rumi diam seribu bahasa. "Das benar, lari saja."
Gadis itu benar-benar didiamkan paksa oleh kalimat yang baru saja keluar dari celah bibirnya. Dirinya tidak menyangka, dari sekian banyak respon kalimat yang bisa dia ucapkan, pria itu memilih untuk mengucapkan kalimat yang aneh. Sungguh, itu membuat tanda tanya semakin besar di dalam kepala Rumi.