Chereads / Big Man : The Greatest Mr. Tonny Ayres / Chapter 50 - 50. Heaven and hell

Chapter 50 - 50. Heaven and hell

Sunshine Lounge And Bar

Pertemuan yang dianggap mengerikan untuk siapapun yang tahu status sosial dua pria ini. Satunya adalah bos mafia dengan organsiasi terbesar di kota penuh dosa, Las Vegas, dan satunya lagi adalah pemimpin tim khusus dari interpol bernama Dobbin Knight. Status dan kedudukan mereka adalah tembok besar yang menjadi penghalang untuk segala macam bentuk pertemanan dan relasi pekerjaan. Tak seharusnya tempat ini mempertemukan dua singa dengan dua rimba yang tak sama. Mr. Tonny Ayres dan Ario Darius.

"Aku akhirnya bisa melihat wajahmu, Mr. Tonny. Semua anggota Dobbin Knight dan bawahanku benar-benar terkejut mendengar semua kisah di balik bangunan Hawtorn dan Black Wolf. Mereka mengidolakan dirimu." Basa-basi yang luar biasa. Darius tersenyum aneh di akhir kalimat. "Aku yakin anak buahmu sedang mengawasi di setiap tempat. Jadi aku tidak akan melakukan apapun atau mengulur waktu." Darius kembali membuka suaranya. Sedangkan pria yang duduk di depannya masih kokoh dalam diam.

Ini adalah pertemuan yang benar-benar langka. Selama kariernya menjadi pemimpin Dobbin Knight, Darius hanya mendengar sekelebat kisah hebat dari pria ini, Mr. Tonny Ayres. Dia benar luar biasa dalam segala macam bentuk seni kejahatan dan pembunuhan. Tak pernah meninggalkan jejak selepas melakukan semuanya. Bersih, bahkan setitik debu pun tak tertinggal.

"Jadi, katakan apa tujuanmu datang dan memintaku untuk bertemu? Sejak kapan kau berada di Indonesia? Tempatmu bukan di sini, Mr. Tonny. Kembalilah ke Las Vegas."

Mr. Tonny terkekeh. Akhirnya, Darius bisa mendengar suara bos mafia ternama di Las Vegas. Berat dan dalam, sedikit teduh terlepas dari statusnya yang mengerikan.

"Pertama, kau benar ... Indonesia bukan tempatku. Namun, jangan khawatir, aku datang untuk berlibur. Pesona di sini jauh luar biasa ketimbang di negara asalku. Aku terpesona dengan semuanya." Dia tersenyum licik. Seakan sedang mengisyaratkan sesuatu.

Tiba-tiba saja pria itu mengulurkan tangannya. Meminta jabat tangan dari Darius. "Apa yang ...."

"Ini adalah pertemuan kita untuk yang pertama kalinya ...." Mr. Tonny mencoba meyakinkan. "Jabat tangan adalah hal yang normal."

Darius diam, tak memberi respon. Menatapnya dengan penuh kecurigaan. Dia menangani banyak penjahat, bahkan mafia atau genster sekalipun. Namun, Mr. Tonny lain. Ibarat ikan, dia adalah hiu megalodon. Penguasa laut yang luasnya tak terkira. Semua menganggap bahwa dia tidak ada, tetapi nyatanya, semua bentuk kejahatan berada di bawah kendalinya.

"Aku tidak akan melakukannya, kau pasti akan memotret dan memberikan itu pada pimpinan interpol. Mengatakan bahwa seorang pemimpin tim khusus bekerjasama denganmu. Begitu bukan? Aku pikir kau bekerja dengan cara yang berbeda. Namun, kau sama saja."

Mr. Tonny tersenyum miring. Anggukan kepalanya begitu nyata. "Kau lebih pintar dari dugaanku."

Dia menghela nafasnya. "Baiklah, kita pergi pada pointnya." Mr. Tonny mengeluarkan sebuah kertas. Bersama dengan pena hitam berlambang misterius, bukan belati iblis. Sedikit menyita fokus milik Darius.

"Ini adalah surat perjanjian yang hanya boleh kau dan aku yang tahu. Jika ini keluar dari lingkup kita, maka kau akan tewas." Mr. Tonny mempersingkat. "Isinya adalah tentang penangkapan Halwart Jastino Berd. Pemilik J.B. Aku yakin, interpol sudah membaca tentang relasi J.B di masa lalu. Ada nama ayahku di salah satu listnya."

"Kenapa kau tiba-tiba ingin membantu? Dia adalah saudaramu ...."

Mr. Tonny kembali tertawa. "Aku anak tunggal. Aku adalah garis keturunan Hawtorn yang terakhir." Dia merapatkan kembali jasnya selepas mengeluarkan kertasnya. "Aku tidak punya saudara."

"Lantas?"

"Aku ingin berkerjasama denganmu, secara tidak langsung." Mr. Tonny mendorong pena di depannya. Matanya meyakinkan Darius untuk segera menandatangi perjanjiannya. "Aku akan membantumu untuk menangkap pria sialan itu. Aku akan membuat jebakan dan kau hanya tinggal datang ke sana dengan membawa semua pasukan terbaikmu." Mr. Tonny sejenak menjeda. "Aku beri sedikit bocoran, Halwart ... masih punya puluhan anak buah di Indonesia. Mereka bersembunyi di satu tempat, aku tahu di mana itu."

"Bagaimana aku bisa mempercayai dirimu, bajingan ....." Darius memprotes. Hampir saja dia termakan omongan pria yang ada di depannya itu. "Kau pikir aku bodoh?"

"Tentu tidak," timpal Mr. Tonny dengan begitu yakin. "Itu sebabnya aku mengajakmu bertemu. Agar kau bisa melihat secara langsung." Mr. Tonny kembali mengeluarkan sesuatu. Kali ini adalah ponselnya. Memperlihatkan apa yang ada di dalam layarnya.

Darius diam, membisu. Pria ini serius rupanya.

Selang beberapa detik, Mr. Tonny kembali memasukkan ponselnya. Tersenyum seringai menatap ekspresi terkejut di atas wajah Darius. "Aku yakin kau tak lupa wajah Halwart."

Darius diam. Memalingkan wajahnya. Sumpah serapah keluar begitu saja. Bosnya minta segera menemukan Halwart sebelum dia kabur dari Indonesia dan kembali bertindak sesuka hati. Lalu, pria ini tiba-tiba muncul ke permukaan. "Biarkan aku mengajukan satu pertanyaan, Mr. Tonny ...."

Mr. Tonny diam, menunggu.

"Bagaimana kau bisa tahu aku sedang mencari Halwart sekarang?"

"Kau yakin kau tidak bodoh?" Mr. Tonny menghela nafasnya. "Dia mendatangiku dan bilang bawah interpol mengejarnya karena kasus di Timur Tengah. Pembunuhan, perbudakan seks dan perdagangan narkoba secara terang-terangan. Dia adalah pria bodoh, Hawtorn tidak membutuhkan orang sepertinya."

"Itu alasannya kau meminta aku bekerja sama denganmu? Karena dia tidak sesuai dengan kriteria yang kau minta?"

"Dia mengancamku," ucapnya. Kalimat itu mendiamkan Darius. "Aku tidak suka diancam. Aku benci itu." Dia meneruskan. Sekarang kembali mendorong kertas bersama dengan pena yang ada di depannya. "Rencananya adalah kau datang dan menangkap Halwart. Namun, kau juga harus membunuhnya di sana. Katakan itu sebagai bentuk penangkapan yang sah dan kecelakaan sebab Halwart melakukan pemberontakan."

"Membunuhnya?" Darius terkejut bukan main. Hanya karena pria ini tak sejalan dengannya, pria ini berniat untuk membunuhnya. "Kau benar-benar kejam, Mr. Tonny." Ia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa. Tugasku hanya menangkapnya dalam keadaan hidup, bosku meminta informasi lebih dari Halwart tentang ....."

"Aku tahu semuanya. Aku akan memberikan itu. Bahkan rekaman suara Halwart dan semua kekayaan dan relasi yang dia punya. Kau akan mendapatkan dengan mudah. Semuanya ada dalam perjanjian." Mr. Tonny kembali berusaha untuk meyakinkan.

Darius semakin bimbang. Jika dia ikut perjanjian ini, maka dia akan dengan mudah menyelesaikan misinya. Dia pun akan naik pangkat setelah itu.

"Bagaimana jika aku gagal?"

Mr. Tonny menyeringai. Mengetuk sisi meja. "Syaratnya adalah dengan tidak melukai orang-orangku, jika orang-orangku terluka, maka semua perjanjiannya batal dan kau akan dalam bahaya."

Darius menghela nafasnya. "Bagaimana aku bisa tahu tentang ...."

"Rumi Nathalia, jangan libatkan dia. Dia tidak tahu apapun."

Darius diam. Benar, dugaannya benar. Rumi pasti punya hubungan dengan pria ini.

"Dia calon istriku, jadi biarkan dia pergi. Aku tidak suka orang lain menyentuh milikku."

... To be continued ....