Chapter 2 - Ara

Wanita itu datang dari kejauhan, terlihat sangat cantik dan anggun ia membawa tas gendong yang sangat besar di punggungnya.

Ia mendatangiku, tersenyum dan bertanya tentang bagaimana keaadaanku setelah baru saja terjatuh dari tebing.

Ia mengambil tangan kananku dan mengobati tanganku yang telah tergores ranting hingga mengeluarkan darah yang lumayan banyak, "Kamu terluka, jangan sampai anak didik kamu tau masa belum apa-apa sudah terluka semangat ya." Ucapnya sembari mengobati luka ku.

Aku hanya bisa terdiam terpesona melihat kecantikan dan kelembutan sikafnya.

begitu selesai ia langsung pergi meninggalkan ku begitu saja, padahal aku masih belum naik kembali dari tebih setelah terjatuh tadi.

sekuat tenaga aku berjuang untuk bangkit dan mencari cara agar bisa naik ke tebing yang cukup tinggi itu.

ternyata wanita itu sedang menungguku di atas sana, sesekali is tersenyum ke arahku dan menyemangati ku dari atas sana.

namun setelah aku sampai disana ternyata ia sudah pergi meninggalkan aku.

sekitarku kini telah sunyi, aku kembali mencari tempat untuk mendirikan tenda yang aman untuk anak didikku.

setelah semuanya selesai akhirnya aku kembali ke pos pertama dan menutup apel sore.

Pemuda menatap Arah sekitar ku, namun tidak juga aku mendapati gadis cantik itu.

"Hari sudah mulai gelap Apakah gadis itu camping sendirian?"

lirihnya dalam hati.

Pemuda itu masih menunggu Gadis cantik yang tadi ia temui, namun tidak kunjung terlihat gadis itu turun.

padahal ia hanya berniat mengucapkan terima kasih karena telah membantunya mengobati goresan luka di lengannya.

jari jemarinya menyentuh tangan kanannya yang dibalut plester, "Jazakillah Khairan." Lirih nya dengan senyum yang merekah.

Pipinya memerah sembari mengusap plaster di tangannya.

"Lukanya masih sakit, kenapa tidak bertemu lagi saja." Ucapnya menatap ke Arah jalan yang ia lalui saat bertemu gadis itu.

ia kemudian duduk di salah satu warung kopi dan memesan Susu hangat. "Buk, Susu hangatnya 1." Sahutnya.

Ternyata sedari tadi ada seorang gadis yang memperhatikan nya, gadis itu tersenyum tak percaya akan bertemu lagi dengan ustadz muda yang ceroboh itu. "Kopi lebih bagus sih buat kamu yang mau gadang jagain anak-anak malam ini, kalo pesannya susu jam 8 pun sudah ngantuk." Ucap seseorang dari belakangnya.

ia kemudian menoleh ke arah asal suara itu, ternyata gadis yang ia temui tadi.

Pipinya kembali memerah dan menunduk malu, "Yasudah Buk, Susunya 1 kopinya juga satu ya." Sahutnya kembali.

wanita itu masih memperhatikan ustadz muda, "Ternyata kamu serakah." Tegasnya dengan nada candaan.

Ustadz muda itu seketika terdiam, ia tidak tau maksud ucapan dari gadis itu.

ia menoleh ke belakang dan ternyata gadis itu sudah jauh berjalan, Ustadz muda itu segera berlari mengejarnya yang berniat untuk menanyakan namanya.

"Hei berhenti." Tegas Ustadz Muda.

gadis itu semakin mempercepat langkahnya seolah berniat tak terlihat lagi oleh ustadz muda yang mengejarnya itu.

Akhirnya setelah berlari Ia mampu menghentikan langkah gadis itu, "Saya mohon berhenti." Tegas Ustadz muda.

gadis itu seketika menghentikan langkahnya, Ia tak menoleh sedikitpun ke arah Ustadz Muda.

Ustadz Muda itu menanyakan nama, namun lagi gadis itu hanya terdiam.

sementara itu, Ara gadis yang Ustadz Itu cari baru saja keluar dari Wc umum di belakang warung kopi.

"Mas ini kopinya." Kata Ibu pemilik warung Kopi.

Ara menatap searah sekitar, namun ia tidak menemukan seorang lelaki pun yang di maksud Ibu pemilik Warung Kopi.

"Mas? Ibu manggil siapa?" tanya Ara ke heranan.

Ibu itu pun juga turut mencari pemuda yang tadi memesan kopi, "Lah, Pemuda yang tadi itu loh." Jawab Ibu warung.

Ara kembali mencari-cari Lelaki itu di sekitar nya namun tidak bertemu juga. "Gapapa Buk, Biar saya saja yang bayar." Balas Ara mengeluarkan Uang dari dompetnya.

"Berapa Buk?" tanya nya.

"10 ribu Dek." Balas Ibu.

Beberapa menit setelah transaksi pembayaran kopi milik guru muda itu, terdengar suara seorang laki-laki yang berteriak dari Arah Utara.

"aaa... tolong." Teriak pemuda itu.

Ara segera berlari menuju asal suara itu, ternyata bukan hanya Ara yang mendengar tapi Juga salah satu ustadzah yang mengenal pemuda itu.

Ara menemuka ustadz muda itu terbaring di tanah dengan keringat dingin, "Kak, kakak denger Aku?" tanya Ara sembari mendengarkan detak jantung Ustadz muda itu.

Tiba-tiba seorang wanita berpakaian muslimah datang, " Hentikan, Taruh Ustadz Di tanah saja. Jangan sentuh Dia!" tegas nya.

Ara sontak kaget dan segera menaruh kepala ustadz muda itu ke tanah.

tanpa berkata-kata Ara terlihat sangat terkejut dan takut ia menyangka yang tidak-tidak.

"Kamu siapa? " tanya wanita muslimah itu.

ternyata ustadz-ustadz yang lain juga menyusul dan menemukan Keberadaan mereka.

sudah seperti di persidangan saja, 6 orang itu menatap Ara dengan tatapan yang sedikit membuat Ara tersinggung.

Ara kemudian menatap Ustadz muda itu yang tidak sadarkan diri dan mengganti plaster Di tangan Ustadz Muda itu dengan yang baru.

semua ustadz-ustadz itu tak henti menatap ke arah Ara, "Apa ini Padahal aku sedang berusaha mengobatisalah satu teman dari mereka." Batin Ara.

Ara segera berdiri dan menaruh kopi yang ia kantongi ke kantong ustadz muda itu dan segera pergi dari hadapan mereka.