Chereads / Setulus Cinta Kirana / Chapter 3 - Meminta Restu

Chapter 3 - Meminta Restu

Kirana sedang bersama Farhan disebuah Mall, sambil makan disebuah Resto, Kirana menceritakan padanya perihal Ibunya yang tidak menyetujui hubungan mereka.

"Yaudah, biar nanti aku yang langsung datang kerumah kamu ya untuk bicara sama ibu!" Tutur Farhan.

"Jangan!" Kirana melarangnya.

"Kenapa?" Tanya Farhan.

"Jawabannya akan sama!"

"Tapi aku harus membuktikan kalau aku serius mau melamar kamu, kalau hanya itu alasannya, aku rasa ibumu masih bisa memberikan restu."

"Tapi ga semudah itu!"

"Lalu, gimana? Mau udahan aja?" Tawar Farhan dengan mudahnya ingin mengakhiri hubungannya dengan Kirana.

"Kok kamu ngomongnya gitu?"

"Ya percuma aja kalau kita menjalani hubungan yang lama, tapi pada akhirnya akan putus juga!" Sungut Farhan.

"Jadi kamu mau berhenti berjuang?" Tanya Kirana yang emosinya mulai keluar.

"Aku masih mau berjuang sama kamu, aku sayang banget sama kamu dari dulu, makanya izinkan aku untuk ngomong langsung sama ibu, ya!" Farhan tetap bersikeras ingin bicara langsung dengan orang tuanya Kirana.

Kirana menganggukkan kepala, "Iya!"

Sebenarnya Kirana masih tidak yakin kalau ibunya akan berubah pikiran walaupun Farhan yang nanti bicara, tapi tak ada salahnya jika dicoba.

"Lho, cincinnya mana? Kok ga dipakai?" Tanya Farhan yang melihat jari manis Kirana, tak ada cincin pemberiannya melingkar dijarinya.

"Aku lepas dulu sementara."

"Tapi kamu simpan kan, ga kamu buang?" Tanya Farhan sambil menyantap makanan dihadapannya.

"Iya, aku simpan, ga mungkin aku buang!"

Hari ini Kirana menghabiskan waktu bersama Farhan, dari mulai makan, nonton dan belanja kebutuhan Kirana. Tak terbayang dalam benak Kirana kalau ia harus menjauh dari Farhan, karena hampir setiap hari mereka bertemu, walau tidak ngobrol terkadang hanya sekedar saling melempar senyum didepan rumah.

***

Tok ... Tok ... Tok ...

"Kiran, itu ada tamu, tolong bukain pintunya!" Perintah ibu saat Kirana berada diruang tengah.

Kirana membukakan pintu, ternyata yang datang adalah Farhan, ia ingin menepati ucapannya untuk bertemu dan berbicara pada kedua orang tua Kirana. Kirana mempersilahkannya masuk, lalu bilang pada ibu dan ayahnya.

"Ada Farhan, mau ketemu Ibu dan Ayah." Ucap Kirana dihadapan ibunya yang sedang menyiapkan makan malam dan ayahnya yang sedang duduk diruang makan sambil menatap handphone-nya.

"Mau ngapain?" Tanya Ibu sambil mengernyitkan dahi.

"Ada yang mau dia sampaikan!"

Ibu langsung masuk kekamar untuk memakai hijabnya, setelah itu ibu dan ayah keruang tamu untuk menemui Farhan.

"Ada apa Farhan?" Tanya Ibu yang langsung duduk dihadapan Farhan dan Kirana.

Jantung Farhan terasa berdetak lebih cepat, bibirnya tiba-tiba ragu untuk berbicara bahwa ia ingin menikahi Kirana. Farhan takut kalau orang tua Kirana tetap tak menyetujui Kirana menikah dengan dirinya. Farhan melihat Kirana yang duduk disebelahnya, lalu Kirana mengurai senyum manis dibibirnya. Farhan berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia bisa mendapatkan restu dari kedua orang tua Kirana.

"Bismillahirrohmanirrohim..." Lirih Farhan.

"Pak, Bu, saya dan Kirana kan sudah lama kenal, dari kami masih sekolah, lalu kami berpacaran dan sekarang kami sama-sama sudah bekerja. Kami ga mau berlama-lama menjalani hubungan ini, kami ingin meresmikan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan. Jadi, maksud kedatangan saya kesini, saya ingin meminta restu kepada Bapak dan Ibu, agar merestui saya untuk melamar Kirana." Tutur Farhan yang langsung mengutarakan maksud kedatangannya tanpa basa basi.

"Iya, Pak, Bu. Izinkan kami menikah!" Pinta Kirana.

Ayah dan Ibunya Kirana saling tatap, lalu ibu menatap wajah Farhan dan juga Kirana. "Kiran, waktu itu kan ibu sudah bilang sama kamu. Ibu ga bisa merestui hubungan kalian!"

"Kalau boleh tau, alasannya kenapa, Bu?" Tanya Farhan.

"Mohon maaf sebelumnya, kamu dari keluarga broken home, ibu ga mau anak ibu bernasib seperti ibumu yang ditinggalkan suaminya." Jawab Ibu yang membuat hati Farhan teriris.

"Ibu!" Ucap Kirana sambil menatap ibunya, wajah Kirana terlihat mulai memerah, karena perkataannya mampu menyinggung perasaan Farhan.

"Kemarin, ibu bilang alasan ibu tidak merestui aku karena tidak mau punya besan yang berdekatan, tapi sekarang kenapa alasannya berbeda lagi?" Protes Kirana dengan menahan tangis.

"Iya, wajar kan kalau ibu takut. Ibu ga mau kamu tersakiti nantinya." Jawab Ibu.

"Nggak, Bu! Aku yakin Farhan ga akan menyakiti aku!" Kali ini Kirana tak bisa menahan tangisnya. Ia sangat kecewa pada ibunya.

"Sekarang mungkin dia bisa setia, tapi kan kamu ga tau kedepannya akan bagaimana." Lanjut Ibunya.

"Sudah, Bu!" Ucap ayah yang menghentikan ucapan ibu. Karena ayah tahu, Farhan pasti tersinggung dengan ucapan ibu.

"Ayah gimana? Ayah merestui kan, aku ingin menikah dengan Farhan?" Tanya Kirana, ia berharap ayahnya mau menikahkannya dengan Farhan.

"Ayah setuju, tapi kalau memang ibu tidak setuju, lebih baik jangan! Karena pernikahan yang paling penting kan mendapat restu kedua orang tua. Kalau restu ibu saja tidak kamu dapatkan, bagaimana kamu akan bahagia? Ga akan bisa!" Jelas ayah yang membuat Kirana tambah kecewa.

Farhan hanya menunduk, hatinya teriris, ia tersinggung dengan ucapan ibu dari kekasihnya ini, tapi ia lebih memilih diam, ia tidak menjawab ucapan kedua orang tua Kirana.

"Saya pamit pulang dulu, Pak, Bu!" Ucap Farhan, lalu mencium tangan mereka.

Kirana mengikuti Farhan, sampai diluar Kirana menarik tangannya.

"Tunggu!" Ucap Kirana.

Farhan menoleh, "Apa lagi?"

"Aku masih mau ngomong sama kamu!" Pinta Kirana yang masih berurai air mata.

Farhan menghenhentikan langkahnya, lalu mereka duduk bersebelahan dihalaman rumah Kirana.

"Lalu bagaimana dengan hubungan kita?" Lirih Kirana.

Farhan tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala.

"Aku ga mau kita putus!" Ujar Kirana seraya menoleh kearah Farhan yang ada disebelahnya.

"Tapi akupun ga mau menjalani hubungan yang hanya akan berakhir menyakitkan! Ga ada pilihan lain selain putus." Jawab Farhan.

"Ga semudah itu!" Ucap Kirana sambil mengusap air matanya.

"Maaf, aku cuma seorang laki-laki dari keluarga broken home, aku ga pantas untuk melamar kamu!" Tutur Farhan, karena ucapan Ibunya Kirana, Farhan merasa insecure.

"Sssttt, kok kamu ngomongnya gitu?"

"Iya, wajar kalau orang tua kamu takut anaknya akan bernasib seperti Mamaku yang ditinggalkan oleh Papa."

"Aku yakin, kamu ga akan memperlakukan aku seperti itu!"

"Walau kamu yakin denganku tapi percuma kalau orang tuamu tidak merestui, buang aja semua keyakinan kamu itu!" Ujar Farhan sambil berdiri, lalu beranjak pulang.

"Farhan!" Panggil Kirana, lalu Farhan membalikkan badan lagi.

"Simpan aja cincin pemberianku, tapi kenangannya jangan kamu simpan, buang jauh-jauh, ya! Udah malam, aku mau pulang dulu!" Pesan Farhan, lalu ia masuk kedalam rumahnya, sedangkan Kirana masih berdiri didepan rumahnya

Kirana masih saja berurai air mata, terasa sakit sekali. Ia sudah menduga bahwa ibunya masih tetap dengan pendiriannya yaitu tidak menyetujui hubungannya dengan Farhan, ternyata memang terbukti.

Kirana langsung masuk kedalam kamarnya. Merebahkan tubuhnya diatas kasur, sambil ia pandangi foto kebersamaan dengan Farhan dari mereka kecil hingga mereka dewasa.

Jika cinta ini tak untuk selamanya, mengapa cinta ini harus hadir? Kirana tak siap kehilangan, Kirana takut akan perpisahan, karena begitu banyak kenangan yang telah mereka ukir bersama. Begitu banyak impian yang ingin mereka raih bersama. Kirana tidak ingin semua kandas bersama kenangan yang pernah tercipta.

Kirana kembali melihat jendela, memandangi kamar Farhan yang lampunya masih menyala. Andai saja ada jembatan penyebrangan dari atas tingkatnya menuju keatas tingkat rumah Farhan, pasti akan ia lalui untuk bisa melihatnya.

Kirana kembali tak bisa memejamkan mata. Kali ini kebih sakit dari yang kemarin, karena hubungannya dengan Farhan sudah menuju pada perpisahan.

***

Hari ini Kirana tidak bekerja, Kirana tidak ia bersemangat, orang yang biasanya menyemangatinya seolah sudah menghilang. Farhan belum menghubunginya lagi, Kirana juga tidak melihat Farhan didepan rumahnya.

"Kiran!" Ibu memanggil Kirana yang sedang istirahat diatas kasur.

"Iya, Bu!" Jawab Kirana sambil bangun dari tidurnya.

Ibu membuka pintu kamarnya, "Ayo makan!" Ajak ibu sambil mengelus-elus pundak Kirana.

"Nanti aja! Aku lagi ga mau makan."

"Kamu hari ini ga kerja?"

"Nggak!"

Kirana ingin memberikan istirahat pada pikirannya, karena percuma kalau kerja pun tidak akan bisa konsentrasi penuh. Ibu keluar dari kamar Kirana, ia belum berhasil membujuk anaknya agar mau makan. Ibunya mengerti bahwa Kirana pasti sedih, tapi hal itu tak membuat ibunya berubah pikiran.

Drrttt... Drrrttt...

Handphone Kirana bergetar. Pak Roni meneleponnya, ia lupa memberi kabar pada Pak Roni kalau hari ini ia tidak masuk kantor.

[Maaf Pak, hari ini saya sedang sakit, makanya tidak masuk kerja]

Kirana mengirimkan pesan kepada Pak Roni melalui whatsapp.

[Kamu sakit apa?]

[Kepala saya pusing, pak]

Itu hanya alasan Kirana saja, sebenarnya bukan kepalanya yang sakit, tapi hatinya sakit karena perkataan ibunya.

[Semoga cepat sembuh ya]

[Iya Pak, terimakasih]

Tok ... Tok ... Tok ...

"Kak!" Rania memanggil Kirana.

"Iya." Jawab Kirana sambil membukakan pintu.

"Nih ada kiriman makanan!" Ucap Rania seraya memberikan makanan itu kepada Kirana.

"Dari siapa?" Tanya Kirana sambil melihat-lihat isinya.

"Baca aja nih ada nama pengirimnya!" Jawab Rania sambil memberitahu kertas yang bertuliskan nama pengirimnya.

Kirana membaca nama pengirimnya, ternyata dari Farhan. Kirana langsung membukanya, isinya steak kesukaannya. Kirana langsung memakannya dengan lahap. Ia senang, karena ia pikir ternyata Farhan masih perhatian dengannya.

Kirana mengambil handphone, lalu mengirim pesan pada Farhan.

[Hai, terimakasih ya kiriman steaknya, langsung abis lho aku makan. Kamu tau dari mana kalau aku hari ini ada dirumah?]

[Steak? Dari siapa?]

[Iya steak, dari kamu kan?]

[Aku ga ngirim apa-apa ke kamu]

Ternyata bukan Farhan yang mengirim steak itu untuk Kirana. Kirana merasa dibohongi oleh adiknya. Steak itu sebenarnya ibunya yang memesan agar Kirana mau makan, ternyata benar saja Kirana makannya lahap sekali.