Chereads / RAZIA / Chapter 2 - Pertemuan

Chapter 2 - Pertemuan

"I Miss him."

-ChesaziaYA

Happy reading ❤️

Tubuh tegap dengan wajah yang sangat dingin, kini mulai memasuki koridor sekolah. Ia berjalan dengan sangat coolnya, pemuda tersebut memang sangat dingin dan mempunyai tatapan tajam. Namun, siapa sangka, justru sikapnya yang seperti itu lah yang membuat semua gadis tertarik padanya.

"Razor!" panggil seseorang di belakangnya.

Razor Yoniffran Abraham, pria berwajah tampan, rahang tegas dan hidung mancung ah jangan lupa ia juga anak dari pembisnis sukses di dalam negeri maupun luar negeri. Siapa sih yang tidak mengenal Abraham? Semua penjuru negara bahkan kuman pun tau siapa Abraham. Hanya satu kekurangannya, ia sangat tertutup dan tidak tersentuh oleh siapa pun bahkan sahabatnya pun sudah kehabisan cara untuk membuat sosok Razor yang ramah dan murah senyum, bukan Razor yang bermuka datar, dingin, dan tatapan tajam.

"Hemm," jawab Razor.

"Ha hem ha hem, titisan Nisa Sabyan ya lo!" seru laki-laki disampingnya yang barusan memanggil, Vano Putra Alexandre.

"Lo kaya nggak tau aja, dia kan irit ngomong," sambung cowok sebelahnya, Aryo Pangestu.

"Nah iya betul itu, jawaban dia kan hanya hemm, iya, oh sama anggukan kepala dan gelengan kepala doang!" imbuh cowok sebelahnya lagi, Ronald Adi William.

Yang dibicarakan hanya acuh dan tetap berjalan menuju kelasnya, karena ia sudah terbiasa bahkan bosan mendengar kata-kata tersebut setiap harinya.

---

Dilain tempat, ada seorang gadis mungil nan menggemaskan yang sedang terburu-buru dari luar gerbang sekolah. Pasalnya ini adalah hari pertama ia masuk di sekolah ini, SMK Cakrawala.

Ia pun segera memasuki koridor sekolah, sekolah nampak sepi karena jam pelajaran sudah dimulai dan itu membuat gadis tersebut kelimpungan. Ia tidak tahu ruang kepala sekolah, dengan keadaan sekolah seperti ini ia harus bertanya kepada siapa?

Di saat gadis itu sedang berpikir di tengah-tengah koridor ada seseorang yang menabraknya.

Dugh!

"Heh, lo! Kalau jalan liat-liat dong!" kesal gadis tersebut sambil bangun dari posisi jatuhnya.

Yang dimarahin pun hanya menatap datar dan mengedahkan bahunya. Jelas-jelas dia yang salah karena berdiri ditengah koridor, kenapa yang salah jadi si cowok?

"Minta maaf, nggak?!" titah gadis tersebut. Lagi-lagi hanya dibalas dengan muka datar tanpa ekspresi.

"Sabar, Ches, sabar," batinnya.

Tak sengaja hazel gadis tersebut bertabrakan dengan hazel pria tersebut, ia pun tersenyum. Dan ketika melihat keatas dada kiri cowok tersebut tertulis name tage 'Razor Yoniffran Abraham'.

"Kenalin, nama gue Chesazia Yovana Afari. Panggil gue Chesa. Gue di sini murid baru."

Pria di depannya pun hanya menatap tangan sodaran Chesa tanpa ada niatan untuk membalas sodoran tangan tersebut. Ia pun segara melanjutkan jalannya. Namun, ujung bajunya di cekal oleh gadis tersebut.

"Anterin ke ruang kepala sekolah dong, tolong. Gue nggak tau ruangannya dimana," pinta Chesa.

Pria di depannya pun hanya diam, ia merasa heran dan sangat kesal. Setelah tadi mengomel-ngomelinnya, terus sekarang dia minta tolong buat anterin dia keruangan kepsek? Mengesalkan, bukan?

Dengan setengah hati Razor pun berjalan duluan untuk menuju ruang kepsek tapi, Razor merasa tidak ada yang mengikutinya hingga membuatnya berbalik badan.

"Ikut!" ucap Razor yang kelewat dingin.

"Kemana?" tanya Chesa.

Sungguh, gadis satu ini sangat bodoh atau bagaimana? Jelas-jelas tadi ia meminta agar di anterin keruang kepsek. Disaat akan di tunjukan malah seperti orang amnesia.

Razor pun melanjutkan jalannya, dan detik kemudian gadis itu pun baru ingat dan tersadar. Segara ia menyetarakan jalannya di samping cowok tersebut.

"Ruang kepsek?" tanya Chesa kembali yang hanya di angguki oleh Razor.

Di sepanjang jalan menuju ruang kepsek, Razor hanya diam tanpa ekspresi menatap lantai di depannya. Hal tersebut pun membuat gadis di sampingnya merasa bingung.

"Es batu!" celetuknya dengan senyum yang sangat tipis, setan pun tidak akan melihat.

Mereka pun telah sampai didepan ruang kepsek.

"Terima kasih, Razon!" ucap terimakasih Chesa yang dibalas kaget Razon. Walaupun pria itu tidak menunjukan reflek badan kaget, tapi matanya semakin tajam dan melotot yang menandakan dia kaget, bukan?

"Gue tau nama lo dari name tag lo," lanjut Chesa setelah melihat tatapan Razon.

Razon langsung berjalan melewati Chesa tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Chesa lagi-lagi tersenyum melihat sikap laki-laki dingin itu dan segara masuk ke ruangan yang sudah ada di samping ia berdiri. Ruang apa lagi kalau bukan yang tadi ia cari—ruang kepsek.

---

"Perkenalkan, nama saya Chesazia Yovana Afari. Panggil saja Chesa, saya pindahan dari SMK yang ada di Bandung. Semoga kita bisa berteman dengan baik." Setelah selesai perkenalan terhadap teman kelas barunya, ia pun tak luput menyunggingkan senyumnya yang melebihi manisnya gula, tebu, coklat atau apa pun itu yang berasa manis.

"Abang nggak kuat, Neng, lihat senyuman neng,"

"Udah punya pacar belum, Ches?"

"Bidadari turun, ya Allah."

Masih banyak lagi teriakan-teriakan gila dari teman-teman barunya. Kelas pun seketika ricuh dan membuat guru yang membawa Chesa pusing buka kepalang.

"Sudah diam semuanya! Chesa, kamu duduk di samping Rena ya. Karena bangku Rena yang masih kosong!" tutur guru yang di samping Chesa berjalan.

Sosok gadis cantik yang di maksud guru tersebut pun melambaikan tangan dengan sangat antusiasnya dan tak lupa sambil tersenyum ramah kepadanya. Chesa pun segera melangkah kan kakinya menuju bangku gadis yang tadi melambaikan tangannya.

"Kenalin, aku Rena Meylani dan didepan kita ada Zahra Septia Darmavisa, Arista Maulida Vaeron," ucap Rena.

"Hai, Ches!" sapa mereka tiba-tiba dan melihat kearah belakang.

"Hai!" balas Chesa dengan tersenyum.

Pelajaran pun dimulai, kelas menjadi hening. Semua murid didalam kelas ini fokus terhadap pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru didepan.

Sampai akhirnya bel tanda istirahat pun berbunyi, semua murid pun berteriak dengan sangat gembira. Satu persatu bahkan ada yang bergerombol keluar kelas, menyisakan empat gadis yang sedang saling menatap satu sama lain.

"Ches, ke kantin yuk!" Ajak Zahra.

"Boleh?" tanya Chesa.

"Boleh dong, mulai sekarang lo teman kita!" jawab Arista dengan antusiasnya.

"Ralat, sahabat," tambah Rena yang di angguki oleh dua orang lainnya.

Chesa pun tersenyum sambil berpikir, tidak buruk juga berteman dengan mereka, sepertinya baik-baik semua.

"Yuk!" jawab ku dan segara mereka semua menarik tangan ku.

Selama mereka berjalan, banyak pasang mata yang terus-menerus memperhatikan mereka berempat berjalan. Bagaimana tidak? Mereka semua sangatlah cantik-cantik apa lagi sosok Chesa, jangan di ragukan! Muka imut, putih, mungil ah sudahlah benar-benar menggemaskan.

Ketika memasuki gerbang kantin anak multimedia, ya, Chesa beserta ke tiga sahabat barunya adalah anak multimedia. Di sekolah ini setiap jurusan mempunyai gerbang masuk masing-masing padahal penjualnya sama, cuman arah masuk saja yang berbeda.

Di sana, tidak jauh dari depan gerbang anak TKJ ( Teknologi Komputer Jaringan) ada sosok laki-laki dengan tatapan tajam dan dingin sedang duduk bersama dengan ke tiga temannya. Hanya dia yang tidak ber ekspresi ingat, hanya dia!

"Guys, kalian pesen dulu ya. Samain aja gue sama kalian, gue ada urusan bentar!" ucap Chesa seraya pergi dan menuju ke arah anak TKJ.

Arista dan Zahra pun terus melihat kemana arah perginya Chesa, dan what? Gadis itu menuju meja Razor end the gang-nya? Mereka pun masih setia menonton adegan apa yang akan di lakukan Chesa, sedangkan Rena? Ia sedang memesan makanan.

Chesa pun semakin mendekat ke meja cowok ber empat tersebut tak lupa dengan terus memang senyumanya.

"Hai, Razor!" sapa Chesa yang hanya dibalas dengan muka datarnya.

"Subhanallah, ada bidadari turun dari surga, Bor!" pekik Vano.

"Sumpah, ini mah cantik banget!" seru Aryo tak kalah takjubnya.

"Hai, semuanya! kenalin gue, Chesa!" balas Chesa.

"Hai juga Chesa, kenalin gue Vano, samping kanan gue Aryo. Yang ujung namanya Ronald bucinnya Arista, tapi nggak ditembak-tembak," ucap Vano yang akhirnya mendapat tatapan tajam dari Ronaldo.

Pantas saja cowok itu cuman senyum doang tidak se excited Vano dan Aryo rupanya udah ada Arista. Masih mending Ronald masih senyum, sedangkan sampingnya hanya masang wajah datar bagaikan tembok hidup.

"Dan samping gue dan Ronald adalah si kulkas berjalan!" lanjut Vino yang kali ini gantian mendapatkan tatapan mematikan dari sosok sampingnya yang baru saja ia bicarakan. Keadaan Vino? Nyengir-nyengir kaya nggak punya dosa.

"Razor, ya, 'kan?" ujarku.

Chesa pun langsung melenggang pergi dari meja ke empat cowok tersebut setelah menyelesaikan ucapannya, yang mana membuat mereka semua kaget kecuali Razor yang sedang menatap gadis tersebut dengan dingin dan sangat tajam.

Sesampainya di meja semula, semua teman-temannya menatap kagum dan tidak percaya. Seorang murid baru yang belum genap satu hari, sudah mengenali cowok dingin tersebut.

"Gila lo, Ches! Belum ada sehari jadi anak baru udah kenal aja lo sma primadona SMK yang satu itu."

Gadis yang di ajak bicara pun hanya tersenyum manis dan segara duduk disamping Rena.

"I miss him," ucapnya yang sukses bikin ke tiga sahabatnya tercengang.

Anak baru, udah kenal dengan Razor yang notebene cowok terdingin satu sekolahan, dan Chesa ngomong rindu? udah dipastikan itu Razor, kan? Karena gadis itu menatap Razor sambil mengucapkan kata tersebut. Sebenarnya siapa sosok gadis mungil nan menggemaskan didepannya ini? Begitulah semua pemikiran teman barunya.